MB 35 | Baginya Aura masih hidup

13.5K 1.3K 27
                                    

Suasana basecamp memang selalu ramai, karna isinya orang-orang kurang kerjaan yang hobi insomina.

Ali yang sedang asik bermain ponsel, senyum-senyum sendiri membuat Joni gemash ingin menegur'nya.

"Perasaan gua mabok sampe dua botol gak pernah sampe senyum-senyum sendiri" Celetuk Joni

"Siapa jon?" tanya Fahmi

"Nohh yang lagi senyum-senyum kaga jelas, baru jadian ya lu Li sama Manda? gimana mantep gak Li?" tanya Joni menepuk pundak Ali

"Iya gua abis jadian tadi siang, tapi bukan sama Manda, melainkan sama Prilly" Jawabnya girang

Riko, Fahmi, Joni dan juga Abdul melongo tak percaya, entah apa yang harus mereka katakan yang pasti mereka semua senang karna selama ini yang mereka tahu Ali memang benar-benar menyayangi Prilly dan pada akhirnya bisa memiliki Prilly, terutama Abdul, pria itu yang tahu jelas perasaan keduanya dan alur kisah cinta keduanya.

"Seriuslly? Pj nyet gua gak mau tau, traktir vodca" todong Fahmi antusias meminta pajak jadian

"Kalem!"

"Li terus manda gimana?" tanya Joni

"Kaga gimana-gimana"

Joni hanya berdecak saja tanpa mau menjawab lagi, ia ikut senang saja jika memang Saudaranya itu senang juga, begitupun dengan yang lain'nya yang ikut senang mendengar berita bahagia itu. Apalagi Alo menjanjikan akan menelaktir minuman beralkohol, sontak saja semua teman-temannya yang satu hobi dengannya girang bukan main.

"Kemaren gua liat pocong" ucap Riko heboh

"Seriusan dimana ko?" Joni nampak penasaran sampai wajahnya sedekat itu dengan Riko

"Munduran tolol, congor lu bau TAI"

Joni manaikan tangannya, menyimpan telapak tangannya di depan mulutnya lalu menghebuskan nafasnya hendak ia hirup aroma-nya, seraya memastikan apakah benar bahwa mulutnya bau kotoran binatang? Atau yang lebih tepat di sebut TAI.

"Kaga njing mulut gua kaga bau tai, kan gua dah sikat gigi sehari delapan kali dalam mimpi" racau Joni

"Delapan kali dalam mimpi, kenyataannya lu gak pernah sikat gigi kan?"

"Dahlah jan di bahas itumah gak penting. Emak bapak gua aja kaga komplen kalau gua jarang sikat gigi. Ngapa lu ribet?"

"Lu mau dengerin cerita gua apa mau ribut nih?"

DUBRAK..

Ali menggebrak meja hingga membuat keduanya berhenti berdebat.

"Jadi sebenernya dimana lu liat pocong?" tanya Ali kesal karna sedari tadi tak mendapatkan jawaban dari Riko akibat Riko terus-terusan berdebat dengan Joni

"Kemaren di lapangan" jawabnya santai

"Hah? lapangan?"

"Lapangan tujuh belasan, terus gua suruh lomba balap karung biar pro"

Sontak saja yang berada di sekitarnya tertawa terbahak-bahak, hanya Joni saja yang justru kesal mendengar omong kosong Riko.

Joni mentoyor Riko gemash "Anjing! Gua udah serius" Protesnya kesal

"Kemaren kan lu yang bikin war soal suster keramas duta shampo lain. Sekarang gualah, hastag pocong balap karung"

"Ketemu beneran mampus lu berdua" sahut Abdul

"Guamah gapapa ketemu suster keramas, sekalian mandi bareng sama gua haha" ucap Joni

"Otak lu mesum goblok, setan mau di ajak begituan? Yang ada lu mampus duluan!" Geram Ali

"Jeh lu juga samanya li, kalau setan'nya modelan kaya si Gita, Lolita, Agnesmah beuh guamah mau mau aja"

"Tapi sayangnya kaga ada yang secantik mantan-mantan lu! Dasar otak cabol"

Abdul hanya menggeleng kepala terkekeh dengan perdebatan tak jelas antara Ali dan juga Joni. Memang mereka ini saudara yang aneh, hobi berdebat padahal satu serves. Sama-sama berotak mesum, dan tak waras.

