[ 3.5 ] Kang Yura

2.1K 217 0
                                    

"ya.. orang-orang seperti itu seharusnya tidak ada disekolah itu"sahut Hyun Ji setelah mendengarkan cerita Jaemin, pantas laki-laki disebelahnya ini selalu murung

Bukan masalah beasiswa nya atau yang lain, tapi hal-hal seperti itu berpengaruh pada mental seorang remaja seperti Jaemin. Cukup bahaya efeknya yang berkepanjangan,
"Kamu harus coba menceritakan masalah mu pada orang terdekat seperti ayahmu atau sahabat mu, jika dipendam seperti itu tidak baik juga untuk mental mu

Tidak sedikit remaja yang jadi korban perundungan seperti itu dan memilih mengakhiri hidupnya tanpa melihat ke depan, depresi menjadi salah satunya karena terus mengingat kejadian yang membuatnya takut itu
Kendalikan dirimu, jangan biarkan alam bawah sadar mengambil alih tubuh mu, jika seperti itu sesuatu yang tidak diinginkan mungkin akan terjadi padamu"

"Dokter psikiater ya?"setelah itu Jaemin terkekeh pelan karena ucapan Hyun Ji mirip sekali seperti seorang psikiater
"Aku pernah belajar tentang psikis seperti itu dari teman ku dan kebetulan aku belajar lewat masalah seperti ini"

"Aku sempat ingin bunuh diri seperti orang lain.. ditambah dengan kakak yang seperti ini.."

"Tenangkan dirimu itu, jangan membuatnya semakin buruk dengan berpikiran seperti itu. Kalau seperti itu sama saja kamu tidak bersyukur atas pemberian Tuhan"Jaemin tersenyum mendengar Hyun Ji, lebih lega setelah menceritakan semuanya

"Masih banyak yang sayang padamu, kamu mau melihat ayah mu menangis karena kamu memilih meninggalkannya untuk selamanya? Tuhan juga tidak suka dengan orang yang memilih jalan pintas seperti itu, setiap mahluk hidup di dunia ini pasti akan mati, itu sudah ditentukan oleh yang ada diatas sana"

"Sepertinya dokter lebih cocok jadi seorang psikiater dan membantu orang-orang yang punya masalah"

"Kamu ini..itu saja, jangan dengarkan orang lain yang membuatmu semakin buruk..
Ternyata pelajaran yang aku terima dari teman ku itu banyak yang nempel ya"Jaemin tertawa pelan lalu memiringkan tubuhnya menatap Je Hoon yang datang
"E-eh..kenapa ini?"

Hyun Ji bangkit dari kursi yang disediakan di rumah sakit, tersenyum melihat Je Hoon yang memasang wajah terkejut ketika Jaemin tiba-tiba memeluknya
"Dia hanya bercerita padaku.."

"Cerita? Cerita apa hayo.. kalian membicarakan tentang ayah ya?"
Jaemin menggeleng, masih memeluk Je Hoon
"Saya permisi dulu.. oh ya Jaemin, selamat ulang tahun"

Jaemin melepaskan pelukannya lalu membungkuk, "terimakasih dokter..atas semuanya"

Hyun Ji mengusap bahu Jaemin sebelum pergi, meninggalkan ayah dengan anaknya itu berdua
"Maaf ya ayah?"

"Untuk?"

"Aku tidak berpikir kedepannya, saat itu aku hampir memotong nadi ku sendiri jika saja kak Winwin tidak datang.."
Je Hoon tersenyum lalu mengusap kepala Jaemin, dia sudah tau itu, Winwin memberitahukannya
"Sudah..itu sudah lewat, jangan dipikirkan lagi"

"Ibu masih datang menemui mu?"

•••

"Masalah mu itu padaku, bukan pada kedua anak ku..jangan berani melukai mereka, terutama Jeno yang sudah kau buat seperti itu"

"Apa? Aku tidak salah dengar tadi? Kau senang bukan melihat Jeno seperti itu? Aku tau itu Kang Yura..jangan menyangkal nya, kau ini sama saja seperti ku"

"Jangan samakan aku dengan pria seperti mu, kau yang memanfaatkan ku, uang yang kau dapatkan hasil bekerja kau habiskan begitu saja, dimana akal sehat mu itu?!"Jung Hyun menginjak rokok yang masih menyala itu, menatap Yura yang sudah marah dari tadi

