"Jaemin"
Kepalanya menoleh pada gadis yang asik menikmati roti hangat, sesekali menyuapi Jaemin yang masih duduk sambil menyandarkan kepalanya di bahu sang gadis. Chaeyoon menggeleng lalu tersenyum pada Jaemin. Menyuapi potongan roti terakhir pada laki-laki disebelahnya. "Ayo pacaran"Chaeyoon terbatuk, masalahnya dia sedang meneguk teh hangat, tenggorokannya terasa panas sekarang. Dia menatap Jaemin yang masih kini bersandar pada tembok dibelakang kursi sambil memejamkan matanya. "Aku lagi minum bodoh"
Tangan gadis itu melayang memberi satu pukulan renyah dikepala Jaemin. Keduanya sama-sama diam lalu Jaemin kembali bicara, "Ayo pacaran"
"Kau sakit? Aku antar ke rumah sakit sekarang. Ayo berdiri, kamu harus ke-"
Chaeyoon diam, dia tidak menyangka dengan ini. Jaemin menciumnya, nafas lembut pria didepannya ini menerpa wajahnya. Jaemin menjauhkan wajahnya, menatap Chaeyoon yang masih melamun. "Ku anggap itu jawaban iya"•••
"Kau meninggalkannya? Pria macam apa kau bajingan"
Renjun siap mengangkat tongkat pel nya. Chenle hanya senyum-senyum sendiri, dia tau alasan Jaemin pergi bergitu saja. Jaemin juga salah tingkah pasti. Temannya itu sudah duduk sambil menyembunyikan wajahnya di lipatan tangan, Chenle bisa lihat telinga Jaemin merah. "Yang lagi kasmaran emang beda""Diam kau!"
"Kau harus minta maaf pada Chaeyoon, kau meninggalkannya begitu saja? Kurang ajar-"
Renjun menurunkan tongkat pel nya lagi. Menatap Chaeyoon yang tengah berdiri sambil memegangi syal berwarna biru gelap.
"eh.. maaf, aku mau ngembaliin ini. Jaemin meninggalkannya tadi""bodoh bodoh dasar bodoh"
Jaemin merutuki dirinya, kepalanya ia benturkan ke lipatan tangannya karena sudah bertindak bodoh. Chaeyoon menaruh syal nya di samping Jaemin, menatap pria yang tengah misuh-misuh sendiri. Dia mendekatkan wajahnya ke telinga Jaemin, "Kalau mau ngajak pacaran yang bener, jangan main tinggal gitu aja"•••
"Jadi... sekarang pacaran"
"Iya"
Jaemin terlihat datar, padahal jantungnya seakan mau meledak. Mana Chaeyoon datang dengan mengenakan dress berwarna putih dengan mantel coklat, senada dengan mantel miliknya. Ditambah kejadian memalukan tadi, Jaemin ingin sekali menyembunyikan wajahnya yang terasa panas sekarang. "Oke""Lalu sekarang apa? Kita hanya mau duduk sambil liat-liat an kayak gini aja?"
Jaemin diam, tak menjawab pertanyaan gadis didepannya ini. Tangannya meremat celana hitamnya cukup kuat, dadanya sesak, jantungnya seakan-akan mau meledak, perutnya juga terasa geli, pipinya panas, dia terlalu gugup untuk bicara.
Chaeyoon tertawa kecil, menyandarkan tubuhnya lalu melipat tangannya. Menatap Jaemin lebih serius, "Kau mau apa?""A-aku... aku..."
"Kamu kan yang ngajak pacaran, kamu juga yang menciumku duluan, kenapa jadi gugup seperti itu hm? Apa? Aku terlalu cantik?"
Kepala Jaemin mengangguk beberapa kali. Matanya tak lepas dari wajah cantik Chaeyoon.Jaemin tiba-tiba berdiri lalu mencondongkan tubuhnya, mengecup bibir Chaeyoon singkat. Kalau tadi siang sudah malu-malu in, kenapa gak dilanjutkan saja?
"Maaf, kamu terlalu cantik"
Oke, Chaeyoon kalah. Pipinya panas setelah aksi Jaemin tadi, ditambah orang-orang mulai ramai berlalu lalang. "Ayo jalan-jalan"Jaemin menarik lengan Chaeyoon, mengenggamnya erat sambil berkeliling di pameran malam ini. Lebih tepatnya sih pasar malam, banyak orang-orang yang juga berjalan-jalan disini sambil menikmati makanan yang dijual di berbagai sudut. Chaeyoon benar-benar menghabiskan satu hari ini hanya dengan Jaemin, tangannya yang digenggam erat seakan enggan dilepas membuat Chaeyoon merasa aman. Mereka juga sesekali mampir untuk membeli jajanan. Jaemin tak berhenti mengusap kepala Chaeyoon, menggeser anak rambut yang menghalangi wajah Chaeyoon, memberi ciuman di puncak kepala gadis itu. Dia ingin orang-orang melihat jika Chaeyoon adalah pacarnya sekarang. Hanya miliknya.
"Mau pulang?"
"Nanti, jajanan disini enak-enak"
Jaemin tersenyum melihat Chaeyoon yang senang, pipinya mengembung karena mengunyah makanan. Tangannya membantu menahan rambut Chaeyoon agar anak itu tak terganggu saat mengigit makanannya. "Kak Jeno pasti iri gak diajak kesini"
"Nanti aku ajak kesini, hari ini khusus berdua dulu"
Jaemin terlihat beda, anak itu terdengar lebih lembut saat bicara, lebih perhatian, melakukan apa saja agar Chaeyoon bisa senang sekaligus merasa nyaman saat jalan dengannya. "Ayo beli sesuatu untuk kak Jeno! Dia pasti menunggu mu dirumah ya kan?"•••
"Wah... kita pulang larut malam sekali"
"Makanya mana ibu mu, aku mau minta maaf"
"Eh, tidak usah!"
Jaemin tetap masuk ke dalam, menatap wanita yang tengah menonton televisi."Eum.. Ibu, Jaemin mau-"
"Astaga ibu kira siapa. Bagaimana kabarmu? Ibu sudah lama tidak lihat kamu loh. Jeno nya mana?"
"Kabarku baik kok, nanti aku bawa Jeno kesini. Oh iya maafkan aku sudah membawa Chaeyoon terlalu lama dan baru pulang jam segini"
"Ah itu tidak apa-apa, ibu tau dia sama kamu jadi ibu percaya dia baik-baik saja"
Setelah berbicara singkat dan pamit pada Chayeoon juga ibunya, Jaemin segera pulang. Jeno pasti belum tidur karena menunggunya.
Benar saja, Jeno tengah berbaring di sofa sambil menonton, saat tau Jaemin pulang dan bawa makanan Jeno langsung meloncat dari sofa. "Giliran bawa makanan semangat banget""Laper tau.." Jeno memanyunkan bibirnya. Menatap banyaknya makanan yang Jaemin bawa. Dia dengan semangat duduk di kursi dan memakannya satu-persatu. Jaemin ikut menemani Jeno yang makan, tangannya sesekali mengusap surai hitam Jeno pelan. Dia jadi berpikir kalau dirinya lanjut ke jenjang yang lebih serius lagi, apakah Jeno akan ikut dengannya atau bagaimana. Kalau tinggal dengan Je Hoo, Jaemin juga tau ayahnya sibuk. Masa Jeno diam dirumah sendirian.
"Kak""HUM?" Jeno melihat Jaemin dengan pipi yang menggembung dan mata bulatnya yang terbuka lebar. Jaemin cekikikan sambil menggeleng, menyuruh Jeno untuk makan lagi. "Habis ini gosok gigi, tar gigi nya sakit nangis-nangis ke ayah"
Tbc.
aaaaaaaa maapinnnnn akuuuuuu:(((
Maap yaaaa baru update sekaranggggggg huhuu:'(
Kasian kalian udah nungguin akuuuuuu ueueueue
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey Brother
Fanfiction"apapun alasannya, dia tetaplah kakakku dan jika kau berani menyentuhnya, bersiaplah untuk tidak bisa menggunakan anggota tubuhmu lagi" Lee Jaemin, salah satu remaja yang berhasil mendapatkan beasiswa untuk sekolah dan harus bekerja untuk menghidupi...