Winwin mendudukkan dirinya di kursi begitupun Jaemin yang yang ikut duduk dihadapannya sembari membawa segelas teh hangat untuknya
"Tumben sekali meminta ku kesini, ada apa?""Ibu meneleponku"Jaemin yang awalnya biasa saja jadi terkejut karena Winwin tersedak
"Apa kamu bilang?!""Ibu meneleponku"ulang Jaemin dengan suara yang pelan
"Kakakmu sudah tidur kan?"Jaemin mengangguk dan memberikannya dua lembar tisu pada Winwin"Yang benar saja, darimana dia tau nomor telepon rumah mu.."
Jaemin menggeleng, melipat tangannya di meja
"Aku juga tidak tau, tiba-tiba saja menelpon ku, apalagi kakak ada didekat sana tadi""Kamu tidak mau mengajak kakak mu bertemu dengan ibu mu?"Jaemin menatap Winwin tajam
"Kak, dia yang sudah menyakiti kak Jeno dengan perkataan nya, apa masih harus disebut ibu?""Tapi kamu bilang Jeno sering bertanya pada mu tentang ayah kan?"
"Aku tau..tapi aku juga tidak mungkin mengajaknya menemui mereka, jelas-jelas mereka yang kala itu membuat kak Jeno melukai kepalanya sendiri"
Jaemin menghembuskan nafasnya pelan, menatap gelas bergambar apel dihadapannya
"Aku bukannya tidak mau menemui orangtuaku sendiri, tapi sikap mereka yang sudah keterlaluan..itu yang bikin aku tidak mau bertemu mereka lagi atau melihat kakak disakiti lagi walaupun hanya dari kata-kata"Winwin menatap Jaemin sebelum tangannya menepuk kepala nya
"Aku paham, kamu memang menjaga Jeno dengan baik"Jaemin hanya tersenyum sekilas, keduanya kompak menoleh ketika terdengar seseorang membuka pintu
"Loh? Kakak belum tidur?"Jeno tidak menjawab, matanya yang belum terbuka sepenuhnya membuat Jaemin berdiri dari kursinya
"Ditanya kok gak dijawab?"Jeno tidak menjawab lagi, kakak dari Lee Jaemin itu masuk ke kamar mandi begitu saja
"Pantesan kalau kamu ditanya sering gak jawab, turunan Jeno ternyata""Enak aja, aku sering jawab kok"
"Mana ada, waktu ditanya mau kemana memangnya kamu jawab?"
"Enggak sih.."Jaemin tertawa pelan sebelum menatap Jeno yang keluar dari kamar mandi
Menatap Winwin yang menatapnya juga
"Sepertinya nyawa kakakmu masih ada di alam mimpi sebagiannya lagi""Tidur lagi sana, itu Kak Winwin cuma mampir doang, minta makan"
"Kurang ajar jadi sepupu, kalau bukan karena telepon mu itu aku gak mau kesini"
"Oh ya? Waktu ngasih makanan ke aku malem-malem itu apa?"
Jaemin tersenyum menatap Winwin yang membuang mukanya
"Jangan galak-galak, nanti gak ada yang mau jadi pacar kakak"•••
"Wah..pemulung sekolah sudah datang ternyata"
Jika saja Jaemin bisa melakukan apapun pada kakak kelasnya itu, mungkin sudah ia pukul habis-habisan
"Kenapa? Mau ngelawan?"Jaemin mengendikan bahunya dan berjalan melewatinya begitu saja sebelum kaki seseorang membuatnya harus jatuh tersungkur
"Kalau jalan pake mata makanya.."Pakai mata kok, bahkan pakai kaca pembesar biar lebih jelas
Jaemin berdiri dan merapihkan seragamnya
"Udah miskin pake belagu lagi..cuma ngandelin beasiswa aja bangga"Bangga kok, Jaemin bangga karena beasiswanya hasil prestasi nya sendiri bukan hasil ngemis sama guru
Memangnya mereka yang masih bergantung pada uang orang tua
Jaemin membalikkan tubuhnya lalu tersenyum,
"Terimakasih, setidaknya aku belajar jika aku tidak boleh seperti kalian"

KAMU SEDANG MEMBACA
Hey Brother
Fanfic"apapun alasannya, dia tetaplah kakakku dan jika kau berani menyentuhnya, bersiaplah untuk tidak bisa menggunakan anggota tubuhmu lagi" Lee Jaemin, salah satu remaja yang berhasil mendapatkan beasiswa untuk sekolah dan harus bekerja untuk menghidupi...