MB 30 | Perjalanan pulang

13.8K 1.3K 124
                                    

Prilly nampak masih syok dengan kejadian itu, karna benar-benar jauh dari pikiran'nya .

Prilly pikir Rizal hanya akan mendekap di penjara seumur hidup tetapi malah tewas secara tragis, untung saja Arwah Lastri tidak membunuhnya memakai tubuh Prilly. Jika itu terjadi,s udah di pastikan Prilly yang akan tersohor sebagai pembunuh dan pastinya mendekap di sel penjara.

"Gak enak ih pake celana basah" gumam Ali tanpa rasa malu

"Kamu ngompol ya?"

"Hehe iya Prill, abis gimana gua gak bisa tahan. Gua takut banget tadi"

"Halah giliran gombalin cewek terdepan. Eh giliran liat yang kesurupan aja ngompol, payah lu li" Ledek Abdul

"Anjeng lu ya propokator!" umpat Ali kesal dan mau mentoyor kepala Abdul, namun rupanya tangannya tak bisa di gerakan, "Eh kok tangan gua gak bisa gerak gini sih" ucap Ali bingung

"Lepasin Lala, jangan jahil" Tegur Prilly menatap Lala tajam

Lala segera melepaskannya, "Abis dia mau nyakitin Abdul'nya Lala"

"Ali cuman bercanda La"

Ali menelan saliva'nya dalam-dalam,
Saat ini ia nampak kebingungan bagaimana mau berganti celana jika Prilly berada di sampingnya seperti itu?

"Prill? kamu pindah dulu ya ke depan, aku mau ganti celana. Aku gak betah juga pake celana basah gini"

"Iya ih lagian bau pesing"

"Ngeledek nih?"

"Udah sana ganti aku keluar dari mobil dulu"

"Tapi kalau mau liat juga gapapa Prill, dengan senang hati"

"Ogah!"

Abdul segera menghentikan mobilnya di pinggir jalananan sepi, Prilly menunggu di luar mobil.

Setelah beberapa menit selesai, Prilly kembali memasuki mobil namun tangan'nya seperti ada yang menahan, saat Prilly melihat ke arahnya ternyata tangan'nya di tahan mahluk halus sejenis Tuyul.

"Kakak cantik, aghu bowleh ikut kan?"

"Lepasin gak!"

"Aghu mau ikut. Aghu capek jadi budak manusia terus, sesekali pingin jadi peliharaan'nya kakak cantik"

"Huuuuuuaaaaa...."

Teriakan Prilly membuat Ali dan juga Abdul keluar mobil.

"Ada apa Prill? kamu kenapa?" tanya Ali panik

"Tangan aku Li, liat gak bisa gerak di tahan tuyul"

"Heh tuyul jelek jangan ganggu Prilly, kalau kamu ganggu dia nanti ayang Abdul bakalan keluar jurus dzikirnya" Ancam Lala menantang tuyul itu

"So kenal deh!"

"Kamu so kegantengan"

"Lah emang aku ganteng"

"Ndasmu! Muka kaya kodok buduk gitu. ganteng dari mananya?"

"Jangan gitu, siapa tau kita jodoh"

"Gak level aku jodoh sama kamu iyuh!!"

"Jangan menghina. Nanti benci jadi cinta. Aku gak ada nanti kamu kangen, lagi hehe" Cengirnya membuat Lala benar-benar muak

Keduanya malah berdebat, dan bertengkar.

Abdul segera membacakan ayat kursi agar tuyul itu pergi, dan beberapa saat kemudian tuyul itu menghilang.

"Lain kali rambutnya kuncir" ucap Abdul memperingati Prilly

Prilly lupa menguncir rambutnya, inikan malam hari terutama daerah rawan yang pastinya banyak penghuni gaib.

Ketiganya segera memasuki mobil kembali, dan Prilly mengikat rambutnya, tak ingin ada kejadian aneh seperti tadi lagi.

Di sepanjang perjalanan pulang, Prilly beberapa kali menguap ia sangat kelelahan.

"Tidur aja sayang" kata Ali

"Bentar lagi kan sampe"

"Masih jauh tiga jam lagi"

"Aku boleh nyender di kamu gak?"

"Boleh banget, sini sayang" Ali mengusap lembut kepala Prilly.

Prilly merasa nyaman berada di samping Ali, pria itu benar-benar tulus mencintainya.

"Li gantian kek lu nyetir, malah enak-enakan pacaran di belakang" protes Abdul

"Kan ada si Lala, nah Lala aja suruh nyetir" jawab Ali santai

Mengusap rambut Prilly ternyata membuat Ali juga mengantuk, hingga keduanya terlelap tidur.

"Biarin aja abdul dia di belakang kamu, kan ada aku. Tangan kamu gak akan pegel kok, kan obatnya aku"

"Emang lu kang pijit apa"

"Aku penyembunuh segala luka yang kamu rasain dul hehe"

"Dasar hantu genit"

"Abdul tau gak bedanya abdul sama handuk?"

"Kaga"

"Kalau handuk di lilitin ke badan, kalau abdul di lilit di hati aku"

Abdul benar-benar geli mendengar gombalan dari Lala, baru kali ini ada mahluk halus yang berani menggodanya seperti itu.

"Ikan hiu melayang-layang, ay love you abdulku sayang"

"Hm"

"Abdul pasti capek ya?"

"Yaiyalah gua capek nyetir"

"Capek ya mikirin Lala yang cantiknya gak ketulungan ini"

"Serah lu!"

"Kalau toge nyuburin rahim, kalau Abdul nyuburin perasaan Lala yang semakin dalam"

"Lala, bapak kamu tukang sate ya?"

"Ih kok abdul tau?"

"Soalnya kalau liat lu bawaan'nya pengen gua tusuk, pake tusuk sate!"

"Ih abdul jahat, Lala pikir abdul bakalan bilang karna lala menusuk-nusuk perasaan abdul"

"Ke-GR'an aja lu!"

"Abdul mau gak jadian sama lala?"

"Sadar diri La, lu siapa dan gua siapa. Kalaupun lu manusia, gua juga ogah"

"Ih padahal kalau jadian sama lala. Nanti lala kenalin sama temen-temen sama sodara lala di jepang"

"Ogah kejauhan, yang di indonesia aja jarang gua apelin. Apalagi di jepang"

"Ih abdul jahat, lala marah! Emang siapa pacar abdul di indoensia?"

"Siti namanya, cantik dan sholeha. Dia juga berjilbab"

"Jadi abdul suka sama cewek berjilbab?"

"Yaiyalah"

"Hemmm okedeh" Lala tersenyum manis, membuat Abdul terheran.

Ternyata berbincang tak penting dengan Lala, tak terasa membuat perjalanan seolah begitu cepat.

MATA BATIN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang