O39

430 94 3
                                    

Somi ngiket rambutnya dengan semangat empat lima terus make bedak tipis diwajahnya. Sementara Umji cuma pake lipbalm sambil ngaca disampingnya terus nyiapin duit dari dompetnya.

"Yang jualnya jauh gak kak?"

"Nggak kok. Depan komplek, kepleset aja nyampe."

Somi ketawa dan lanjut make lipbalm dan nyemprot parfum di lehernya sedikit. Walau belum mandi, dia gak mau keliatan buluq pas jalan beli sarapan nanti. Sama kayak Umji yang juga belum mandi. Berhubung habis ujan, hawanya masih dingin bikin mereka ogah mandi.

"Enak disini ya? Rame," kata Somi sewaktu mereka berdua jalan ngelewatin taman komplek yang rame anak-anak warga situ mainan disana walau masih pagi. "Kalo dirumah sana sepi. Jarang ada yang mainan kalo masih jam segini. Apalagi komplek gue tuh kak masih gak banyak orangnya."

"Tapi gak kosong-kosong amat, kan?"

"Ya enggak. Cuman ada tiga orang di satu barakan. Barak sebelah-sebelah sih banyak aja, tapi rata-rata pada sibuk kerja. Jadi jarang bikin rame."

Umji ngangguk paham. Dia tau rasanya jadi Somi karena dia sama Seonghwa dan Yunho pernah nginap dirumah Somi waktu dulu. Di Berau. Disitu komplek tempat rumah Somi dan Donghan sepinya bukan main. Mereka sampe melongo sangking gak tau mau ngapain ngisi liburan itu. Akhirnya Tante Sowon ngajakin mereka buat keliling kota sama sekalian ke pasarnya aja. Sisanya ya mentok dirumah.

"Nasi kuning pedes mba," kata Umji ke mba-mba penjual nasi kuningnya. "Ayam dua, ikan tiga, telur satu."

"Siapa yang pake telur, Kak?" Tanya Somi begitu mba yang jual naskunnya mulai nyiapin pesenan mereka.

"Gue."

"Tumben pake telur."

"Lagi pengen aja, Som. Bosen ayam terus."

Somi ketawa dan ngeliatin ekspresi Umji yang lagi main hp.

"Ihiy, chatan sama siapa nih? Si Venon apalah itu, ya?" Ledeknya bikin Umji menggeleng kuat-kuat.

"Bukan. Lagian itu cuma temen," balasnya bohong. Iyalah, dia maunya lebih dari teman. "Grup kelas lagi rame, makanya ikut nimbrung juga."

"Ooh." Somi ngangguk-ngangguk. "Kak San itu beneran sepupu kita, Kak?" Tanyanya bikin Umji ngeliat kearah dia heran. "Bukan apa ya, kok gantengnya beda dari yang lain."

Umji mengendikkan bahu, sambil ketawa. "Masa sih ganteng? Biasa aja padahal."

"Kebiasaan ngeliat banyak cowok ganteng makanya Kak San jadi gak keliatan ganteng ya?"

Cewek berponi itu menggeleng. "Apaan dah."

"Lucu ya kan mukanya, Kak? Kayak kucing, hehe." Somi senyum-senyum sendiri. "Untung sepupu, kalo nggak auto gebet nih."

"Kucing jadi-jadian iya," timpal Umji setelah ngucap makasih ke mba penjual naskun dan ngasih uangnya. Mereka terus balik ke rumah. "Cari yang lain lah, Som. Lo tuh cantik, banyak yang mau sama lo."

"Masih kecil aku tuh, Kak," balas remaja kelas sembilan itu sambil megangin kresek isi sarapannya. Terus ketawa. "Kalo kakak gimana? Apa kabar sama Kakak doi yang dibilang Bang Seonghwa kemaren?"

Umji meneguk ludahnya. Bajigur, pake diingetin segala. Padahal dia berusaha ngelupain perkataan Seonghwa yang gaada akhlak itu.

"Biasa aja. Dia lagi deket sama cewek lain. Mundur aja deh dari pada kecewa," jawab Umji sambil ketawa. Tangannya ngegeser pagar rumah dan membiarkan Somi masuk duluan sebelum dia.

"Gaspol aja kak. Siapa tau ternotis?"

Mulai deh Somi dan segala tips dan triknya agar ternotis doi yang kadang menurut Umji agak nekat.

"Nggak ah, pelan-pelan aja."

Mata Umji menangkap sosok Seonghwa yang lagi duduk-duduk dikursi teras rumah sambil ngopi. Begitu sepupunya itu balik natap dia, cewek itu mengalihkan pandangan ke Somi.

"Gue masuk duluan ya, Som."

"Oh iya, Kak," balas Somi bikin Umji langsung masuk rumah. Tanpa peduli sama sapaan Seonghwa yang basa-basi ke sepupunya itu. "Pagi Bang Seonghwa!" Sapa cewek itu ke Seonghwa.

"Pagi, Somi," balas pemuda berambut hitam itu. "Dia kenapa?" Tanyanya sambil menunjuk kedalam rumah dengan jarinya.

Somi mengendikkan bahu. "Ngga tau."

¤¤¤

Tingkah Umji mendadak bikin seluruh penghuni rumah jadi banyak diam. Donghan sama Yunho yang kadang kalau sudah ngumpul bisa bikin rumah heboh, kini banyak ngobrol terus diam nonton tv. San juga. Seonghwa apalagi. Bawelnya gak ditampakkan. Somi semakin bingung dan risih lama-lama, dia biasanya bakal bawel dan terus kesana-kemari ngerecokin Umji, sekarang mau gak mau ikut diam.

Setelah sarapan bareng dimeja makan, Umji milih langsung naik ke kamarnya dan berdiam diri didepan laptop setelah Yunho menawarkan diri gantiin dia nyuci piring dan yang lainnya.

Somi akhirnya gabung sama yang lain diruang tengah. Mereka nonton tv sambil ngobrol santai.

"Hari ini mau kemana?" Tanya Seonghwa ke Somi begitu dia liat sepupunya itu duduk disebelahnya.

Cewek yang mukanya jauh beda sama si abang alias Donghan menggeleng. "Gak tau. Kan yang orang sini abang, bukan gue. Gimana sih?"

Seonghwa ketawa.

"Bego sih dipelihara," celetuk Donghan sambil terus ngunyah kacang goreng.

"Kasian kalo gak dipelihara nanti  terlantar soalnya," sahut San. "Ye gak, Bang?" Dia noleh ke Seonghwa.

"Yoi. Pinter banget lu, San. Memang cocok jadi sepupu gue." Perkataan Seonghwa bikin para sepupunya termasuk Yunho yang asik nyuci piring ketawa.

"Nonton aja sudah, dibayarin sama sultan Umji. Ya gak, Ji?"

Semua sontak noleh ke Umji pas cewek itu turun dari tangga buat ngambil minum. Dia natap Donghan bingung karena baru datang udah disebut-sebut aja namanya.

"Apa?" Tanyanya.

"Ayo nge-mal. Nonton," ajak Donghan seolah nggak tau keadaan mood Umji yang lagi turun. "Bayarin."

Umji mendadak diem. Dia sebenernya ogah buat kemana-mana saat ini, mending tidur dikamar. Apalagi ngeliat Seonghwa, rasa malesnya bertambah-tambah. Tapi dia juga ngerasa bersalah sama yang lain, yang kena imbasnya.

"Ok-"

"YES!"

Giliran gratisan aja langsung nyaut. Emang dasar Donghan.

Sepupu « San-Umji ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang