[ 4.3 ] Yang Terbaik

2K 222 7
                                    

"Kak...jangan deh kak ayolah.."rengek Jaemin ketika Jeno berjalan menghampirinya.
Mereka berdua tengah bermain permainan dengan Je Hoon dan kini Jaemin yang harus dihukum
Wajahnya sudah penuh dengan bedak karena dia terus-menerus kalah dan Jeno kini ingin membuat wajahnya semakin putih

"Kak.."Jeno menghentikan langkahnya, menatap Jaemin yang memohon padanya
Tangannya tiba-tiba terangkat dan mengusap wajah Jaemin, membersihkan banyaknya bedak di wajah Jaemin
"Lah kok gitu..gak bisa dong. Yang kalah harus pake bedak"

"Biarin, kan bagian kakak sekarang. Kenapa ayah yang sibuk deh"Jaemin menjulurkan lidahnya lalu menatap Je Hoon sebal, kini pandangannya beralih pada Jeno yang duduk disebelahnya
"Jangan pukul kepala kakak lagi ya?"

"Jaem gak mau kak Jeno kesini lagi. Jadi jangan pukul kepala nya lagi ya? Kalau kakak marah pukul aja Jaemin"
Jeno yang mendengarkan ucapan Jaemin pun mengangguk, menatap kearah jendela. Langit hari ini terlihat mendung, mungkin ini karena musim dingin yang mulai melanda kota
"Permisi.."

Jeno menoleh, tangannya yang kebetulan memegangi kotak musik dari Jaemin itu tiba-tiba terangkat dan hendak melemparkannya pada siapa yang datang
"Kak.."Jaemin perlahan menurunkan tangan Jeno, daripada Taeyong jadi sasaran lemparan kotak musik nya

"Dia udah minta maaf sama Jaem..jangan dimarahin lagi, ya?"

"Maaf"kata pertama yang keluar dari mulut Taeyong saat menyadari ketiga orang itu menatapnya
"Bukannya aku sudah memaafkan mu, kak?"

"A-aku.."

"Sudahlah, Jaemin juga sudah memaafkan mu. Setiap orang pasti pernah berbuat salah"Jaemin tersenyum saat Je Hoon berucap
Ia menoleh memperhatikan Jeno yang sedari tadi tampak gelisah, bahkan tangannya terkepal erat sekarang
"Kak.. kenapa?"

Jeno menatap Jaemin dengan matanya yang memerah, "s-sakit.."

Je Hoon yang mendengar ucapan Jeno pun segera berlari keluar untuk memanggil dokter, takut jika anak sulungnya itu kenapa-napa lagi
"Kepalanya sakit banget?"

Jeno mengangguk pelan, genggamannya mengerat saat kepalanya sakit layaknya yang dipukul keras oleh sesuatu
"Jangan! Jangan dipukul kak.. tambah sakit nanti.."lirih Jaemin menahan kedua tangan Jeno

"Jeno kenapa?!"

•••

"Sepertinya memang belum sembuh total..mungkin akan dilakukan CT scan lagi untuk memastikannya dan karena kepalanya sakit lagi lebih baik dia jangan dulu pulang"
Mendengar penjelasan Hyun Ji membuat Jaemin murung, gagal sudah rencana nya untuk mengajak Jeno bermain salju

"Ini demi kakakmu, Jaemin.."

"Aku tau, ayah. Aku tau"ketus Jaemin mengalihkan pandangannya
Saat ini ia sedang berusaha mengontrol diri, Jung Hyun lah yang menyebabkan ini semua
Bahkan ia ragu bisa memaafkan pria itu atau tidak

Dimaafkan juga percuma

Jaemin menoleh saat Hyun Ji menepuk bahunya
"Jeno akan segera pulang.. jangan khawatir ya?"

"Segera pulang itu kapan?"

"Aku tidak bisa memprediksi nya. Kalau Jeno sudah baik-baik saja maka ia boleh pulang"
Jaemin menatap Hyun Ji ragu, bagaimanapun dia seorang dokter dan lebih tau dari Jaemin
"Ya"

"Istirahatlah, pipimu lebih tirus dibandingkan saat kita bertemu dua hari yang lalu"
Jaemin mengangguk, keluar dari ruangan Hyun Ji dengan langkah gontai

"Lee Jaemin"Jaemin menghentikan langkahnya saat suara berat ayahnya menginterupsi
"Ja~~"

"Aku tau ayah mau bilang apa..aku sudah paham ayah. Ini karena aku..jika aku langsung membawa kakak pergi dia tidak akan berada disini"Jaemin kembali melangkah meninggalkan Je Hoon yang bungkam sebelum ia juga pergi saat salah satu perawat disana memanggilnya karena Jeno

•••

"LEE JENO!"

