EXTRA PART

8.1K 898 377
                                    

Pagi ini Gadis yang notabe-nya sebagai indigo itu tengah menunggu kekasihnya di depan pintu rumah. Mereka ingin pergi liburan ke salah satu tempat yang indah.

"Prill. Aku ikut kan?"

"Iya Abdul juga kan ikut"

"Hah seriusan?" Lala tersenyum girang dan sudah membayangkan jika nanti ia akan mengahabiskan waktu dengan Abdul

Tid.

Suara klakson mobil Ali berbunyi lantang menunggu di depan gerbang. Sontak Prilly berlarian menghampiri, begitupun dengan Lala yang tak sabar ingin melihat Abdul.

Tapi...

Rupanya Abdul tidak sendiri, ia bersama dengan Siti selaku kekasinya yang sebentar lagi akan menikah.

Lala nampak bersedih.

Hatinya terasa sakit seperti tergores pisau.

"ABDUL JAHAT!"

Abdul menoleh pada Lala yang sepertinya menangis tak rela. Ia nampak kasihan melihat Lala yang sesedih itu---namun bagaimanapun takdir manusia pastinya akan menikah dengan manusia juga. Jadi tidak mungkin Abdul di takdirkan untuk Lala yang bukan manusia.

"La yang sabar ya" bisik Prilly.

Prilly segera memasuki mobil, begitupun dengan Lala yang ikut masuk duduk di jok belakang di samping Prilly.

Abdul fokus menyetir, dengan Siti yang berada di jok depan tepatnya di samping Abdul.

Lala memperhatikan cincin yang sama antara Abdul dan juga Siti. Mereka berdua sudah bertunangan rupanya.

Ingin rasanya Lala menangis dan di angkat menjadi istri INDOSIAR jika begini caranya ia menyesal berharap Abdul membalas cintanya.

Padahal kenyataannya memang tidak mungkin.

Ali mencolek-colek pipi Prilly begitu gemashnya "Kok nambah tembem ya?" Ledeknya

"Ish Ali apasih kamu!"

"Serius kok gede ya? Kebanyakan minum air sirop nih!"

"Emang ngaruh?"

"Enggak"

"Gak jelas sumpah"

"Yang bener itu, terlalu bahagia sama aku. Jadinya badan sama pipi subur, makin montokh" goda Ali

Abdul terkekeh geli melihat Ali yang berprilaku se-alay itu menurutnya.

Selama Abdul berpacaran dengan Siti, keduanya jarang sekali bicara di depan banyak orang. Terkecuali jika sedang berdua, pastinya mereka bercanda ria layaknya pasangan lain meskipun menjaga jarak.

"Abdul kok lu gak sayang-sayangan sih? Pacaran tuh kaya gua. Sayang-sayangan, ceweknya di gombalin" ucap Ali

"Gak penting. Sayang itu dari hati bukan mulut" sahut Abdul.

Lala semakin kesal saja, "ABDUL SENGAJA KAN BIKIN LALA CEMBURU?"

Abdul tidak menjawabnya. Ia tidak ingin Siti tahu keberadaan Lala karna Siti cukup trauma dengan sosok arwah.

Lala semakin kesal karna tidak mendapatkan respon, "Oke kalau Abdul maunya gitu. Jangan harap Lala mau nanya lagi sama Abdul!"

Lagi-lagi Abdul diam tak menyahutinya. Siti merasa aneh dengan Abdul yang sesekali sering menoleh ke arah kaca depan seolah melihat sesuatu di belakang.

"Kamu kenapa?" tanya Siti

"Hah? Gapapa kok"

"Nengok ke belakang terus. Ada apa?"

MATA BATIN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang