"Jaemin!!"
"Apa apa apa?! Ganggu ah"
Jeno mengerucutkan bibirnya, adiknya itu sudah janji akan membelikannya kue tapi sekarang malah masak. "Bohong ya..""Bohong apa sih kak? Yang jelas kalau ngomong"
"Tau ah"
Jaemin terkejut dengan Jeno yang sekarang pergi ke kamarnya. Ia mencoba mengingat-ingat apa yang dimaksud oleh Jeno tadi. "EH?! LUPA ASTAGA!"•••
"Udah kan? Udah dibeliin.. maafin dong, masa cemberut terus. Jelek tau"
Jaemin tersenyum melihat Jeno tersenyum tipis, ia lupa kemarin menjanjikan Jeno untuk membelikannya es krim dengan syarat tidak ikut dengannya. Ingat saat Jaemin dan Chaeyoon jalan-jalan berdua?"Mau apa lagi hm? Biar aku beliin hari ini"
Jaemin terkekeh kecil melihat Jeno yang kesenangan. Padahal kakaknya ini baik, sangat sangat baik. Ia ingat saat itu bagaimana Jeno pulang tidak pakai sepatu dan mengatakan sepatunya diberikan pada anak kecil yang dia temui di pinggir jalan. Dia ingat saat Jeno pulang dengan punggungnya yang terluka dan mengatakan dia menyelamatkan seekor kucing di atas pohon."Jae.. jangan menangis.."
Jeno menyodorkan es krim ditangannya, dia pernah melihat seorang anak kecil yang berhenti menangis saat diberi es krim. "Kak.. aku bukan anak kecil, makan saja""Tapi Jae menangis.."
"Kelilipan, ada hewan masuk ke mata"
"Uh.. sakit ya? Perih tidak? Sini mau lihat"
Jaemin tersenyum lalu mendekatkan wajahnya, membiarkan Jeno memeriksa matanya. "Sudah! Sudah bersih!""Jaemin.. lapar.."
"Tadi aku tawarin makan dirumah tidak mau. Ayo, kita cari restoran"
"Jae, tidak kerja?"
***
"Kau tau.. rasanya aneh jika Jaemin tidak ada. Biasanya anak itu yang sering menumpahkan tepung sampai seisi dapur jadi seperti ditaburi salju"
"Tapi setidaknya lebih tenang, anak itu hanya mengacau saja"
"Ey.. diam-diam kau tidak suka padaku, Huang Renjun. Menyesal aku pernah memberikan minum saat kamu haus waktu itu"
Renjun yang tengah mengepel otomatis menoleh, menatap datar Jaemin.
"Anak pintar memang, baru datang jam segini, baru hari ini, sudah lupa teman-teman mu hah?""Kak Jeno!! Kak! Lihat aku bikin apa? Roti warna warni kak! Sini cobain"
"Zhong Chenle.. itu roti buatan ku kenapa kau yang ribut hah?!"
Jaemin memukul pelan lengan Renjun dengan gagang pel yang kini berpindah tangan, "tidak usah bentak-bentak. Yang ada pelanggan kabur karena suara mu""Kak.. jangan dihabisin, itu buat dijual. Oke?"
"Oke!"
Jeno terlihat senang menatapi deretan kue di etalase kaca, tapi tidak ada yang menarik perhatiannya. "Sini sini, aku buat spaghetti carbonara tadi, uji coba. Biar kakak yang makan pertama"Chenle menuntun Jeno untuk duduk di kursi dan memberikan sepiring spaghetti. "Uhm!! Enak!! Jae.. mau lagi.."
"Boleh kak boleh banget.. masih banyak di dapur, mau dihabisin juga boleh"
Jeno menatap Jaemin, menunggu persetujuan dari adiknya itu. "Boleh, tapi jangan banyak-banyak. Nanti kekenyangan"•••
"Jae mana?"
Renjun menunjuk Jaemin yang tertidur di lantai, pembeli yang datang hanya sedikit jadi Jaemin mengambil kesempatan untuk tidur di lantai, dapur maksudnya.
"Jae.."Jeno menusuk-nusuk pipi Jaemin, mencubit pelan pipi adiknya itu. "Jae.. mau pulang.."
"Hm? Kenapa?"
Jeno tidak menjawab melainkan menggosok matanya pelan. "Mengantuk? Tidur di mobil saja mau tidak? Ayah tidak dirumah, kakak mau sendiri?"
"Gak! Di mobil aja!"Jaemin tersenyum tipis, dia memberikan kunci mobilnya pada Jeno. "Bisa kan?"
"Huum!"
Jaemin mengubah posisinya menjadi duduk, dia lupa harus menaruh roti lagi di etalase. "Jaemin!!"Yang dipanggil pun menoleh. Nampan kue ditangannya ia taruh di atas meja dan pergi untuk melihat siapa yang memanggilnya. "Kak! Kakak kenapa?"
"Ah.. dia adikmu? Heh, Lain kali jaga kakakmu ini baik-baik! Lihat apa yang dilakukannya?!"
Jaemin menatap pria yang mengomel itu, bajunya basah karena mungkin Jeno tak sengaja menyenggol lengan pria itu hingga menumpahkan kopi ke bajunya. "Maaf, kakak saya mungkin tidak sengaja.. maaf sekali""Baju saya basah seperti ini, memangnya minta maaf bisa membuat baju saya kering?! Lagipula anak bodoh seperti dia bukannya kau awasi"
Jaemin tertawa kecil mendengarnya, "maaf.. kalau anda minta ganti rugi bisa baik-baik bukan? Tidak perlu menjelek-jelekkan kakak saya?""Jangan karena dia keterbelakangan bisa dimaafkan begitu saja ya?! Dia harus-"
Jaemin menatap Renjun yang terlihat menahan lengan pria itu. "Bapak mau marah-marah? Kalau iya urusan bapak dengan saya bukan dengan kakak dia""Masuk mobil oke? Biar Jae yang urus"
"G-gak sengaja.. t-tadi lagi jalan.. terus ditabrak.."
"Iya iya, sekarang masuk mobil. Duduk aja di dalem"
•••
"Chae jelek!"seru Jeno melempar bonekanya lalu berlari masuk kamar. Sementara yang baru saja dikatai hanya diam, bingung tiba-tiba Jeno berkata seperti itu.
"Jelek?""Kau memotong rambutmu, pendek! Kau tau kakak tidak suka"
"Rambut ku rusak Jaemin jadi harus dipotong dikit"
"Waktu jalan-jalan biasa saja perasaan"
"Ya terus gimana? Masa harus di sambung lagi? Ya kali.."
Jaemin mengendikan bahunya. Dia tidak ikut campur toh ini urusan Jeno dan Chaeyoon bukan dirinya. "Kak.. sebentar lagi juga panjang lagi.. ini dipotong karena rusak kak""GAK MAU! CHAE JELEK! JAUH-JAUH SANA!"
"Jaemin!"
Yang dipanggil menggeleng. Dia lebih asik memperhatikan Chaeyoon yang bertengkar dengan Jeno.
"Marahnya lama loh""Bukannya bantuin juga.."
"Loh? Kan urusan kalian.. masa aku lagi?"
"Kak Jeno kakak nya siapa?"
"Masalahnya masalah siapa?"
Chaeyoon mencebik lalu kembali membujuk Jeno. "Pakai wig""Aku tendang muka mu itu, mau?"
"Kejam.."
Jaemin terkekeh. Dia membiarkan Chaeyoon yang masih berusaha untuk membujuk Jeno. Gadis itu tidak pintar dalam urusan bujuk membujuk dibandingkan Jaemin. Padahal dijanjikan sesuatu juga Jeno akan mau.Tbc.
Bentar lagi.. ending?
Hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey Brother
Fanfiction"apapun alasannya, dia tetaplah kakakku dan jika kau berani menyentuhnya, bersiaplah untuk tidak bisa menggunakan anggota tubuhmu lagi" Lee Jaemin, salah satu remaja yang berhasil mendapatkan beasiswa untuk sekolah dan harus bekerja untuk menghidupi...