[ 4.4 ] Percayalah

2K 219 8
                                        

Sosok yang tengah berdiri diambang pintu itu masih terdiam memandangi wajah pucat seseorang yang tertidur sekarang
Sepatu yang ia kenakan sudah dilepas karena membuat perban yang melilit kedua kakinya itu menggesek luka yang belum sepenuhnya kering, bahkan ia hanya melilitkan perbannya asal

Je Hoon juga masih diam sembari duduk di sofa, suasana menjadi canggung begitu anak bungsunya itu datang dengan tatapan dinginnya
"Gejalanya kembali muncul..dokter bilang Jeno lebih baik tetap dirumah sakit untuk sementara waktu"

Jaemin tertawa kecil, penipu
Ia masih ingat saat dokter itu sendiri yang bilang Jeno boleh pulang
sialan

Dirinya masih betah berdiri tanpa berniatan mengeluarkan sepatah kata pun, matanya lebih tertarik memperhatikan kakaknya yang kini tertidur dengan wajah yang bahkan lebih pucat dibandingkan saat Jeno demam tinggi hari itu.
Bukannya bicara yang tidak baik, hanya saja wajah Jeno sudah mirip seperti mayat yang tidak bernyawa saking pucat nya wajah tampan kakaknya

"Kakimu berdarah..biar ayah beli obat dulu untuk luka mu"

"Tidak usah..hanya goresan, bukan luka karena tertembak"Je Hoon sedikit lega ketika akhirnya Jaemin bicara
Tapi ia juga khawatir, takut jika luka di kaki anaknya infeksi
"Ayah mau keluar sebentar, duduklah atau ayah jadikan kamu satpam disini"

Jaemin menyingkir dari jalan untuk membiarkan Je Hoon keluar
Perlahan kakinya yang hanya dibalut perban itu mulai melangkah mendekat pada Jeno, menatap lekat kepala kakaknya itu
Kepala yang saat itu tertimpa vas dari atas rak, yang membuat Jeno berakhir seperti ini sekarang
"Jae.."nafasnya tercekat saat Jeno tiba-tiba memanggil namanya pelan

"Maaf ya..kak"
Jaemin terkejut saat tiba-tiba tubuhnya didorong pelan hingga terduduk di kursi
Je Hoon lalu mendudukkan dirinya di lantai dan meraih kaki putranya
Melepaskan perban yang melilit di kaki anaknya perlahan, bahkan sampai meringis pelan saat darahnya kembali mengalir
"Ayah tidak mau kaki mu ini sampai diamputasi hanya karena pecahan kaca"

Jaemin memejamkan matanya dan mengigit bibirnya saat Je Hoon mulai membersihkan lukanya, meneteskan obat merah yang baru dibeli
"Kamu mau menjaga Jeno, tapi tidak bisa menjaga dirimu sendiri"

"Memangnya kamu mau berlari dengan kaki yang berdarah seperti ini sementara Jeno bisa berlari bebas? Kamu sendiri yang bilang mau berlari bersama kakakmu.."
Je Hoon tersenyum puas saat melihat kedua kaki Jaemin sudah kembali dibalut perban dengan rapi olehnya
"Kamu belum makan siang. Ayah harus ke kantor, tetaplah disini sampai Winwin datang"

"Ayah menyayangimu"Je Hoon mengecup puncak kepala Jaemin sebelum pergi. Membiarkan anak bungsunya itu terdiam dengan kotak bekal dipangkuan nya
Je Hoon juga benar, dia belum makan

•••

Winwin terdiam melihat Jaemin yang tertidur dengan menjadikan tangan Jeno sebagai bantal nya
Sudah seperti kamar kosong saking sepinya kamar ini
"Jeno.."

"Jeno bangun dulu"Winwin menatap Jaemin sekilas, Jeno tampak tidak nyenyak bahkan sesekali meremat perutnya
"Lee Jeno bangun"

Jaemin perlahan mengangkat kepalanya, menatap Winwin bingung
"Kak?"panggilnya dengan suara serak, ia paham sekarang kenapa Winwin membangunkan Jeno

"Kak Jeno"Jaemin menghela nafasnya lega saat akhirnya Jeno bangun, walaupun raut wajah tidak seperti biasanya
"Perut kakak sakit?"

Jaemin mulai panik mendengar rintihan yang keluar dari mulut Jeno
Winwin juga segera pergi mencari dokter saat Jeno bangun tadi
"Kalau kakak mau muntah juga gak papa..daripada sakit"

Buru-buru Jaemin mengambil kantung plastik yang sudah disediakan
Tangan Jeno yang memegangi tangannya terasa dingin seperti baru keluar dari dalam kulkas
"Sudah?"

Jaemin membuang kantung plastik nya dan memberikan minum pada Jeno dan kembali menyelimuti tubuh kakaknya
"Jeno kenapa? Perutnya sakit lagi?"Jaemin yang melihat dokter Hyun Ji sedikit tidak suka dan ini beranjak dari sana jika saja tangan Jeno tidak menahan tangannya

"Jae gak kemana-mana kak.."Jaemin kembali mendudukkan dirinya walaupun sedikit tidak suka dengan keberadaan Hyun Ji yang tengah memeriksa Jeno
Jaemin yang iseng menempelkan telapak tangan Jeno pada pipinya, tangan kakaknya sudah seperti es batu karena dingin ditambah suhu udara diluar yang baru saja turun salju
"Tangan kakak dingin"

"Pakai air panas?"

"Nanti tangannya melepuh kalau pakai air panas"Jaemin mengeluarkan sepasang sarung tangan berwarna biru dengan gambar kelinci di punggung tangannya. Memakaikannya pada tangan Jeno agar kakaknya tidak dingin
"Jae?"

"Ada kok.. tapi lagi gak mau pake. Nanti aku pake"Jaemin menyembunyikan wajahnya di kasur saat Hyun Ji hendak bicara. Dokter yang melihat Jaemin seperti itu pun memakluminya juga, Jaemin pasti kecewa padanya
"Kalau kondisi Jeno sudah membaik mungkin dia akan segera pulang"

"Pembohong.."umpat Jaemin pelan sembari menepuk pelan tangan Jeno, matanya masih berat untuk terbuka sepenuhnya
"Saya permisi dulu, ya?"

"Chae?"

"Lagi ada acara, nanti katanya mau kesini kok"
Jeno menyentuh hidung Jaemin dengan tangannya yang terbalut sarung tangan.
"Jae kenapa pergi?"

"Jae harus...menjual roti lagi"

"Seingat ku Jeno tidak mau dibohongi olehmu"Jaemin mencebik karena Winwin memaksa nya untuk bercerita pada Jeno.
"Jae hanya ingin sendiri dulu.."

"Katakan yang sebenarnya, Lee Jaemin"

"Kak, hentikan"Jaemin jadi gugup saat Jeno terus-menerus memperhatikannya
"Oke..aku tadi kerumah untuk..

Beres-beres"Jaemin cepat-cepat melemparkan tatapan sengitnya sebelum Winwin kembali berbicara.
"Kakak mau makan lagi?"

"Kalian baik-baik saja?"

•••

Jaemin hanya menatap ibunya sekilas, bukannya tidak mau menjelaskan tetapi ia hanya tidak ingin Yura jadi khawatir.
"Maaf..aku tidak bisa menjelaskannya"

"Aku hanya ingin..kak Jeno sembuh, itu saja"Yura memasang senyumnya, mengusap bahu anak bungsunya lembut
"Aku sudah tau dari ayahmu, kamu boleh berharap agar Jeno sembuh. Tapi jangan seperti ini juga

Ayahmu akan khawatir, ibu juga. Apalagi Jeno yang dekat sekali denganmu. Ibu harus bilang apa kalau kamu sedang sakit atau yang lebih buruk lagi? Jeno tidak akan memaafkan mu lagi seperti waktu kamu berbohong padanya"

"Kita cari jalan keluarnya bersama, berusaha agar Jeno bisa sembuh dan seperti dulu lagi. Keadaannya hanya belum stabil saat itu makanya Jeno drop lagi seperti ini. Kita semua hanya perlu bersabar, kamu percaya kan Tuhan punya jalan terbaik?"

"Ya..aku percaya"

"Maka dari itu kamu juga harus bersabar, dengan menyakiti dirimu sendiri tidak akan terjadi apa-apa atau bisa saja menjadi lebih buruk. Paham?"
Yura menangkup pipi Jaemin, mendaratkan ciuman di kening anaknya
"Percayalah pada ibu, Jeno akan pulih dengan cepat"

Tbc.

Huaaa..maafkan aku yang jarang up karena tugas atau kadang ideku mampet.
Maaf banget ya, apalagi mengingat buku-buku yang belum update beberapa bulan..
Mau nangis rasanya

Hey BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang