Hyunmi membentur pembatas untuk yang kesekian kalinya.
Meski gumpalan lemak itu tak menyadarinya, namun Donghyun---yang sejak beberapa jam lalu mencoba tidur, tentu mendengar benturan yang terjadi. Meringis kecil, bertanya-tanya, apa dia akan menangis tiba-tiba karena terlambat merasakan sakitnya?
Mencoba duduk, kepalanya terasa berputar. Sudah sejak pagi, sebenarnya. Namun ia mencoba untuk menahannya sebab Hyunmi harus di antar ke sekolah.
"Hyung~ kapan pulang?" rengek Donghyun, menyandarkan kening di pembatas kasur Hyunmi. Nafasnya berat dan wajahnya memerah.
Hyunmi terkejut ketika merasakan sesuatu di lehernya. Meski mengantuk, ia berbalik. Berkedip lambat.
"Mama?" si kecil menggosok matanya, berusaha duduk meski masih ingin terlelap. "Mama kenapa?"
Donghyun tersenyum, bibirnya terbuka sedikit dengan wajah yang memerah. Malah menimbulkan panik. "Mama?"
Deru nafas Donghyun begitu berat, meski Hyunmi tak tahu pasti kenapa, ia mengerti sedang ada yang tidak beres dengan Mama-nya.
Jemari kecil itu menjulur, hendak menyentuh kening pemuda di hadapannya. Airmatanya tahu-tahu turun, ringisan keluar dari bibirnya ketika si pemuda mengeluh sakit dengan suara yang nyaris habis.
"Hyunmi ambilin minum ya?"
Hyunmi tak tahu harus berbuat apa, ia hanya mencoba meniru Donghyun ketika pemuda itu merawatnya di kala sakit. "Mama mau muntah enggak? Hyunmi anterin ke kamar mandi?"
Kendati menahan sakit, Donghyun masih sempat tersenyum dan mengucap syukur untuk putrinya. Putri yang menyimpan luka untuknya. Putri manis yang hadir untuknya.
"Enggak saya---akh!"
"Ma-Mama tunggu sini!" Hyunmi tahu ia tidak boleh panik, namun ia belum dapat mengendalikannya. Gadis kecil itu berlari menuju dapur, mencoba mengambil air untuk Mama-nya. Airmatanya membasahi wajah.
Kesal, si kecil mengusapnya kasar. Mengatakan pada dirinya bahwa ia tidak boleh menangis!
Donghyun menyandar di sisi kasur Hyunmi, lemas sudah seluruh tubuhnya. Bahkan untuk sekedar merangkak pun kepalanya sakit. Jadilah ia berharap Youngmin cepat pulang dan membantunya untuk naik ke kasur.
"Mama masih sakit?"
Si kecil hanya berhasil menggapai gelas plastik miliknya. Menyodorkannya pada Donghyun, "Minum ya? Terus, habis itu tidur."
Tak menjawab, Donghyun hanya bisa menuruti perkataan Hyunmi---yang sebenarnya hanya sebuah tiruan.
Anak-anak seusia Hyunmi memang akan lebih sering meniru orangtuanya.
"Su-sudah." Donghyun tak sanggup menghabiskan isi gelas---perutnya serasa di kocok dari dalam dan ia tengah mati-matian menahan muntah.
Hyunmi membulat begitu melihat Donghyun terbatuk, kembali berlari menuju kamar mandi dan membongkar bagian bawah lemari. Mencari-cari baskom yang dulu pernah ia gunakan untuk menadah muntah.
"Plastiknya aduh!"
Suara Donghyun menghampiri pendengaran. Pasrah, gadis itu berusaha keras untuk menghampiri Donghyun sebelum muntahannya membasahi karpet.
"Ma---"
"Huwweeekkk!! Uhuk!"
Hyunmi memejamkan mata, muntah Mama-nya ikut menyembur ke onesie ayamnya juga. Meratapi bau muntah yang benar-benar mengganggu hidung, si kecil mencoba menyingkirkan poni Mama-nya yang menutupi wajah. Bibirnya kembali menukik, sedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strawberry Sweetheart || Youngdong/Pacadong
FanficAku tak pandai berbasa-basi, tapi aku punya sebuah kisah... Tentang sebuah keluarga kecil, 2 ayah... 1 anak perempuan... (tertawa) kalian tidak salah dengar, kok... keluarga mereka memang, yah... berbeda? Ayo duduk, bagaimana kalau secangkir teh? . ...