"Karena akal sehat ku ada makanya aku mendekati mu dan membiarkan mu bekerja, lagipula kau yang bodoh.. percaya rayuan pria seperti aku, ada banyak pria diluaran sana yang lebih buruk dari ku kau tau"

"Seharusnya kau mati ditangan Jaemin jika tau seperti ini"Yura terkejut ketika Jung Hyun menarik kasar tubuhnya hingga wajah mereka berdekatan, matanya menatap Yura dengan kilatan amarah
"Kau sudah berjanji untuk memberikan ku uang yang banyak dan sekarang kau ingin kabur begitu saja? Aku tidak akan pernah melepaskan mu hingga kau menepati janji mu itu"

"Lepaskan aku!"Yura mendorong tubuh Jung Hyun dengan kekuatan penuh. Apalah dayanya jika dibandingkan dengan kekuatan pria yang tengah tersulut emosi sekarang
"Dan aku tidak akan membiarkan mu menyentuh kedua anakku lagi, jangan pernah menyentuhnya sedikitpun apalagi menyakitinya, Im Jung Hyun"

"Kenapa? Tidak suka? Maka tepati lah janjimu itu"Yura jatuh terduduk karena Jung Hyun melepaskan cengkeramannya kasar, meninggalkan Yura yang masih menatapnya
"Pria brengsek"

Yura mengusap wajah nya, benar-benar menyesal dengan apa yang ia lakukan jika tau akan seperti ini jadinya
Hidupnya diganggu oleh pria itu, kedua anaknya juga tidak bisa hidup dengan tenang sekarang
Yura merutuki dirinya yang begitu bodoh, sayangnya waktu tidak bisa diputar kembali dan mengulang kembali

"Yura?"

•••

"Aku tidak berpikir jika aku dibutakan oleh cinta saat itu.."Je Hoon menatap Yura yang kini menangis dengan segelas teh hijau hangat ditangannya
"Aku tidak memikirkan Jaemin, memikirkan Jeno juga dirimu saat itu, bodohnya aku saat itu"

"Jaemin juga tidak mungkin tega melihatmu seperti ini, dia akan memaafkan mu.. hanya butuh waktu untuk membiarkannya tenang dulu"

"Aku benar-benar tidak tau jika Jaemin mengalami kejadian yang membuatnya jadi terkena masalah yang lebih buruk, aku malu menjadi seorang ibu untuknya..aku tidak pantas disebut ibu karena tidak peduli dengan anaknya sendiri"
Je Hoon mengusap bahu Yura, memberikan kekuatan untuk wanita itu
"Percaya padaku, dia akan memaafkan mu nanti"

"Jika saja kita tidak bertengkar saat itu dan aku tidak memilih untuk berpisah dengan mu..pasti mereka berdua baik-baik saja.."

"Minggu depan Jeno akan mulai terapi, berdoalah agar Jeno segera sembuh dan Jaemin kembali ceria, anak itu pasti akan mendengarkan mu dulu nantinya"
Yura masih menatap gelas yang Je Hoon berikan padanya, menatap asap-asap tipis yang masih mengepul yang asalnya dari teh nya, masih lumayan hangat ditengah-tengah dinginnya malam

"Jaemin benar, Je Hoon..aku ibu yang buruk, seharusnya aku tidak menemuinya lagi, aku sudah mengecewakannya, sudah tidak pantas lagi aku bertemu mereka"

"Siapa yang bilang? Kau ibu mereka dan tetap akan menjadi ibu dari Jaemin dan Jeno
Mari kita besarkan anak-anak kita bersama"

•••

Jaemin membuka matanya ketika dirasa ada pergerakan yang mengganggu nya,
"Ah..maaf kak.. aku menggangu mu"Jaemin turun dari ranjang karena melihat Jeno yang tidak nyenyak dalam tidurnya

Menatap jam yang berada di dinding, 22.57
Jaemin menggeser kursi yang kosong dan mendudukinya, ia tidak bisa kembali tidur
Memilih menopang dagunya dengan kedua tangan dan menatap Jeno
"Aku tidak sadar, bulu mata kakak cukup panjang"monolog nya menyentuh bulu mata Jeno pelan

Jaemin menutup mulutnya ketika menguap dan memilih menjadikan pinggiran kasur sebagai bantalnya,
Masa bodoh dengan tubuhnya yang sakit karena tidur dengan posisi seperti ini

Tbc.

Ada cerita Jaemin di draft, tapi gak tau juga:)

Hey BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang