Ibu Rosi melihat ragu apa yang dilakukan Luna di depannya. Tidak biasanya gadis ini hadir di jam pelajarannya, Matematika.
Karena penasaran ibu Rosi berjalan mendekati kursi Luna melihat apa yang ditulis gadis berambut merah ini.
Luna mendengus kesal kembali menghapus apa yang sudah ditulisnya dan kembali menulis dengan fokus.
"Ah! Susah banget sih!" Raung Luna kalah dengan soal yang diberikan Ibu Rosi.
Justin menengok dan tersenyum kecil mendengar raungan sahabatnya. Luna lemah dalam matematika tidak seperti dirinya yang unggul dalam berbagai pelajaran.
Ibu Rosi tersenyum melihat perjuangan Luna untuk mengerjakannya sendiri, "Kamu kalikan dulu bukan dibagi" ujar ibu Rosi membantu.
Luna menengok kearahnya sedikit terkejut, "Sejak kapan ibu di sini?"
"Sejak kamu ngedumel salah nulis"
"Ish ibu tamu ga diundang!"
"Loh? Saya yang ngajar pelajaran ini kenapa jadi tamu ga diundang?"
"Iya lah! Kan saya ga panggil ibu buat dateng" jawab Luna kembali sibuk dengan hitungannya setelah diberitahu ibu Rosi.
Ibu Rosi menghembuskan nafasnya sabar menghadapi gadis ini, masih melihat cara kerjanya.
Luna tersenyum bangga sudah menyelesaikan satu soal, melihat ke bawah masih ada sembilan soal yang belum terjawab.
"Ah! Nyerah!" Seru Luna didengar satu kelas membuat suara tawa kecil terdengar.
Ibu Rosi tertawa pelan mendengar raungan pasrah Luna, "Kamu bisa bantu dia Justin"
Justin mengangguk sopan mengiyakan, jika Luna ingin belajar maka dia akan menurutinya. Justin bisa dikatakan buntut Luna yang kemanapun kakinya melangkah pasti akan mengikuti dari belakang.
Luna hanya lemah dimata pelajaran Metematika yang rumit, beruntungnya Luna memiliki otak yang gampang menangkap suatu pelajaran.
"Butuh bantuan?" Tanya Justin kalem.
Luna menyerahkan buku tulisnya dan juga pensilnya, "Kerjain! Pusing!"
Justin menggeleng menolak perintah Luna, "Dengerin penjelasannya biar lo bisa"
Luna cemberut namun menuruti ucapan Justin meskipun tidak niat, telinganya masih berfungsi sehat.
Justin menjelaskannya dengan sangat jelas hingga Luna antusias dan penasaran untuk menjawabnya.
Selama Luna mengerjakan soal, tangan Justin memainkan kelingking mungil milik Luna.
"Bisa diem ga? Lagi ngerjain"
"Lanjutin aja, tangan kanan kan yang kerja bukan tangan kiri"
Luna tidak membalas dan membiarkan Justin memainkan kelingkingnya.
Brak
"Ah! Kecoret" keluh Luna melihat hasil hitungannya berantakan.
Luna menatap tajam Angga yang sudah mengagetkannya, "Gue lagi ngitung, sialan! Ngapain sih lo! Kecoret kan, lo ga ada kerjaan ya gangguin gue ha! Ah lo buat gue kesel"
Semua orang mengerjap mendengar omelan Luna yang merasa terganggu, biasanya Luna yang mengganggu.
"Ada nyamuk Lun, makanya gue gebrak"
"Apaan sih ga lucu! Sana pergi!"
"Ini tempat gue ngapain pergi"
"Diem lo!"

KAMU SEDANG MEMBACA
BABY MONSTER
Teen Fiction(FOLLOW SEBELUM MEMBACA) Laluna Andrea Shakira. Mungil namun tengil, manis namun bengis. Itulah yang bisa digambarkan dari gadis ini. William Andes, biasa dipanggil Lam oleh adiknya Luna. Dingin dan tegas secara bersamaan tidak membuat Luna takut pa...