Youngmin tak berhenti tersenyum. Di mejanya, Hyunmi duduk diam, menatap takjub layar proyektor. Sesekali kepalanya terputar, bergumam lucu dan menunjuk-nunjuk video di sana.
"Mama...,"
"Itu bukan Mama, sayang." Bisik Youngmin. Memeluk perut si bayi, mencium wangi stroberi yang menguar dari tubuh gembulnya.
"Kan Mama?" wajahnya berubah sedih, dia merindukan Mama Donghyun-nya :(
"Mama akan pulang, kalau Hyunmi jadi anak baik, menurut dengan Papa. Enggak marah-marah lagi." Youngmin tersenyum manis, mencium bibir mungil si bayi.
"Yaaa," sahut Hyunmi,
"Ada masalah dengan putrimu?" Bae Joohyun berbisik, kebetulan mereka duduk bersebelahan. Namun kali itu, Joohyun tak membawa putranya. Menitipkan Jinyoung pada ibunya.
Youngmin menoleh, lalu menggeleng pelan. "Dia rindu ibunya,"
Bae Joohyun, kemudian menyadari bahwa 'ibu' yang di maksud Youngmin, adalah seseorang yang di sebut Jinyoung sebagai 'Mama' dari Hyunmi.
Youngmin gay, itu pikiran Joohyun. Namun wanita berusia akhir 20 itu hanya mengangguk. Youngmin sudah menarik perhatiannya sejak awal mereka bertemu. Ada yang aneh dari dari pemuda itu meski ia tak mengatakan apapun.
Kekasih yang di maksud, pasti adalah pemuda yang di panggil 'Mama' oleh Hyunmi. Joohyun pernah berbicara dengan Donghyun ketika menjemput Jinyoung, dan terpukau dengan betapa ramahnya si pemuda.
Tersenyum maklum, Joohyun tahu Youngmin sudah di luar jangkauannya. Dan ia, sudah saatnya mundur.
~Strawberry Sweetheart~
Donghyun mengatupkan bibir. Seorang wanita yang pernah berbicara padanya di daycare itu tertawa geli. Lalu menyodorkan tangan, "Aku mundur."
Mundur?
Bae Joohyun mengusak rambut Donghyun, gemas. "Aku tahu kalian berkencan. Kau dan Youngmin,"
Diam. Jantung Donghyun berdebar kencang dan wajahnya pucat pasi. Joohyun menghela nafas, tersenyum dewasa. "Usiaku sudah 29, tidak mungkin aku melakukan permainan anak-anak lagi, Donghyun-ah."
"A-a-aku...," gugup, Donghyun sudah tidak tahu harus berkata apa, otaknya blank seketika. Alasan apapun, ia tak bisa mengungkapkannya.
"Sudah kubilang, aku tidak mungkin melakukan hal itu, menyebarkan tentang hubungan kalian." Joohyun berusaha menenangkan Donghyun, "Seorang ibu tidak berpikiran seperti itu, aku punya Jinyoung. Jika aku mengatakan perasaanku dan Jinyoung tidak tahu, aku merasa seperti pengkhianat. Jinyoung berhak tahu."
Menunduk. Donghyun terhitung muda untuk memiliki seorang bayi, pengetahuannya pun belum cukup. Sowon menyelamatkannya.
"Aku ada, kapanpun kau butuh," Joohyun tahu, pemuda ini bergulat dengan pikirannya, "dan... maaf... karena membiarkan diriku menyukai kekasihmu."
Tersenyum, Donghyun tidak marah. Siapapun berhak jatuh cinta, Joohyun sudah baik dengan memberikan batas terhadap dirinya. "Tidak masalah, hati tidak ada yang tahu." Lembut Donghyun tertawa. Membuat wanita akhir 20-an itu tertawa juga, lalu senyumnya kembali hadir ketika ia menangkap keberadaan Hyunmi dan Youngmin.
"Sepertinya mereka akan terkejut." Joohyun mengibaskan tangan, "Jinyoung akan panik jika aku terlambat jemput. Selamat tinggal, Donghyun-ah."
