"Jaemin.. kau belum makan dari pagi, ayah tidak mau kau sakit lagi"
Semenjak Jeno pergi, Je Hoon meminta Jaemin untuk tinggal bersamanya
Ia takut jika terjadi sesuatu pada anaknya itu, seperti sekarang
"Jaemin, dengarkan ayah.. bagaimana jika kamu demam lagi?"Jaemin tidak menjawab, kamarnya benar-benar berantakan sekarang
Tabung yang berisikan pil sudah berada digenggamannya, entah berapa banyak ia mengonsumsi obat itu
Yang pasti, ia tidak tau harus melakukan apaAkhir-akhir ini kepalanya sering berpikir untuk melakukan percobaan bunuh diri
Tidak, Jaemin tidak akan segila itu, tapi hanya berlaku selama Jeno disisinya, tidak seperti sekarang
"Lee Jaemin, kau sedang apa? Jangan buat ayah khawatir""Pergilah..aku tidak ingin diganggu"
"Jaemin ayah mohon, buka pintunya, jika ada masalah ceritakan pada ayah"
"Tak ada"jawab Jaemin singkat, menatap boneka yang berada diatas kasur
Jaemin mengacak rambutnya frustasi, entah harus menerima pilihan Jeno dan menjalani hidup seperti sekarang atau mengikuti langkah yang selalu menghantuinya semenjak kejadian suram ituMengakhiri hidupnya, detik ini
"Jaemin, ini aku, buka pintunya"
"Pergi"Winwin berdecak sebal, mencoba membuka pintu kamar Jaemin
Dirinya terkejut ketika mendengar suara barang yang jatuh dan pecah dari dalam kamar
"Jaemin, Lee Jaemin buka pintunya sekarang!!"bentaknya dan terus mencoba membuka pintuWinwin muak, ia memilih mendobrak pintu itu, benar-benar khawatir sekarang
"Lee Jaemin!!"Jaemin tersentak ketika seseorang mendorong tangannya hingga pecahan gelas ditangannya terlempar begitu saja"Kau gila?! Jangan jadi bodoh seperti ini! Tidak kasihan dengan ayahmu hah?! Dimana otak mu itu!"maki Winwin yang benar-benar tak percaya dengan Jaemin
Tiga hari saja sudah membuat Jaemin hendak menyayat nadinya sendiri, apalagi kalau dibiarkan terus begini
"Jangan seperti ini, jika kau mati apa yang harus ku katakan pada kakakmu nanti?""Kakak sudah tidak ada sekarang"
"Kau..kau menganggap kakakmu sudah mati begitu?!"
Jaemin membuang mukanya, malas menatap Winwin
"Jaemin..jangan sakiti dirimu seperti ini, jika kau memang tidak ingin keputusan itu minta ayahmu ajukan banding, Jeno pasti merubah keinginannya""Tidak"
"Kau egois ya?"
"Apa? Egois? Kakak bilang aku egois? Jadi selama aku melindunginya dan melarangnya bertemu ibu itu egois? Berusaha melindungi kak Jeno dari orang-orang yang tidak suka dengan kak Jeno itu egois? Berusaha untuk membuat kakaknya tersenyum dan bahagia itu egois? Iya?!"
Winwin menatap Jaemin yang tampaknya tersulut emosi sekarang"Kau tau, dengan menyakiti dirimu sendiri juga tidak akan berguna, kakak mu tidak akan menemui mu jika kau melakukan hal seperti itu.."
"Lalu aku harus apa hah? Memohon pada ibu?! Mengemis pada ibu?!"
"Tidak begitu juga bodoh!"Winwin mendorong kepala Jaemin, menatap anak itu kesal
"Jika kau tidak berusaha, Jeno tidak mungkin akan kembali, kecuali kau melakukan sesuatu yang bisa membuat Jeno kembali""Kak! Aku tidak tau harus apa..jika aku tau aku juga akan bertindak sekarang, otakku benar-benar buntu sekarang paham!"
Winwin menghela nafasnya, debat dengan Jaemin benar-benar membuatnya hampir gila
"Kau masih punya orang-orang yang ingin membantu mu, aku, ayahmu, Chaeyoon..kami mau membantu mu, Jaemin..jangan seperti iniKau tau ayahmu itu khawatir dengan mu, sedari tadi ia duduk di tangga berharap kau keluar dari kamar mu"Jaemin mengalihkan pandangannya, menatap pecahan gelas yang cukup berbahaya disudut kamarnya
"Jangan lakukan hal gila seperti ini..Lee Jaemin, aku mohon"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey Brother
Fanfiction"apapun alasannya, dia tetaplah kakakku dan jika kau berani menyentuhnya, bersiaplah untuk tidak bisa menggunakan anggota tubuhmu lagi" Lee Jaemin, salah satu remaja yang berhasil mendapatkan beasiswa untuk sekolah dan harus bekerja untuk menghidupi...