"Gua mau tanya serius sama lu Li?" kata Joni pada Ali yang tengah asik menghisap rokok

"Alah tai palingan gak jelas bacot lu"

"Gua serius, lu kenapa gak pernah balik?"

"Lah guakan emang tinggalnya di basecamp, yang penting duit cair terus!"

"Bukan itu, gua tau lu stress kan gara-gara urusan keluarga? Tapi apa lu gak mau ketemu abang lu si Arga?"

"Najis gua ketemu dia, kalau bisa gua sumpahin dia mati"

Ali begitu benci dengan kakak kandungnya bernama Arga.

Arga ini pria pembangkang, pengedar narkoba, bahkan sudah pernah masuk sel penjara selama bertahun-tahun. Saat ini Arga sudah bebas dari tahanan, sudah hampir satu bulan juga ia bebas dan pulang kembali ke rumah, namun Ali tak pernah mau bertemu bahkan sudah menganggapnya tewas.

"Gua gak bisa bilang apa-apasih ,tapi gua rasa wajar si Ali benci sama abangnya" sahut Abdul

Seketika obrolan menjadi serius, sementara Fahmi dan juga Riko asik bermain catur.

Abdul, Ali dan Joni bicara serius, mengenai persoalan Ali dan juga keluarganya.

Untung Ali saat ini sedang mabuk, jadi mau di ajak bicara mengenai keluarganya. Jika dalam keadaan normal, mana mau ia angkat suara persoalan keluarganya!

"Hubungan lu sama bokap gimana li?" tanya Joni

"Gua sama dia gak pernah ngobrol, sekalipun gua ajak ngomong paling gua minta duit"

"Gua ngerti brad!" ucap Joni menepuk pundak Ali.

Jika mengenai soal keluarga Ali, jujur ketika Ali mengingatnya, ia begitu benci dengan semua yang terjadi pada keluarganya.

"Li, lu gak mau coba bawa Prilly ke rumah lu? siapa tau dia tau siapa pembunuh adik lu?" tanya Abdul

"BANGSAT!! AURA BELUM MATI, LU KALAU NGEBACOT DI JAGA ANJING!"

Seketika Ali marah dan membogem pipi Abdul, jika membicarakan soal aura adiknya maka Ali tidak akan terima dan pastinya marah

"Tapi kenyataan'nya aura udah gak ada Li"

"JAGA BACOT LU SETAN! ATAU GUA BUNUH LU DISINI"

Joni, Fahmi dan juga Riko memisahkan keduanya dan Ali segera pergi dari kafe itu.

Aura, Ya jika bicara soal Aura maka Ali tidak bisa menerima kenyataan, dua tahun lamanya Aura menghilang, tanpa ada kepastian apakah dirinya masih hidup atau justru sudah tiada?

Beberapa kali Abdul katakan bahwa Aura sudah tidak bernyawa, namun Ali selalu menepis ungkapan itu.

Abdul bahkan tidak pernah menginjakan kaki di rumah Ali, sebab Ali melarang'nya untuk tidak perlu tahu dimana rumahnya, dan Joni sendiri-pun di ancam kematian oleh Ali jika Joni berani memberitahu dimana letak rumahnya, alasan'nya hanya satu, "Gua gak pengen siapapun tau kehidupan keluarga gua. Karna gua sendiripun nyesel hidup dalam keluarga brengsek"

MATA BATIN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang