"Udah Ji, gausah pikirin itu Moonbin. Babi emang ngomporin orang terus," kata Sinbi berulang kali. Seungkwan yang disebelahnya cuma ngangguk doang, menyetujui omongan Sinbi. "Jangan galau-galau."
Umji yang dari tadi diem cuma ngangguk. Bikin Seungkwan sama Sinbi melengos.
"Jangan diem terus, ngomong dong," kata Sinbi lagi.
Umji natap kedua temennya dengan mata berkaca-kaca. Dia ngerasa.. ancur? Emang Umji bego mau-maunya ngarepin Vernon yang kadar kegantengannya melebihi batas. Beda jauh sama dirinya yang sejak kelas sepuluh sering, dibilangin jelek, gendut, dan berbagai macam hinaan lainnya. Oke, Umji nyadar emang pas dulu dia nggak terlalu peduli sama dirinya. Mau main kejar-kejaran sama Sinbi ditengah lapangan yang panas tanpa takut gosong, jarang skincare-an, makan sembarangan, dia gak peduli. Yang penting bahagia.
Tapi nyatanya, orang nggak suka ngeliat dia. Umji dirasa nggak pantes punya teman dan saudara yang beningnya kebangetan. Saat itu dia cuma heran sama orang-orang yang sering komentarin hidupnya dia. Dia beli bakso dua porsi buat makan barengan Sinbi dikantin aja ada yang neriakin dia. Ngatain dirinya itu rakus udah kayak gajah. Padahal kan dia gak minta dibayarin.
"Eh jangan nangis." Sinbi langsung meluk temennya itu dengan mata berair juga. Dia ikut sedih walau gak tau sebab yang bikin temennya itu nangis. "Gak boleh nangis-nangis ah, udah gede." Sinbi larang-larang Umji nangis padahal dia sendiri nangis. Aneh memang.
Giliran Sungkwan yang kebingungan. Dihadapkan sama kedua temen ceweknya yang sama-sama nangis. Dia bingung cara nenanginnya gimana.
"Kenapa sih? Kenapa? Ceritain ke kita dong jangan pendem sendiri," kata Sinbi sambil ngusap air matanya. Parah sih ini Umji bikin dia mellow siang-siang. Untung habis ini nggak ada tugas lagi yang harus dikumpul. Ntar ketemu guru malah ditanyain macem-macem.
Umji nggeleng dan makin kenceng nangisnya. Gapapa aman ini kelas kosong. Dia bebas nangis gak takut banyak yang tau dan ujung-ujungnya kepo.
Seungkwan nepuk-nepuk bahu Umji pas cewek itu mulai mereda tangisnya. "Minum dulu."
Setelah neguk minuman teh susu punya Seungkwan, Umji bilang ke kedua temennya kalo dia mau pulang aja. Izin sakit atau apalah gitu biar Papa Suho jemputin dia.
"Yaudah tunggu sini gue telponin bokap lu," kata Seungkwan dan kemudian nelponin Papa Suho yang juga kenal dia.
"Kalo ketemu Moonbin ntar gue tampol kepalanya, tenang aja," ujar Sinbi sambil nyodorin tisu kearah Umji yang nyengir tipis. "Sakit apanya?"
"Hati,"
"Beneran gara-gara Moonbin ya?" Sinbi mengepalkan tangannya. "Dasar curut satu itu emang minta disentil lambungnya."
Umji nggeleng. "Nggak kok, Bi. Cuman gak enak badan."
Sinbi ngangguk-ngangguk. "Yaudah deh."
Sinbi pindau duduk disamping Seungkwan yang semula duduk didepannya. Bantuin jelasin ke Om Suho kalo anaknya itu cuma badmood tapi minta dijemput pulang. Soalnya Om satu itu kaget karena temen anaknya yang ngehubungin dia, bukan anaknya sendiri. Dia kira anaknya kena kejadian kayak sebelum-sebelumnya.
"Eh? Kok nangis?"
Umji buru-buru nundukin kepalanya waktu San datang ke kelas bareng anak basket yang lain. Kayaknya habis dari kantin. Soalnya anak itu bawa-bawa minuman teh dingin.
"Kenapa sepupu gue woy," tanya San ke Sinbi yang sontak sinis ke Moonbin yang juga ada disana. "Sinbi?"
"Sakit perut katanya, minta pulang." Sinbi jawab seadanya karena gamau banyak yang kepo. Apalagi ada Juyeon yang lambenya meleber walau tampangnya sok cool gitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepupu « San-Umji ✔
Fanfiction[AU, COMPLETE] "bisa gila gue punya sepupu gak waras kayak lo!"- Yumna Jihan (18) "gila sih gila aja gausah ngajak-ngajak."- Ikhsan Malik (17) tentang umji yang harus berhadapan dengan sepupunya, san. ft. 98&99 liner ¤28042020- publish: 11052020