Pagi pagi sekali, pukul lima pagi dini hari Yuri terbangun dari tidurnya dan ia tatap wajah suaminya yang masih tertidur pulas pukul 3 pagi.
Yuri usap matanya yang masih lengket lalu ia beranjak dari kasurnya untuk menyiapkan beberapa hal hari ini setelah pertengkaran hebat mereka kemarin.
Putrinya akan pergi ke PAUD pukul 8 pagi dan suaminya juga berangkat pukul 8, tapi wanita itu sudah bangun pagi untuk menyiapkan semuanya.
Yuri siapkan pakaian kerja suaminya dan ia masak makanan yang cukup banyak hari ini mengingat suaminya suka makan.
Yuri bekerja di dapur lalu berjalan ke kamar anaknya untuk memandikan anak semata wayangnya itu tanpa menggangu tidur suaminya yang nyeyak.
Setelah menyiapkan anaknya untuk ke PAUD, Yuri langsung berjalan menuju kamarnya membangunkan suaminya itu.
Dengan pelan wanita itu bergerak naik keranjang tidurnya dan ia tepuk pelan pipi suaminya yang tertidur lelap.
"Sayang...bangun yuk. Aku udah siapin baju kerjanya" kata Yuri lembut namun Yena tidak kunjung bangun.
Dengan pelan Yuri kembali menepuk pipi suaminya membangunkan suaminya dengan sabar sambil ia kecupi pelan pipi itu agar Yena tidak marah lagi.
Yena menggeliat sambil ia buka pelan matanya menatap Yuri yang tersenyum padanya. Dengan cepat Yena beranjak dari tidurnya dan duduk mengumpulkan nyawanya.
"Kamu mandi abis gitu sarapan ya, aku udah masak banyak makanan rumahan kesukaan kamu" kata Yuri yang dijawab anggukan malas oleh Yena.
"Iya, aku mau mandi dulu" kata Yena beranjak dari kasur dan ambil handuk dan pakaian kerjanya masuk kamar mandi untuk bersiap kerja.
....
Siap kerja, Yena berjalan kearah meja makan membawa keperluan kerjanya dan ia duduk di kursi bersama putrinya yang anteng minum susu dengan dot di atas meja.
"Yeri.. anak appa yang lucu" kata Yena membawa anaknya ke pangkuannya dan ia keluarkan ponselnya untuk menunjukan video anak anak di ponselnya.
Yuri datang dari dapur dan dengan segera ia hidangkan makanan yang sudah ia masak diatas meja untuk suaminya sarapan.
"Hari ini aku masak banyak, kamu makan sepuasnya" kata Yuri menyiapkan alat makan untuk suaminya juga mengisi mangkuk nasi Yena.
Yena mengangguk lalu lanjut menunjukan video untuk putrinya hingga sebuah notifikasi pesan kakaotalk muncul di ponselnya dari kontak bernama "Yoojin".
Yena tatap sekitar dan ia slide pesan itu lalu ia matikan ponselnya untuk sarapan pagi bersama keluarga kecilnya.
Yuri tatap suaminya yang makan dengan lahap sambil tersenyum, mungkin memang tidak seharusnya sebagai istri yang belum becus mengurus suami sepertinya untuk banyak meminta pada Yena.
Dirinya belum bisa mengurus suaminya dengan becus, dirinya seharusnya tidak banyak meminta dan lebih memperbaiki diri pada Yena yang selalu berusaha sabar dengan sikapnya yang agak ngegas.
"Ducky sayang..." panggil Yuri pelan yang hanya dijawab deheman kecil oleh Yena.
Yuri menyunggingkan senyumannya tau bahwa suaminya sedang marah kali ini, dan saatnya Yuri harus turunkan egonya.
"Sayang, aku minta maaf ya sama sikap aku selama ini sama kamu. Aku sadar kalau aku belum bisa becus urus kamu sama Yeri, dan gak seharusnya aku minta banyak ke kamu apalagi kekang hidup kamu kayak gini" kata Yuri memegang tangan kiri Yena yang tidak memegang sumpit.
"Aku janji, kedepannya akan lebih baik jadi istri buat kamu. Aku pingin Choi Yena bangga punya istri kayak Yuri" kata Yuri tersenyum sambil menggengam erat tangan Yena.