"Selamat tinggal, Joohyun-ssi."
Tiba-tiba, sesuatu menabrak kakinya. Menunduk, Donghyun melebarkan mata. "Hei... sweetheart."
Hyunmi mendongak. Nafasnya terengah-engah, ketika ia mengangkat Hyunmi dan berbalik, di dapatinya Youngmin berlutut dengan wajah shock.
"Hyunmi-ya, ayo ke sini." Youngmin mengulurkan lengan,
Hyunmi menjejakkan kaki, minta di turunkan. Dan ketika Donghyun menurunkannya, matanya makin melebar. Ikutan shock.
Im Hyunmi, berlari.
Berlari?!
"Ya Tuhan!"
~Strawberry Sweetheart~
"Aku tidak berpikir kau akan pulang cepat." Youngmin menoleh ketika Donghyun mendudukkan diri di sebelahnya, menyandar dibahu lebar pemuda bermarga Im itu.
"Niatnya untuk mengejutkan kalian," Donghyun merengut, kejutannya gagal. Malah ia yang di buat terkejut. "sudahlah."
"Hyunmi tahu-tahu menepuk pipiku dan menunjukmu, bertanya-tanya apa itu Mama." Youngmin mengecup puncak kepala Donghyun, merangkul pinggang yang muda.
"Bagaimana dia?"
"Kau harus tahu kalau dia ngambek hanya gara-gara aku memintanya untuk tinggal di daycare."
Donghyun meringis, "Lalu?"
"Dia menghadap tembok dengan wajah asam, dan lagi... dia bersedekap."
Tertawa. Donghyun kan, juga pernah kena ambek bayi bulat itu. Pemuda 20 tahun itu memeluk Youngmin dari samping. Apa yang ia impikan sedikit-sedikit terwujud ketika ia memutuskan untuk menjadi kekasih Youngmin. Mengobrol sementara bayi mereka tertidur, contohnya.
"Aku mencintaimu, hyung." Bisik Donghyun, "Maaf merepotkan."
"Kau tidak merepotkan," Youngmin memindahkan Donghyun ke hadapannya, saling berhadapan dengan kaki Donghyun yang melingkar di pinggang pemuda Im itu. Malu, yang muda menyembunyikan wajah di bahu lawannya.
"Kau cantik," bisik Youngmin, "ingin kusimpan saja, bagaimana?"
Donghyun terkekeh geli. "Simpan aku, kalau begitu."
Mengecup cepat bibir si adik, membuatnya merengek kesal. Mengomel.
Youngmin tertawa, "Oh iya," teringat sesuatu. "Dosen Cho bilang, aku sudah bisa menyusun skripsi. Dan tadi aku bertemu dengan dosen pembimbingku, ia menyetujui judul yang kuajukan."
Manik Donghyun membulat, "benarkah? Secepat itu?"
"Kau lupa aku siapa?"
"Angkuh," cibir Donghyun, "ya ya, si jenius Im Youngmin." Tangannya membelai wajah sang kekasih. Merapikan rambut Youngmin yang mulai panjang.
"Saatnya potong rambut," Youngmin tertawa, membiarkan jemari Donghyun bermain di rambutnya. "dan sudah waktunya tidur, bayi besar."
Tangannya menepuk bokong Donghyun, membuat pemuda Kim itu merengut.
"Tidak mau."
"Apa ini? Sudah bisa membantah?" pura-pura terkejut, "Woah, Kim Donghyun, aku terkejut."
"Berhenti berdrama."
Gemas, Youngmin menarik dagu Donghyun, "perlu night kiss?"
"Hyung, aku buk---hmmpphhh!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Strawberry Sweetheart || Youngdong/Pacadong
FanfictionAku tak pandai berbasa-basi, tapi aku punya sebuah kisah... Tentang sebuah keluarga kecil, 2 ayah... 1 anak perempuan... (tertawa) kalian tidak salah dengar, kok... keluarga mereka memang, yah... berbeda? Ayo duduk, bagaimana kalau secangkir teh? . ...