Jaemin memejamkan matanya saat kejadian itu kembali teringat olehnya, Jaemin memilih menyembunyikan wajahnya dengan tangan yang sudah memeluk kedua kakinya erat
Rumah yang ia tinggali hanya berdua dengan Jeno kini sepi, biasanya Jeno pasti membuat suasana rumah seakan ramai dengan banyak orang

"Bajingan kau Lee Jaemin!!"Chaeyoon yang kebetulan masih berdiri di ambang pintu rumah sederhana itu mengigit bibir bawahnya ketiga mendengar suara benda-benda yang dibanting seiring dengan umpatan yang berasal dari Jaemin
Je Hoon menghubunginya sebelum ia kesini, diminta untuk menemui Jaemin karena kakaknya sedang membutuhkan adiknya sekarang

Chaeyoon lebih memilih untuk membiarkan Jaemin meluapkan emosi nya dibandingkan mengambil resiko masuk ke dalam disaat Jaemin sedang marah seperti ini
Chaeyoon hanya mendengarkan barang-barang yang entah sudah keberapa kali Jaemin banting, diiringi bentakannya dan terus menyalahkan diri sendiri
Tangannya masih memegangi gagang pintu tanpa niatan untuk membuka pintu tersebut

Perlahan Chaeyoon menurunkan gagang pintu itu, keadaan rumah yang semula rapi kini berantakan
Barang-barang berserakan dimana-mana, pecahan kaca juga menambah kondisi rumah Jaemin lebih buruk
Kini ia paham mengapa Jaemin meminum anti-depresan selama ini
"Maaf kalau aku tidak izin dulu.."ucap Chaeyoon pelan lalu berjongkok, walaupun jaraknya masih terbilang cukup jauh dengan Jaemin

"Jangan seperti ini..kak Jeno bisa sedih melihatmu"

"Dia tidak disini. Dia tidak akan sedih, paham?"Chaeyoon tersenyum tipis, mood Jaemin mungkin sedang berantakan sampai berkata ketus seperti itu
"Ayahmu menelponku.."

"Dia menyuruhku untuk menemui mu, kak Jeno mencarimu sekarang"

"Ada ayah.. keberadaan seorang Lee Jaemin tidak bermanfaat disana"

"Kok bilang begitu?"

"Aku ada disana..saat seseorang wanita mengatai jika kakak itu bodoh. Aku ada disana saar anak-anak lain mengganggu kakak. Aku juga ada disana saat vas itu jatuh..aku disana saat kak Jeno terluka...masih tidak percaya aku yang membawa masalah pada kak Jeno?"

"Itu kan bukan salahmu"

"Bukan? Bukan salah ku?..ck"Jaemin mengalihkan pandangannya lalu menatap Chaeyoon dingin
"Kalau bukan kenapa setiap kak Jeno bersama ku dia harus terluka? Kenapa?!"

Chaeyoon terkejut saat Jaemin membentaknya keras, bingung juga harus berbuat apa
"Kak Jeno ingin kamu ke rumah sakit, Jaemin"

"Ada ayah. Kalau kamu mau kesana pergi saja. Tidak berguna juga aku disana"

"Jae"

"Kalau mau pergi ya pergi saja. Tidak usah mengajakku"Chaeyoon menghela nafas, memilih untuk meninggalkan Jaemin sendiri karena usahanya pun tidak berhasil
Jaemin kembali seorang diri, dengan barang-barang yang berserakan disekitarnya. Dengan luka sayatan yang ia dapatkan karena menginjak pecahan kaca di lantai
Bahkan ia tidak merasakan perih pada kakinya sekarang

Kepalanya kosong sekarang

Jaemin menoleh menatap ponselnya yang tiba-tiba menyala, menampilkan pesan yang baru masuk
Tiga pesan baru dan Jaemin akhirnya membacanya, terdiam saat melihat kata-kata yang Je Hoon kirimkan padanya

|Jeno muntah terus-menerus..

|Wajahnya pucat sekali

|Cepatlah kemari, ayah mohon

Tbc.

Huaa..maaf ya gak up terus, otakku lagi buntu dan tadinya mau namatin dulu satu cerita yang lain
Malah bingung:)
Mianhe..

Hey BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang