[ 4.5 ] Sandaran

2K 217 6
                                    

"apa?"Jeno yang mendengar nada bicara Jaemin tiba-tiba keras membuatnya menoleh, dapat ia lihat jika Jaemin tengah serius sekarang.
"Aku akan kesana"

Jaemin menatap layar ponselnya sebentar lalu menatap Jeno, "kak aku harus pergi..aku telpon kak Winwin biar datang kesini ya?"

"Jae mau kemana?"

"Mau ke rumah Chae, ayah nya Chae..meninggal"
Jeno yang mendengarnya ikut sedih, buru-buru ia menarik ujung baju Jaemin.
"Mau ikut.."

"Enggak kak, kakak harus istirahat"

"Jae mau ikut.."Jaemin mati-matian menahan dirinya untuk tidak mengajak Jeno. Tapi kakaknya sudah memaksa seperti ini akan sulit untuk menolaknya
"Jae coba tanya dokter dulu ya? Kalau dokter bilang gak boleh berarti kakak tidak boleh ikut, gakpapa?"

Jeno hanya mengangguk, bisa apa dia kalau Jaemin tidak ada.

•••

"Chae.."panggil Jeno pelan melihat gadis yang sering menemaninya kemanapun ia ingin itu kini tengah menangis dengan balutan busana berwarna hitam.
Jaemin yang melihatnya pun tak tega, setelah memberi penghormatan terakhir Jaemin menghampiri Chaeyoon, duduk didepan gadis yang tampak tidak bersemangat seperti dulu.

Jaemin sempat melirik Jeno yang memberitahunya untuk memeluk Chaeyoon.
"Chaeyoon.."
Gadis dengan wajah pucat nya itu cukup terkejut saat Jaemin menuntun kepalanya untuk bersandar di bahu tegap pemuda itu, menepuk-nepuk lengannya dengan tangan kirinya yang memeluk tubuh Chaeyoon.

"Ayahmu akan memarahi ku jika aku tidak menjagamu dan malah membuatmu menangis"
Chaeyoon kembali menangis mendengar ucapan Jaemin, Jeno yang memperhatikannya pun ikut tersentuh.
Jae harus jadi pacar Chae.

•••

"Aku tidak mau kamu sakit, buka mulutmu dan makan. Kak Jeno bisa-bisa memukulku jika tau kamu tidak makan"

Chaeyoon hanya diam menatap sendok yang disodorkan Jaemin, tidak berniat untuk memakannya.
"Chaeyoon, aku mohon..makan walaupun hanya beberapa suap. Aku tidak mau ayahmu jadi marah padaku nanti nya"

Jaemin menghela nafasnya, mendudukkan tubuhnya disebelah Chaeyoon lalu kembali memeluk gadis itu.
"Kak Jeno..dimana?"

Chaeyoon sedikit menoleh saat pintu kamarnya dibuka, Jeno masuk sembari membawa segelas susu hangat.
"Chae harus makan, Chae tidak boleh menangis. Besok antar berenang ya?"

"Chae ayo makan..tanganku pegal"Jaemin tersenyum melihat Chaeyoon akhirnya mau makan. Jarang sekali ia melihat Chaeyoon seperti ini, jika menangis tidak akan selama ini.
Diingat-ingat Chaeyoon sudah menangis selama tiga jam, entah lebih lama lagi atau tidak.

"Chae bobo"ucap Jeno pelan memiringkan kepalanya, menatap Chaeyoon yang tertidur dan baru makan tiga suap saja.
"Kita harus pulang, biarin Chae istirahat ya kak?"

Jeno mengangguk, menaruh piringnya di atas meja.
Matanya tak lepas dari Chaeyoon yang tertidur sebelum Jaemin menggenggam tangannya dan mengajaknya keluar dari kamar.
"Loh, kalian mau kemana?"

"Kami mau pulang, sudah malam juga. Chaeyoon harus beristirahat"

"Ini sudah terlalu malam, menginaplah disini sehari lalu besok pulang. Bibi takut kalian kenapa-napa dijalan ya? Untuk kali ini saja"Jaemin tidak bisa menolak permintaan ibunya Chaeyoon dan akhirnya memilih menginap di rumah Chaeyoon.
Mereka tidur di kamar tamu yang cukup luas, bahkan jika dihitung-hitung kamar seluas ini cukup untuk dua kasur.

"Kak Jeno tidur ya? Kakak masih harus istirahat"

"Jae juga tidur"Jaemin mengangguk dan mendudukkan dirinya di pinggir kasur.
Sejujurnya ia lelah, ingin beristirahat tidak mengurus apapun.
Tapi Jeno lebih butuh dia sekarang dengan kondisi yang masih harus diperhatikan. Je Hoon dan Yura punya kesibukan masing-masing yang Jaemin percaya tidak ada waktu untuk mengurus Jeno.

