O40

409 86 3
                                    

"Ogah. Gue yang bayarin kok gue disuruh ngantri sih?" Tukas Umji gak terima pas Donghan seenak jidatnya nyuruh dia beli tiket. Mana antriannya panjang pula, makin gak terima si Umji.

"Kan tadi siut yang kalah harus ngantri, gimana toh?" Donghan keukeuh nyuruh sepupunya itu buat ngantri. "Sportif dong."

Kesel, Umji langsung pergi dari sana dan ngantri dibarisan film yang mereka mau tonton. Bibirnya bergerak-gerak ngumpatin Donghan yang gatau diri. Dia juga nyadar kalo dia bego, mau-mau aja ikutan ide Yunho main siut buat nentuin siapa yang ngantri beli tiketnya.

Masih jam sepuluh lewat tapi emosi Umji sudah diuji untuk kesekian kalinya. Pengantri didepannya tinggal tiga orang lagi, tiba-tiba orang yang pertama malah manggil temen-temennya yang lain buat ngantri dibelakangnya. Bukannya jadi satu aja, sependengaran Umji sih mereka emang ga sengaja ketemuan gitu.

"Makin lama lah, bego," umpat Umji agak nyaring sampe mba-mba didepannya ngeliat sebentar ke dia.

"Sabar mbak, memang kalo orang ga kebiasaan ngantri emang gitu. Suka seenaknya," komentar mbak berhijab pink muda itu sambil senyum manis.

Umji jadi iri karena mbak itu bisa nahan kesel dan tetep senyum.

"Iya mbak, ngeselin. Mana bentar lagi penuh lagi," gerutu Umji. Memang bener, kursi tinggal kurang dari lima belas dan masih banyak orang ngantri didepannya. Terus belum tentu orang-orang didepan dia ini belinya cuma buat dirinya sendiri. Gimana kalo kayak dia yang belinya sekalian yang lain.

"Cukup kok itu," balas mbak itu lagi. "Kalau memang ngga cukup, bisa ambil jam lain kan? Ada yang jam setengah tiga sore."

Umji ngangguk terus nyengir. "Iya sih. Tapi kesorean."

Obrolan mereka berhenti sewaktu mba berhijab itu gilirannya buat mesen tiket dan yang lainnya. Umji dengar, mba itu mesan dua tiket. Buat dia dan suaminya kalo nggak salah.

Umji nahan senyum waktu si mbak itu digandeng suaminya setelah beli tiket. Mereka sekalian beli popcorn sama bubble tea satu buat berdua. Cewek yang sekarang lagi make blouse putih motif bunga itu balas senyum waktu si mbak cantik itu pamit pergi duluan.

Umji jadi pengen nikah juga, hw.

"Film yang itu," tunjuk Umji ke layar diatas yang lagi nempilin poster film action itu. "Tiketnya, mm.. enam mbak," katanya lagi saat giliran dia beli tiketnya setelah sekian lama nunggu.

"Yang kesisa cuma empat, F enam sampai sembilan, sisanya penuh, mbak," mbak itu tersenyum tipis. "Film yang lain masih ada kosong, jam tayangnya juga sama."

Umji masih mikir. Tenang aja, dibelakang dia kosong gak ada yang ngantri.

"Bisa tanya sama pacarnya, mbak," ujar mba itu lagi.

Umji noleh kesampingnya, ada San yang tiba-tiba muncul dan disangka pacarnya.

"Bukan mba-"

"Yang itu aja," sela San sambil nunjuk film horor yang kebetulan masih nyisa dan jam tayangnya sama.

"Baik, satu lagi? Untuk mbaknya?"

Umji akhirnya ngangguk mengiyakan ketika si mbak itu nawarin kursi kosong sebelah kursi San ke dia. Cewek itu ngeluaron uang buat tiket dan sekalian bayar minuman sama popcorn pesenan sepupunya yang lain.

"Nggak mau, gue mau film pertama."

Umji melengos waktu denger jawaban keempat sepupunya yang lain kompak nolak nonton film kedua. "Terus tiket satu ini buat siapa?"

"Buat kakak aja, rela gue kak," ucap Yunho.

Umji tadinya mau nolak, tapi karena pintu teater sudah dibuka dia akhirnya ngeiyain. Hitung-hitung senam jantung pagi-pagi yakan. Padahal dia maunya nonton yang seru-seru tanpa ada jumpscare.

Sepupu « San-Umji ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang