[ 4. 8 ] Jaemin marah?

2.2K 174 4
                                    

Jaemin melirik Jeno yang terus saja meminta ikut. Rencananya memang Jaemin akan pergi ke supermarket berhubungan bahan makanan dirumahnya mulai habis dan beberapa juga malah busuk karena tidak sempat di masak.
"Jae..mau ikut.."

"Udahlah, ajak aja. Kasian dia"titah Je Hoon melihat Jeno yang terus saja menarik ujung jaket Jaemin.
"Yaudah, pake jaketnya sana"

Jeno tersenyum lalu berlari untuk mengambil jaketnya, "kalau ada apa-apa telpon ayah ya?"
Jaemin mengangguk lalu pergi menyusul Jeno yang sudah lebih dulu keluar rumah.

•••

"Kakak mau tunggu sini apa ikut?"
Jeno mendudukkan dirinya di kursi, menatap Jaemin lucu.
"Diem disini, jangan kemana-mana. Jangan kemanapun dan jangan berdiri dari kursi oke?"

"Oke"Jaemin mengangguk lalu masuk ke dalam supermarket. Ia percaya jika Jeno tidak akan kemana-mana.
Tangannya dengan lihai memasukkan setiap barang yang ia butuhkan. Tak banyak toh mereka tidak setiap hari dirumah mereka. Jaemin juga mengambil beberapa camilan untuk Jeno.
Karena antrian yang cukup panjang, Jaemin sedikit panik karena awalnya berjanji hanya sebentar. Apalagi melihat diluar mulai turun hujan. "Oh ayolah.."

Jaemin segera membayar belanjaannya dengan tergesa-gesa. Ia khawatir jika Jeno berani pergi dari tempatnya. "Terimakasih"
Jaemin menoleh ke kanan dan kiri saat tidak menemukan Jeno. Yang ia dapatkan hanyalah kakaknya yang tengah bermain dibawah guyuran hujan.
"Kak! Jangan main hujan!"

Jaemin terpaksa menyimpan dulu belanjaannya di mobil sembari mengambil payung. Kakinya melangkah cepat saat sadar ada mobil yang mengarah pada Jeno, melupakan payungnya yang ia lepas dari genggaman nya. Dengan cekatan Jaemin menarik lengan Jeno menyingkir. "Kak.. lihat-lihat dong. Bagaimana kalau tertabrak?"

"Jaga kakakmu itu! Orang idiot seharusnya tidak dibawa kesini!"Jaemin menoleh, membiarkan tubuhnya ikut basah dibawah hujan. "Maaf, bisa katakan lagi?"

Orang itu keluar dari mobil, ikut berada dibawah hujan. "Orang idiot seperti dia, seharusnya dirumah sakit jiwa"

"Maaf, tapi disini anda yang idiot. Marah-marah layaknya orang gila dan menyalahkan kakakku. Kau yang membawa mobil tidak benar"

"Apa kau bilang hah?!"Jaemin tersenyum begitu orang dihadapannya mencengkram jaketnya, membuatnya sedikit berjinjit. "Lepas! Lepasin..Jae!"teriak Jeno memukul-mukul lengan pria itu.

"Diam kau bedebah!!"Jaemin terkejut begitu pria dihadapannya mendorong kakaknya hingga tersungkur. "Kau telah membuat kesalahan dasar bajingan!"

Orang-orang disana memekik begitu Jaemin memukul pria didepannya keras. Tak sangka beberapa orang juga ikut turun dari mobil. "Apa? Keroyokan? Itu menandakan kalian pengecut! Mengatakan secara tidak langsung jika orang keterbelakangan tidak pantas hidup. Kalian yang seharusnya pergi ke neraka bodoh!"

"Jae!!"

•••

"Jeno.. dengarkan ayah!"Jeno tidak menurut, kakak dari Lee Jaemin itu terus saja memukuli kepalanya sembari memaksa masuk ke ruangan didepannya. Jaemin, anak itu habis dikeroyok tanpa seorang pun yang membantunya. Jika saja Jeno tidak melihat ponsel Jaemin dan segera menelpon polisi sesuai yang diajarkan Jaemin, jangan berharap Jaemin akan selamat dikeroyok seperti itu.
"Lee Jeno!"

