Rasanya seperti melihat bayi mengajari bayi.
"Ayo lagi, ini papa...," Donghyun menunjuk dirinya. Namun bisa kita lihat bahwa Hyunmi tak terima dengan pernyataan itu. Dia malah menumpukan tubuhnya ke depan dan berikutnya---
"Ma...?"
"Pa... pa...," Donghyun sebenarnya gemas, namun karena pipi lemak itu menatapnya dengan alis mengerut.
"Ba...?" membuat mulutnya, tapi bibirnya mengerucut, "Ma."
"Oke, baiklah. Mama, got it." Menyerah, lalu menarik Hyunmi ke pangkuannya. Donghyun mencium pipi gembil si bocah, "Nah, kalau yang ini... Papa."
Manik Hyunmi menatap layar ponsel Donghyun, menepuknya antusias dan bergumam terus menerus. Donghyun sedikit menjauhkan layar ponsel yang menampilkan foto Youngmin sebagai wallpaper. Hyunmi masih melonjak di tempatnya, mengira Youngmin akan bicara padanya di sana.
Ngomong-ngomong, Youngmin belum pulang. Jadilah Donghyun memutuskan untuk mengajari Hyunmi bicara dan merangkak.
Ya... bayangkan saja. Pertama kalinya Donghyun meletakkan anak itu di lantai, yang terjadi adalah ia mengesot menghampirinya---bukan merangkak.
Ulangi, mengesot. Iya, seperti suster ngesot, hanya bedanya yang ini lebih sedikit berlemak, gembil dan lucu. Dan lagi, ia masih 13 bulan.
Sekarang pun merangkaknya masih begitu lambat, ia lebih cocok di sebut menyeret kaki daripada merangkak. Setiap mengangkat kaki belakang, maka wajahnya yang mendarat di lantai. Kosakatanya sedikit lebih banyak, namun ia tak pernah mau menyebut Donghyun sebagai 'Papa' juga. Malah menyebut pemuda itu 'Mama' dan Donghyun berusaha mengajarinya.
Dan menyerah.
"Mau menjemput Papa?" Donghyun melirik jam, seharusnya Youngmin selesai bekerja pukul 8 malam. Semoga ia tak harus menggantikan kawan-kawannya meski itu akan menambah gaji. "Iya?"
Hyunmi menelengkan kepalanya. Mulutnya menganga kecil, manik bulatnya makin membulat ketika Donghyun menekan-nekan tombol di ponsel. Penasaran, ia mengintip. Berkedip, bingung dengan deretan yang tiba-tiba muncul di layar seiring gerak tangan Donghyun.
"Maaa?"
"Iya, sayang. Sebentar, kita tunggu balasan Papa, ya?"
~Strawberry Sweetheart~
Tadinya Youngmin sempat melarang, namun gara-gara wallpaper di ponsel, Hyunmi jadi mulai menangis. Menyebut-nyebut 'Pa...' berulang kali dengan tangisan pilu seolah Donghyun melakukan kejahatan yang tak termaafkan.
Beruntungnya Youngmin mendengar tangisan pilu Hyunmi, jadilah ia tidak tega dan mengizinkan mereka menjemputnya. Dengan syarat Hyunmi harus benar-benar hangat, pastikan dia tidak mengunyah salju seperti 2 hari lalu.
Merotasikan mata, Donghyun berucap 'iya', tak menyangka bahwa Youngmin yang akan lebih protektif dengan si bayi. Mengingat dulunya ia sempat menolak, Donghyun sampai adu mulut dengannya.
"Ayo jemput Papa!" Donghyun mengangkat Hyunmi --yang memakai sweater coklat kebesaran miliknya (Donghyun salah ukuran, sungguh), dan kaus kaki hangat. Kepalanya tertutup topi bayi rajut.
"Yooo~"
~Strawberry Sweetheart~
"Siapa?" Youngmin menoleh, salah seorang kawan menghampiri. "Oh... kekasihmu yang itu?"
Ambigu memang. Tapi Youngmin juga sebenarnya keberatan karena hal yang satu ini. Hyunmi tidak tahu apa-apa, Youngmin takut orang-orang akan menyakitinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strawberry Sweetheart || Youngdong/Pacadong
FanfictionAku tak pandai berbasa-basi, tapi aku punya sebuah kisah... Tentang sebuah keluarga kecil, 2 ayah... 1 anak perempuan... (tertawa) kalian tidak salah dengar, kok... keluarga mereka memang, yah... berbeda? Ayo duduk, bagaimana kalau secangkir teh? . ...