Jaemin mengerjapkan matanya menatap langit-langit kamar
Jeno masih terlelap dalam tidurnya sembari memeluk tubuhnya"Kak, bangun..sudah pagi"Jeno mengerutkan dahinya lalu memunggungi Jaemin
Lee Jaemin tersenyum kecil lalu duduk, menatap jam yang menggantung di dinding kamarnya"Selamat pagi, bungsunya ayah.."sapa Je Hoon yang tengah mengisi gelasnya dengan kopi
"Pagi ayah.."Jaemin mendudukkan dirinya di kursi, mengucek matanya menatap Je Hoon"Jeno mana?"
"Kakak masih tidur, mungkin kelelahan"
"Ey, harusnya kau yang kelelahan, wajahmu pucat seperti itu, kau yakin baik-baik saja?"Jaemin mengangguk, ya walaupun tubuhnya terasa sedikit sakit
Ia memegangi pundaknya sembari menggerakkan kepalanya agar mengurangi rasa pegalnya
"Kenapa kau bekerja, hm?""Dan membiarkan ku makan dari tempat sampah? Oh ayolah ayah.."Je Hoon tertawa kecil, menaruh gelas berisi teh hangat didepan Jaemin
"Seharusnya kamu dan Jeno tidak kabur saat itu""Ada saatnya seseorang lelah akan semuanya dan ingin pergi dari sana, ayah"Jaemin kembali meminum teh nya yang baru diminum satu tegukan
"Tapi kan kamu bisa bicarakan dengan ayah, tidak kabur seperti itu""Aku benar-benar lelah saat itu.."Je Hoon tersenyum dan mendudukkan dirinya juga
Menatap Jaemin yang tampak memutar-mutar gelasnya
"Ayah tau ini berat untukmu..""Setiap orang punya lika-liku kehidupan, itupun berlaku untuk yang sudah berumah tangga, mau bagaimanapun aku harus menerimanya kan?"
"Astaga..anak ayah memang sudah dewasa ya?"
Jaemin tersenyum kecil, tangannya berhenti menggerakkan gelas berwarna putih itu
"Bahkan jika misalnya aku meminta kalian untuk kembali bersama juga tidak mungkin kan?"Je Hoon menatap gelas berisi kopi yang tinggal setengah itu
"Kamu tau bagaimana pertengkaran ayah dengan ibumu saat itu"
Jaemin menoleh cepat ketika mendengar suara yang berasal tak jauh dari dapur"Astaga.."Jaemin menahan tawanya melihat Jeno yang mengusap-usap siku nya
"Kenapa bisa jatuh, aduh.."Je Hoon tertawa melihat raut wajah Jeno, berdiri untuk membuatkan teh hangat untuk si sulung itu
"Seharusnya kau berhati-hati, Lee Jeno"Jaemin kembali duduk di kursinya, meminum teh nya
Jeno hanya merengut sembari menatap siku lengan nya yang terlihat memerah
"Nanti juga hilang, minum ini""Apa ini?"tanya Jeno polos menatap teh digelasnya
"Ey..mana mungkin kau melupakan teh?""Ah iya..teh"Jaemin tersenyum kecil, menatap gelas yang sudah kosong
"Ibu menemui ku, ayah..""Benarkah? Ibu bilang apa?"
"Ayah, kenapa ibu mau membawa kakak?"tanya Jaemin balik
Je Hoon menatap Jaemin tak percaya
Wanita itu ternyata tidak main-main dengan ucapannya
"Saat bercerai, ibumu meminta hak asuh nya diberikan kepada nya..""Tapi kenapa hanya kakak?"
"Sebenarnya ayah ingin mengasuh kalian berdua, bukan hanya kamu ataupun Jeno
Tapi ibumu benar-benar memaksa dan...Jeno yang jadi pilihannya""Tapi dia sudah menyakiti kakak dengan perkataannya, ayah.."
"Ayah tau, ayah juga tidak habis pikir dengan wanita itu
Katanya, jika ia tidak segera mendapat hak asuh Jeno maka, dia akan mengajukan masalah ini ke pengadilan"
Jaemin menatap Je Hoon tak percayaBagaimana jika itu benar-benar terjadi?
Jaemin tidak bisa membayangkan jika dirinya berjauhan dengan Jeno
"Ayah tapi aku..""Ayah tau Jaemin..kamu tidak mau berjauhan dengan Jeno
Maka dari itu jika ibumu benar-benar mengajukan gugatan ke pengadilan, ayah akan mempertahankan hak asuh kalian agar tetap bersama ayah, kamu juga Jeno"
Jaemin bisa melihat manik mata Je Hoon mulai berkaca-kaca, pria itu sepertinya sama dengannya sekarang
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey Brother
Fanfiction"apapun alasannya, dia tetaplah kakakku dan jika kau berani menyentuhnya, bersiaplah untuk tidak bisa menggunakan anggota tubuhmu lagi" Lee Jaemin, salah satu remaja yang berhasil mendapatkan beasiswa untuk sekolah dan harus bekerja untuk menghidupi...