Jeno terdiam sesaat begitu ayahnya membentaknya. Hal bodoh yang baru saja dilakukan oleh Je Hoon karena membuat Jeno semakin tidak karuan. Dia terus berteriak sembari memukuli kepalanya, membuatnya menjadi pusat perhatian. "Lee Jeno ayah mohon jangan pukul kepalamu.."

Semuanya kini diam begitupun Jeno. Jaemin baru saja keluar dari ruangan didepannya dengan wajahnya yang penuh luka, rambutnya yang sedikit berantakan. Ia memeluk Jeno erat, berusaha menenangkannya agar tidak kembali memukul kepalanya. "Jangan.."

"Jaemin, kamu harus istirahat, kamu habis dikeroyok seperti itu"

"Aku mau pulang.."

"Lee Jaemin!"Jaemin menoleh, menatap Je Hoon yang juga menatapnya. "Aku muak disini! Aku muak menghirup bau yang membuatku mual! Aku mau pulang bagaimana pun caranya!!"

Jaemin berjalan sembari menarik lengan Jeno, berjalan dengan tertatih-tatih walaupun Je Hoon terus berusaha menghentikannya. "Oke, kita pulang"

Selama di mobil, Jaemin hanya diam. Luka di wajahnya tak sepadan dengan apa yang ia dengarkan tadi. Ditatapnya Jeno yang juga tidak mau bicara padanya, dia menggambar dengan jarinya di jendela mobil. "Kak.."

"Jae sakit..Jae harus tidur.."

"Aku gak sakit, aku baik-baik aja"Jeno menggeleng, masih mengalihkan pandangannya dari tatapan Jaemin. "Bagaimana bisa terjadi? Kalian berjanji untuk pergi ke supermarket bukan pergi ke rumah sakit"

"Aku malas menjelaskannya. Semua orang diluaran sana sama saja, tidak punya otak"

"Tidak mungkin tidak punya otak, manusia itu mahluk pintar yang diberi akal. Mereka juga belajar dari seko~"

"Jika mereka pintar tidak mungkin membiarkan seseorang mati dikeroyok. Mereka sama seperti hewan"Jeno menatap Jaemin takut. Apalagi ketika mendengar nada bicara Jaemin yang kelewat dingin.
"Aku salah...aku yang salah"

"Kak, kak Jeno!"Jaemin menarik tangan Jeno agar tidak memukuli kepalanya lagi. Walaupun luka diwajahnya harus terkena tangan Jeno dan sedikit nyeri. "Aku mohon..kakak berjanji padaku untuk tidak memukul kepala kakak lagi. Kalau seperti ini kakak berbohong padaku"

"Aku yang salah"

"Tidak, mereka yang salah bukan kak Jeno. Tolong dengarkan aku"

"Harusnya aku tidak ikut...Jae tidak akan sakit"
Jaemin menundukkan kepalanya sejenak, menatap Jeno dengan matanya yang berair. "Tidak..ini bukan salah kak Jeno. Ini salah Jaemin. Oke? Ini salahnya Lee Jaemin"

•••

"Akh! Pelan-pelan!"omel Jaemin karena Je Hoon cukup kasar mengobati lukanya. "Biar kau tau jika kekerasan tidak selalu menyelesaikan masalah"

"Tapi jangan kasar juga astaga.."

"Maaf aku mampir~oh astaga"Je Hoon, Jaemin dan Jeno sama-sama diam menatap Yura yang terkejut melihat Jaemin. "Kalian..apa yang terjadi? Kenapa Jaemin luka-luka seperti ini?"

"Dipukul ayah"

"Heh! Mulutmu ya!"Jaemin kembali meringis karena Je Hoon menekan luka diwajahnya. "Kau ini ya! Jaemin luka-luka karena mu hah?!"

Jaemin menyingkir dari hadapan Je Hoon, menarik Jeno untuk ikut ke kamar. "Tidak baik menguping pertengkaran orang lain"

Jeno dibuat tertawa oleh perkataan Jaemin. Tangannya mengusap lembut luka di sudut bibir Jaemin. "Tidak, ini tidak sakit. Aku mengantuk, mau tidur"

"Jae harus..makan!"

"Gak mau, males. Gak makan malem doang gak bikin aku pingsan kok"

Tbc.
Buat yang baca semua seri Jaemin buatan aku,
Bisa minta tolong cek-in?
Part nya berantakan apa enggak? Nyusun gak?
Hey brother udah ketiga kalinya berantakan kayak gini
Bahkan part ini malah jadi part ke 188:)

Hey BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang