Raka ³⁶

1.2K 114 16
                                    

Luna terdiam di dalam mobil, melamunkan apapun yang ada dibenaknya.

Shiva melirik Luna menggenggam tangannya untuk memutus pemikiran Luna.

"Kenapa?"

Luna menggeleng, kepalanya bersandar di kaca mobil. Melihat suasana kota, seharusnya dia bahagia tapi mendengar dan melihat Nia membuat suasana hatinya memburuk.

"Kenapa dia harus melakukan itu bunda? Kenapa?" Gumam Luna.

Shiva hanya bisa diam mendengarkan keluhan Luna, "aku cape"

William menengok mendengarnya menatap wajah lesuh Luna, "aku cape kalau terus begini"

"Berhenti. Itu yang bisa kamu lakukan, jangan turuti egomu Luna karena itu tidak akan selesai"

"Aku masih bingung kenapa dia ngelakuin ini buat aku kecewa dan down"

"Apa aku kurang beri dia perhatian? Apa aku pernah jahatin dia? Aku memang nakal tapi aku tidak akan melakukan kejahilan untuknya"

Julian sengaja memelankan laju mobilnya, dia ingin mendengar keluhan Luna lebih dalam. Gadis ini tidak biasanya seperti ini.

"Aku selalu di sampingnya saat ibunya meninggal dan dia melakukan hal itu saat bunda jauh dari Luna"

Mata Luna berkaca-kaca, "apa aku jahat bunda?" Tanya nya menatap Shiva.

"Aku memang pernah memarahinya karena dia berteman dengan cewe yang amburadul, apa aku salah melarangnya? Salah?"

"Aku tidak bermaksud berucap kasar, aku ingin membuatnya sadar"

Tatapan Luna kembali ke arah luar, "aku bingung dan aku memilih membencinya daripada memaafkannya"

Memori Luna berjalan begitu saja mengingat perilaku Nia yang berbalik membencinya.

Flashback

Luna menatap punggung Nia yang menjauh tanpa menengok ke arahnya.

"Gue salah apa?"

Setiap Luna mendekatinya Nia pasti menjauh, Luna tidak merasa melakukan kesalahan besar.

Hingga sampai dipuncaknya Nia membentak Luna dan mengucapkan perkataan yang menusuk hatinya.

"BISA GA SIH LO JANGAN IKUTIN GUE TERUS?! LO ITU ANAK PEMBAWA SIAL!"

"Apa maksud lo Nia?"

"Lo anak pembawa sial, dan karena kehadiran lo bunda milih jauh dari lo dan juga ayah lo. Lo ga pantes dapetin kasih sayang bunda lo, karena apa?"

Nia mendekatkan wajahnya, "lo anak haram dan pembawa sial."

Luna menghapus air matanya mendengar memori yang kejam itu, "apakah aku pembawa sial bunda?"

Shiva menggeleng kuat menarik Luna ke dalam pelukannya, "apa aku anak haram?"

"Tidak sayang, kamu putri bunda dan ayah, adik bang Lam"

"Kenapa dia mengucapkan hal itu? Kenapa bunda?"

Tangis Luna terdengar pilu, Luna merasa kecewa. Sakit hatinya terlalu dalam, Nia melakukan kejahatan yang luar biasa kepada dirinya.

Luna lebih baik menerima pukulan daripada menerima luka untuk hatinya. Luna mudah terluka mengenai hal berbau bunda dan ayahnya apa lagi abangnya.

"Aku ingin memaafkannya tapi dia selalu membuat hati Luna semakin sakit bunda"

Luna masih ingat perkataan Nia, sangat-sangat ingat.

'Bang Liam benci lo'

'Lo ga pantes jadi adiknya Luna, dia benci lo!'

BABY MONSTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang