Tanpa sadar, air mata jatuh di ujung mata Yireon yang sejak tadi terpejam, dan gumaman kecil terdengar dari bibir Yireon...
"Aisha-nim..."
"Arghhhhhhhhh aingggg mauuunggggg!" teriak seorang laki laki terbangun dari tidurnya lalu segera mengusap kasar wajahnya dengan kulit duren. gk!
"Mimpi? apa saya bermimpi? apa tadi hanya mimpi?" pikir Yoorim lalu dengan segera ia tatap jam di dinding kantornya...
"Jam 1 pagi, apa Yireon udah pulang ya? kenapa tidak pamit pada saya? kenapa tidak bangunkan saya?" tanya Yoorim bertanya tanya.
"Om, tolong Nako om...tolong Nako..." sebuah suara terdengar tiba tiba di telinga Yoorim membuat laki laki itu tersentak.
Apakah salah dengar? mengapa telinganya tiba tiba mendengar suara Nako minta tolong?
"Nako mana? Nako kemana? di jonggol~ Nako??" panggil Yoorim mencari cari di sekitar ruangannya, mulai dari bawah meja hingga tong sampah.
"Ikuti mimpi om..." kata sebuah suara yang terdengar lems hingga akhirnya tidak terdengar lagi.
"Mimpi??? apa benar? hotel??" Yoorim langsung ambil kunci mobilnya dan langsung menancap gasnya menuju hotel yang ada di mimpinya.
Mengemudi lama, sampailah Yoorim ke hotel La Meridien. Yoorim langsung masuk kedalam hotel itu dan bergerak menuju receptionist.
"Permisi! apa ada kamar atas nama Zhong Chenle?" tanya Yoorim pada receprionist.
"Tidak ada tuan"
"Apa ada atas nama...Kim Yireon?" tanya Yoorim lagi berharap bahwa reservasi itu tidak ada, namun...
"Ada seorang laki laki memberikan kartu ini di kamar 304, VIP lantai 6. Kamar itu di pesan atas nama Kim Yireon..."
Yoorim berlari sekuat tenaga menuju kamar itu hingga sampailah Yoorim di depan pintu kamar nomor 304 di lantai 6.
"Tuhanku, saya mohon..." kata Yoorim lalu langsung memasang kartu akses masuk kedalam menuju kamar utama.
Mata Yoorim langsung membulat, tangannya mengepal melihat seorang wanita yang duduk di atas ranjang, menangis tanpa busana menutupi tubuhnya dengan handuk.
"Oppa..." panggil wanita itu membuat Yoorim tersentak dan langsung bergerak memeluk wanita itu.
"Maafin Yireon oppa, Yireon lupain oppa! maafin Yireon oppa..." kata Yireon memeluk erat Yoorim sambil menangis.
"Dia apain Yireon? Chenle yang lakuin ini? Chenle?" tanya Yoorim yang diangguki oleh Yireon.
"Yireon...dipake...maafin Yireon oppa..." isak Yireon.
"It's okay, it's okay" kata Yoorim mengeratkan pelukannya.
"Sumsang Group Building..." Yireon gantungkan ucapannya menangis di dada Yoorim.
"Kenapa?? kenapa??" tanya Yoorim memeluk erat istrinya yang akhirnya ingat. Entah mau senang atau sedih kali ini melihat Yireon di beginikan...
"...di pasangin bom yang meledak sejam, dan sekarang sisa 42 menit dan Nako di bawa sama Chenle waktu mau selamatin Yireon" kata Yireon menunjuk pada jam di dinding.
....
Yoorim langsung lajukan mobilnya menuju mansionnya tanpa membawa Yireon untuk mengamankan beberapa barang barang berharga di perusahaan.
Yoorim langsung kabari cecurut dan ke empat lainnya langsung menuju building secepat mungkin untuk mengamankan apa yang bisa di amankan.
Sedangkan Chaewon sudah pasrah pada perusahaannya langsung bergerak mengambil kunci mobilnya untuk melawan Chenle agar melepaskan Nako.