Terkadang dirinya harus rela tidak tidur karena Jeno yang terus mengigau kala tertidur ataupun melewatkan jam makannya demi memastikan jika Jeno sudah makan.
Harus bekerja seharian di kafe untuk memenuhi kebutuhannya walaupun ia masih bisa meminta pada Je Hoon.
Harus rela tidak sekolah seperti anak-anak lainnya karena insiden yang terjadi, membuat nama baiknya tercoreng sampai detik ini.

Hidup seperti Jaemin ternyata tidak semudah yang dibayangkan.

Jaemin merebahkan tubuhnya yang terasa pegal karena seharian ini ia belum sempat beristirahat. karena terlalu sering begadang, kantung mata berwarna hitam terlihat jelas dibawah matanya.
Disaat ia ingin tidur pasti ada sesuatu yang harus dilakukan dan membuatnya tidak bisa untuk memejamkan matanya sejenak saja.

Matanya perlahan tertutup seiring Jeno yang memeluknya, sudah lama Jeno tidak tidur tanpa alat-alat medis yang melekat ditubuhnya. Jaemin sedikit takut saat Jeno ikut, takut terjadi sesuatu pada sang kakak.
Syukurlah tidak ada yang terjadi.
Matanya kembali terbuka sebentar saat seseorang mengusap pipinya, itu Jeno.
Entah memikirkan apa do alam bawah sadarnya ataupun belum tertidur, tapi tangan Jeno yang menyentuh pipinya begitu hangat.

Sampai kapanpun juga, Jaemin tidak yakin jika ia bisa hidup tanpa Jeno nantinya, tidak akan pernah bisa.

•••

Jeno membuka matanya dan melihat Jaemin masih tertidur pulas menghadap ke arah nya.
Jeno kembali mengusap pipi sang adik sebelum bangun dari tidurnya.
Ia menyembulkan kepalanya untuk melihat ada tidaknya orang dirumah ini.
Yang ia yakin Chaeyoon yang pasti tetap dirumah.
"Hey, selamat pagi"sapa ibunya Chaeyoon sembari tersenyum.

Jeno pun membalas senyuman wanita itu lalu duduk di kursi sesuai permintaan ibunya Chaeyoon.
"Jaemin mana?"

"Masih tidur.."jawab Jeno yang tengah memperhatikan buah-buahan yang tersusun cantik di keranjang.
"Ini, diminum ya"

Jeno tersenyum kecil lalu memperhatikan segelas susu yang dibuatkan oleh ibunya Chaeyoon lalu meminumnya setengah.
"Terimakasih ya sudah datang, Chaeyoon jadi tidak terus menerus menangis"

"Hehe"
Ibu Chaeyoon dibuat gemas oleh tingkah Jeno. sesekali ia mencubit pipi Jeno lalu kembali memasak sarapan.
"Nih..bibi buatkan nasi goreng untukmu"

"Terimakasih"Jaemin yang memperhatikan Jeno sejak tadi tersenyum, Jeno akhirnya bisa merasakan bagaimana sosok ibu dari seorang ibu.
"Selamat pagi, kak Jeno"

Jeno tersenyum lalu menyuapkan sesendok nasi goreng untuk Jaemin.
"Jaemin mau? Ini masih ada kok. Bibi sengaja masaknya banyak biar kalian juga makan dengan banyak"

"Terimakasih bi, kami jadi merepotkan mu"

"Tidak kok, bibi senang kedatangan tamu seperti kalian jadi Chaeyoon tidak menangis semalaman. Kasihan dia kalau terus menerus menangis. Bibi susul Chaeyoon ke kamar dulu ya?"

"Biar aku saja yang memanggil Chaeyoon. Bibi istirahat saja"Jaemin bangkit dari duduknya lalu pergi ke kamar Chaeyoon.
Gadis itu masih tertidur dengan selimut yang menutupi tubuhnya hingga menutupi setengah wajahnya.
"Song Chaeyoon, bangun. Ibumu menyuruhmu sarapan"

"Tidak mau"

"Ayo sarapan Chaeyoon"

"Terimakasih"Jaemin menatap Chaeyoon bingung yang tiba-tiba berterimakasih padanya.
"Terimakasih sudah menjadi sandaran bagiku"

Tbc.

Huhu tadinya mau ngebut biar double up tapi mata gak mendukung. Tinggal 5 watt lagi ini sampe banyak yang typo pas ngetiknya.
Mau tidur dulu, kalian jangan begadang ya
Gak bagus

Hey BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang