Jaemin menghela nafasnya pelan, lagi-lagi ia harus bertemu dengan anak-anak menyebalkan itu
Ditambah kini mereka sering menyangkut-pautkan masalahnya dengan Jeno
Sudah dibilang kan kalau Jaemin itu tidak pernah mau kakaknya terluka lagi
"Kenapa?? Malu punya kakak seperti dia?"Jaemin membuang mukanya, menutup kasar loker dengan sorot mata yang tidak dapat diartikan
Taeyong menjentikkan jarinya sebelum mendorong Jaemin, memaksanya agar menatap wajah Taeyong
"Dengar ini, jika kamu tidak mau kakak mu kenapa-napa, datang kerumah ku jam tujuh, jika sampai tidak datang maka akan ku hajar habis-habisan kakak mu itu"Taeyong tidak main-main, ancaman tidak pernah dianggap sepele oleh seantero sekolah itu, ucapannya selalu benar-benar jadi kenyataan dan itu benar-benar membuat Jaemin khawatir
Bagaimana kalau mereka benar-benar menghajar kakak nya yang tidak tau apa-apa
Mau tidak mau Jaemin terpaksa pergi kerumah Taeyong jam tujuh nanti"Apa yang salah dengannya sih.."
•••
Jaemin merenggangkan tubuhnya yang terasa pegal, pelanggan hari ini sedikit sekali tidak seperti biasanya
Chenle duduk disebelah Jaemin dengan secangkir kopi ditangannya, menyeruput kopi nya itu perlahan
"Astaga..kopi buatan ku memang paling hebat""Sombongnya.."Chenle tertawa kecil lalu menunjuk kafe diseberang yang terlihat ramai dengan sendok ditangannya
"Kafe itu sedang mengadakan diskon besar-besaran, makanya banyak yang datang ke sana""Hanya diskon..tidak menjamin kualitas nya kan?"
"Benar, tapi kebanyakan orang-orang jaman sekarang kan yang murah yang dicari, masalah kualitasnya bagus atau tidak jadi hal terakhir"
Jaemin menopang dagunya, bukan memikirkan kafe nya, tapi memikirkan ancaman Taeyong tadi disekolah
Bingung juga harus datang atau tidak nya ya walaupun dia takut juga
"Tidak baik melamun, kalau kerasukan kan aku yang repot""Kau ini.."Chenle tersenyum, membuat matanya sedikit menyipit
"Sedang ada masalah ya?""Menurutmu?"
"Ada"tangan Chenle terulur untuk menangkup pipi Jaemin
"Wah.. pipi mu semakin tembam saja, padahal hanya makan ramen setiap hari nya""Kata siapa?!"Jaemin menepis tangan Chenle, melipat tangannya dan menatap rekan kerjanya
"Kata aku tadi, hari ini""Kamu pikir aku tidak butuh sayuran begitu?"
Chenle tertawa kecil sebelum menunjuk ke arah Jaemin dengan sendoknya
"Renjun cerita tentang kakak kelas mu itu, aku jadi khawatir jika mereka terus menganggu mu"Jaemin mengendikan bahunya, menenggelamkan wajahnya di meja
"Entahlah..aku sudah lelah menghadapi mereka""Kamu bisa menghubungi ku jika butuh bantuan, sejak dulu kamu yang sering membantu ku kan"
Jaemin tersenyum tanpa mengangkat kepalanya
"Kamu memang teman yang baik, le.."•••
Winwin menuruni motornya, pria bersurai coklat itu menatap rumah Jaemin yang tampak sepi
Seharusnya Jaemin sudah pulang sekarang
Winwin mengetuk pintu rumah yang tertutup itu, menautkan kedua alisnya heran ketika tidak ada yang membukanya
"Jeno! Ini Winwin!"tidak lama Jeno membukakan pintunya, dengan boneka pororo ditangannya"Loh? Jaemin belum pulang ya?"Jeno menggeleng, membiarkan Winwin masuk ke dalam rumahnya
"Seharusnya ia sudah pulang kan sekarang..Jaemin tidak menelpon mu?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Hey Brother
Fanfiction"apapun alasannya, dia tetaplah kakakku dan jika kau berani menyentuhnya, bersiaplah untuk tidak bisa menggunakan anggota tubuhmu lagi" Lee Jaemin, salah satu remaja yang berhasil mendapatkan beasiswa untuk sekolah dan harus bekerja untuk menghidupi...