Konsentrasi Youngmin pecah. Membuatnya harus terkena hukuman yang tidak main-main. Ia tidak mendapat informasi lagi setelah itu, Nayoung tak pernah datang untuk menjelaskannya. Membuatnya hanya bisa diam dan mencoba mengumpulkan kembali konsentrasinya.
"Youngmin-ah,"
Pemuda Im itu menghembuskan nafasnya, menoleh. "Hm."
Kim Jonghyun, si ketua tim hanya bisa duduk diam di sebelahnya. Tak bertanya sedikitpun, hanya memastikan Youngmin tak memiliki pikiran negatif---meski sebenarnya ia di sibukkan dengan memikirkan keadaan Hyunmi.
"Putrimu... pasti sedih saat melihatmu pergi."
"Dia tidak menangis," Youngmin tersenyum pahit, "dia melihatku memasuki taksi, waktu itu hari sekolah. Hanya berteriak ia mencintaiku, lalu berdiri di sana sampai aku pergi."
"Dia pasti bertahan, dia tahu kau dan istrimu menunggunya."
Youngmin tersentak.
"Orang-orang akan bertahan jika mengingat siapa yang menunggunya. Hyunmi dan Mama akan menunggu Papa, jadi Papa harus ingat itu."
"Hyu... Hyunmi-ya...," Bahu Youngmin bergetar, mengusap wajahnya kasar. "Ya Tuhan... sebenarnya apa salahnya?"
"Dia tidak bersalah," Jonghyun menepuk-nepuk bahu Youngmin. "Tenangkan dirimu, performamu memburuk seminggu ini."
~Strawberry Sweetheart~
Donghyun sampai lupa caranya menangis. Hyunmi masih kritis dan tadi siang mereka kembali di buat panik karena ia kehilangan detak jantung.
Mengunyah satu porsi french fries ukuran kecil, juga cola dengan cup medium. Donghyun menirus belakangan ini, kantung matanya menebal dan ia harus membeli concealer untuk menutupinya. Senyumannya memudar seiring mendapatkan terlalu banyak informasi soal putrinya.
Gloria dan ibunya datang tadi siang, bertepatan dengan bunyi nyaring dari monitor Hyunmi. Donghyun tak sempat marah, dia hanya berdiri dengan tubuhnya yang bergetar. Sendirian. Ia bahkan tak tahu harus meminta tolong pada siapa.
Jackie Evancho di makamkan sehari setelah kejadian, dan Donghyun juga berada di sana. Menghormati kawan terbaik sang putri. Yang ikut meregang nyawa untuk memastikan Hyunmi tak tergeletak begitu saja di depan kelas.
"Hm?"
Donghyun mengangkat kepala, "Sweetheart? Hyunmi, dengar Mama?"
Jemari Hyunmi bergerak, kemudian kelopaknya terbuka. Menatap Donghyun dengan penampilannya yang tak bisa di bilang baik. "Hm."
Menekan bel, si pemuda Im kemudian beralih pada Hyunmi. Dan airmatanya yang terbendung selama 7 minggu, akhirnya menetes. "Swee-sweetheart... ini Mama, tidak perlu takut, ini Mama."
Dokter dan 4 orang perawat masuk, mencoba memeriksa Hyunmi. Sementara Donghyun menyingkir dari sana, takut mengganggu.
~Strawberry Sweetheart~
Hyunmi hanya bisa menatap lemah dokter dan para perawat. Bahunya sakit dan tubuhnya lemas. Mencoba bicara, namun yang keluar hanya kata-kata pendek. Maniknya bergulir, memindai kamar rawat inapnya.
Kakinya pegal, ngomong-ngomong.
"Sweetheart?"
Menoleh, memandangi Donghyun dengan senyuman kecil. "Ma,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Strawberry Sweetheart || Youngdong/Pacadong
FanfictionAku tak pandai berbasa-basi, tapi aku punya sebuah kisah... Tentang sebuah keluarga kecil, 2 ayah... 1 anak perempuan... (tertawa) kalian tidak salah dengar, kok... keluarga mereka memang, yah... berbeda? Ayo duduk, bagaimana kalau secangkir teh? . ...