Luka ³⁰

1.6K 130 17
                                    

Luna menangis ketakutan merasakan benda ini terasa bergerak tidak karuan. Justin memeluknya erat dan Luna menengok ke bawah melihat kerusakan pada benda yang ditungganginya membuat dia semakin histeris.

"AWAS!" Teriak semua orang saat benda itu bergerak tumbang ke bawah.

"TIDAK!"

"LUNA!"

"JUSTIN!"

Justin memeluk Luna erat, melindungi gadis itu dari hantaman tanah dan besi.

"Bunda" gumam Luna memejamkan matanya dan memeluk erat Justin.

Brak

"LUNA!"

Darah segar keluar begitu saja, Justin mengusap wajah Luna yang sudah tidak sadarkan diri.

"Sudah gue bilang kita akan selamat" bisiknya lalu menutup mata.

William merasakan dirinya tidak bernyawa melihat bianglala itu tumbang dengan cepat.

"LUNA!" teriaknya menghampiri puing-puing bianglala.

***

Deg

Shiva mengusap dadanya yang terasa gelisah, "ada apa?" Tanya Julian.

"Luna" gumamnya.

"Kenapa?"

Shiva menatap Julian gelisah, "Luna"

"Kenapa dengan Luna?"

"Luna Ian"

Julian memeluk Shiva yang terlihat sangat khawatir, "Luna"

"Sshht Luna tidak apa-apa. William menjaganya"

Shiva menggeleng, "jantungku berdetak cepat Ian, Luna.. pasti terjadi sesuatu dengannya"

"Tidak. Luna tidak akan terluka sayang, tenanglah"

"Aku tidak bisa tenang. Pulang Ian"

"Baiklah kita pulang"

Shiva mengusap air matanya kasar, dan menarik Julian tergesah-gesah. Pikirannya sudah berkecamuk was-was, jantungnya berdetak cepat dan gelisah dan ini pertanda tidak baik.

***

Prang

Tirta menatap pecahan gelas di bawah kakinya.

"Ada apa?"

Tirta menggeleng dan berlari kencang keluar rumah, perasaannya tidak enak sedari tadi.

"Tirta!" Teriak Aldo menghentikan langkahnya.

"Hey hey.. ada apa nak?"

"Luna"

"Luna? Kenapa dengannya?"

"Ada yang terjadi dengannya Yah!" Seru Tirta.

"Tenang nak, kita akan ke rumahnya sekarang oke?"

Tirta mengangguk, Aldo menepuk bahunya pelan. Putranya ini akan gila saat Luna terluka.

***

Opah limbung menerima telepon dari William. Menahan tubuhnya dengan mencengkram kursi.

"Apa katamu?"

Air matanya menetes bersamaan dengan ponselnya yang terlepas begitu saja.

"Kenapa?"

Opah menyentuh dadanya yang terasa sakit, "tidak, tidak mungkin"

BABY MONSTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang