O7

589 113 5
                                    

Umji natap langit-langit kamarnya yang berwarna biru langit. Besok sekolah dan dia sudah nyiapin buku pelajaran yang cuma sedikit. Rencananya besok cuma belajar satu jam, sisanya ada pengarahan dan persiapan class meeting.

"Oh iya, washi tape gue." Umji ngebuka pintu kamar dan menuju kamar San.

Tok tok tok

Hening. Tidak ada jawaban dari dalam sana. San nggak mungkin tidur, soalnya baru aja Umji dengar suara orang beres-beres didalam sana.

"Ngghh.."

Umji melotot kaget. Dia buru-buru ngebuka pintu kamar San. Mau ngomel ceritanya. Tapi gagal karena ngeliat San lagi olahraga.

"Weh nggak sopan, asal masuk kamar orang sembarangan." San yang menyadari Umji masuk kedalam kamarnya natap cewek itu jengkel. Terpaksa ia mengakhiri sesi olahraganya malam ini.

Umji terdiam. "Kirain lu ngapain anjir dikamar diem-diem."

"Lah kalo gue diem aja ngapain lo masuk, bambang?"

"Gue denger lu desah sih, anjai."

San mengernyit bingung. "Wah, ngeres otak lu."

Umji mengendikkan bahunya. "Kan cowok suka nonton bokep, siapa tau lo lagi nonton gituan." katanya polos.

San melotot lagi. Terus ketawa kecil. "Nyatanya gue lagi nggak gitu, kan? Sekarang ngapain lo kesini?" Tanyanya sambil mengembalikan ponselnya diatas meja yang tadi ia gunain sebagai stopwatch.

"Washi tape gue mana?" Tanya Umji memelankan suaranya.

San menunjuk kotak kecil yang ada diatas meja belajarnya dengan dagunya. Kemudian ia mengelap keringatnya dengan sapu tangan.

Umji mengambil benda itu dan langsung dipeluknya. "Makasih banyak. Gue keluar deh, maap ganggu."

"Eh bentar," sela San. Umji kembali masuk kedalam kamar sepupunya itu.

"Apa?"

"Tunggu situ, lo sudah cuci muka belom?"

"Hah?" Umji bingung. "Sudah. Tinggal bocannya aja belum."

"Yaudah tunggu situ, gue ganti baju dulu."

"Heeum." Umji ngangguk dan duduk di ujung kasur San. Sepeninggal San ke kamar mandi, dia milih buat merhatiin kamar San yang sudah ditata sama si empunya yang punya kamar. Ada gitar di pojok kamar dekat pintu balkon. Umji jadi penasaran sama sepupunya yang nyebelin itu tentang kebolehannya dia mainin gitar.

"San," panggil Umji saat San sudah selesai berganti baju. Laki-laki yang sedang mengeringkan rambutnya itu menjawab dengan deheman. "Lo bisa main gitar? Kapan-kapan mainin depan gue dong. Gue suka dengerin orang main gitar."

San menoleh ke arah sepupunya lalu kembali bercermin dan mengeringkan rambutnya. "Ogah. Gue mau mainin buat cewek gue."

"Woah, udah punya pacar nih ceritanya?" Umji mulai meledek San. "Cantik gak? Kenalin ke gue dong."

San menyeringai penuh arti. "Nggak ah, nanti cewek gue takut ketemu lu."

"Dih, gaya lu. Gue kan baik njir, gak makan orang" Umji ngomel. "Eh tapi beneran lo udah punya cewek?"

San mengendikkan bahu. "Ngga tau. Cari tau aja sendiri."

Umji mendengus kesel. "Yang punya cewek kan elu, bambang. Bukan gue."

San meraih kotak obatnya dan duduk disamping Umji yang masih mengomel.

"Gue San, bukan bambang."

"Terserah."

San nyodorin dua plester luka ke Umji. "Yang mana?"

"Singa sama jerapah,"

San merobek ujung plester luka itu dan membuka plester luka yang lama dijari Umji.

"Pelan-pelan njir, lu kira kagak perih apa?" Omel Umji menahan perih dijarinya. Memang sih luka kecil, tapi goresannya panjang dan cukup dalam, makanya rasanya perih banget.

"Iya-iya. Bawel lu." San menarik plester lama dijari sepupunya dan akan mengganti dengan yang baru. Mendadak sebuah pukulan mendarat di lengannya.

"Sakit bego. Lu nariknya cepet banget." Umji meringis menahan sakit.

San melengos.

"Emang lo sendiri punya pacar?" Tanya San mencoba berdamai dengan Umji.

Umji diam. San sudah berpikir kalau ide nya membicarakan hal itu mungkin kurang tepat untuk sepupunya itu. Karena untuk beberapa orang, masalah itu bukanlah topik bagus.

"Bukan pacar sih, baru gebetan. Ganteng euy. Bule." Umji bersuara dengan semangat dan diam-diam membuat San lega.

"Alah paling gantengan gue."

"Dih, pede banget lu, upil anoa."

"Gini-gini gue juga punya banyak fans."

"Gebetan gue fansnya satu sekolahan," ujar Umji. Suaranya memelan. "Makanya gue gak ternotis. Sad banget."

San noyor kepala Umji. "Belajar dulu yang bener baru mikirin pacaran. Udah sana keluar, udah selesai."

Umji yang cemberut karena kepalanya ditoyor sepupu kurang ajarnya itu akhirnya berdiri.

"Heh, frozen lagi atau star wars nih?"

Mata Umji berbinar melihat dua bungkus plester berbeda warna itu. "Frozen, of course."

"Yaudah nih ambil. Besok abis mandi ganti tu plester. Gak boleh satu plester dipake berkali-kali." San mengembalikan plester luka gambar Star Wars kedalam kotak obatnya.

"Okay captain. Makasih ya. Gue balik dulu." Umji melambai kearah San setelah mengantongi plester luka dan keluar kamar San.

"Bocah-bocah." San geleng-geleng kepala melihat sepupunya yang mendadak membaik moodnya hanya karena plester luka bermotif Frozen.




Btw, cek akun wp mbakk aku di Beenais97 buat kalian yg suka cerita ringan.
Ada 97 line, chani-hyunjin alias 00 line (aku pribadi suka yang ini soalnya misteri gimana gitchu), sama 97 line lagi tapi Lalisa Manoban alias mba Lisa sama kembarannya si Mona yg genrenya juga misteri.

Tolong ramaikan yaa..

Thx

Sepupu « San-Umji ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang