Luna memasuki lapangan sekolah dengan kaki pincangnya. Boneka pemberian Riko selalu ditangannya.
Angga berdiri di depan Luna menghadangnya, "Ngapain?"
"Kaki lo kenapa?"
"Lecet. Minggir"
Angga mengangkat tangan Luna melihat boneka yang ada di tangannya, "Apa ini?"
"Makanan. Udah tau boneka malah nanya"
Angga menghela nafasnya, "Lo judes"
"Biarin."
Angga menyamai langkah Luna yang pelan, "Lo kemarin ulang tahun kenapa ga ngundang gue?!"
"Gue sibuk. Lagian lo biasanya dateng sendiri"
"Gue lupa njir, gue inget pas mau tidur"
Luna tidak menanggapi, "Kaki lo kenapa?" Tanya Justin baru menyadari kaki Luna yang pincang.
"Lecet. Nanya mulu!" Sungut Luna bosan.
"Dia baru nanya"
"Kan lo udah nanya Ngga!"
"Kan dia ga ada tadi! Lo ngegas mulu!"
"Lo juga ngegas!"
Justin membalik tubuh Luna melanjutkan jalannya, "Masih pagi harus diawali senyuman bukan debatan."
Luna berdecih mengikuti tarikan Justin. Angga menatap kedua orang itu lalu menatap Tara yang melirik keduanya sinis.
Tara mendekati Angga, "Lo ga mau nyerah?" Tanya Angga.
Tara diam tidak menjawab, Angga terlihat menghela nafasnya.
"Gue tau, Lia masih ada di hati lo"
"Jangan bawa-bawa dia."
"Ra. Lo tau isi hati lo, gue harap lo sadar." Angga menatap seseorang.
"Lia ada di belakang lo." Menepuk bahunya singkat lalu pergi.
Lia melihat kepergian Angga lalu mendekati Tara yang tidak mau menatapnya.
"Tara." Panggilnya.
"Aku tau aku salah. Maafin aku"
Lia menghela nafasnya, matanya masih menatap Tara dalam.
"Aku menyesal." Ujarnya lalu meninggalkan Tara setelah memberikan gelang pemberian Tara.
Tara melihat kepergian Lia lalu melihat gelang yang dikembalikan. Tangannya mengepal menggenggam gelang itu erat.
Dari kejauhan Luna mengamati hal itu, sobat dinginnya itu masih sayang dengan Lia. Mantan kekasihnya.
"Seharusnya dia dengerin penjelasannya" gumam Luna mengetahui masalah yang dihadapi Lia.
Lia adalah temannya dan belakangan ini gadis itu menjauhi dirinya karena Tara.
Luna menghela nafas lalu menatap Justin yang sedari tadi memperhatikan wajahnya.
"Apa!" Sembur Luna, kedua lelaki ini mengganggunya.
"Ada belek di mata lo" celetuk Angga
Luna mengusapnya cepat, "Ga ada! Gue orangnya bersih ya, ga kayak lo. Kucel dekil hidup lagi."
"Cela terus cela!"
"Otak ga ada, jelek, ga punya hati!"
"Terus!"
"Tau ah! Rese!"
"Dari pada lo! Udah pendek, ga cantik, sok pinter hidup lagi" balas Angga.
"Rona! Pacar lo ngatain gue!" Adu Luna melihat Rona yang sudah berkacak pinggang mendengar ucapan Angga terhadap sepupunya.

KAMU SEDANG MEMBACA
BABY MONSTER
Подростковая литература(FOLLOW SEBELUM MEMBACA) Laluna Andrea Shakira. Mungil namun tengil, manis namun bengis. Itulah yang bisa digambarkan dari gadis ini. William Andes, biasa dipanggil Lam oleh adiknya Luna. Dingin dan tegas secara bersamaan tidak membuat Luna takut pa...