"Rambutmu menghilang," Donghyun memakaikan Youngmin baseball cap favoritnya. Pilihan Hyunmi beberapa bulan lalu, "dan aku akan menyusul."
Youngmin tersenyum, maniknya menghilang, "Aku akan merindukanmu dan Hyunmi."
Satu pelukan hangat. "Dia hancur, dia akan hancur."
"Sebuah kejutan untuknya, mungkin nanti siang akan datang." Youngmin dapat mendengar detik yang menggema, "Dan seha--oh astaga, bayi besarku menangis lagi?"
Donghyun memukul kencang bahu Youngmin, "Tidak!" Elaknya. Sebuah kebohongan yang terlalu jelas. Airmata yang muda mengalir.
Hela nafas yang tua menyapa kulit wajah Donghyun, jemari besar Youngmin bermain di wajah, menarik dagu Donghyun dengan ibu jari dan telunjuk. Mengecup bibir ranum si manis---yang kemudian dapat di tebak bagaimana berikutnya. Youngmin terduduk di sofa, menyandar dengan Donghyun berada di pangkuannya.
"Auh, sepertinya aku menelan airmatamu." Canda Youngmin, menjulurkan lidahnya. Malah terlihat seperti Hyunmi saat menyedot lemon tea tanpa perhitungan. Donghyun menempelkan keningnya, menyembunyikan manik malam, sejenak merajut hening dalam detik sebelum kepergian sang belahan jiwa.
"Aku dan Hyunmi menunggu hyung di sini," ucapan Donghyun begitu manis, "kembali dengan keadaan selamat ya? Dimanapun hyung bertugas, aku dan Hyunmi juga ada di sana. Kita saling menjaga lewat rangkaian kata sebelum tidur."
"Juga lewat harapan bintang?" Youngmin melumat bibir Donghyun, terlena sesaat. Pesawat akan berangkat pada pukul 11 siang, dan Hyunmi masih akan berada di sekolah pada jam itu. Sepagi tadi, ia hanya memberikan satu pelukan untuk Youngmin. Berbisik, meminta tolong untuk mengingatnya jika sedang bertugas.
Orang-orang akan bertahan jika mengingat siapa yang menunggunya. Hyunmi dan Mama akan menunggu Papa, jadi Papa harus ingat itu. Kalimat Hyunmi memangkas kekuatan Youngmin untuk sesaat, tapi satu kecupan cepat di bibirnya dan ciuman kupu-kupu dari Youngmin masih bisa mengukir senyuman Hyunmi.
"Hyunmi tahu bagaimana caranya." Lanjut Youngmin lagi, "Aku harus pergi, Dongdongie. Kita akan berjumpa lagi."
"Kita harus berjumpa lagi." Donghyun menekan katanya, memandang Youngmin yang menyandang ransel hitam dan menggeret kopernya. "Jangan selingkuh hyung, di sana laki-laki semua. Kau dengar? Dongie akan terus menghubungi Nayoung noona sampai dia bosan!"
Youngmin tertawa, "Ugh!" ia mencium pipi Donghyun, "Kalian berdua sama-sama menggemaskan. Bagaimana mungkin aku berpaling?"
~Strawberry Sweetheart~
Hyunmi itu jarang bicara. Tapi sejak pagi, ia mendadak bisu. Yang di lakukannya hanyalah duduk manis di kelas dan menjawab soal-soal di papan tulis. Berbicara dengan Jackie lewat tulisan sementara ia tak dapat memahami sedikitpun dari pelajaran hari ini. Otaknya sedang mencerna kenangan manis dengan Papa-nya, kalung di lehernya ia buka berkali-kali.
Pun ketika kawan-kawannya mengajak bicara, dia tak menanggapi sama sekali. Konsentrasinya lenyap, membuatnya kena tegur berkali-kali karena kedapatan melamun.
Bahkan Molly harus menggantikannya untuk tugas ketua kelas hari ini. Hyunmi seolah kehilangan suaranya, dan Miss Valerie menangkapnya menghapus airmata beberapa kali.
Hyunmi sempat di izinkan untuk melewatkan pelajaran, namun gadis kecil itu menolak halus. Menggeleng pelan dengan Jackie yang terus menggenggamnya, wajah si gadis pirang tampak benar-benar khawatir. Terakhir kali dia ingat perilaku ini, Hyunmi berteriak, menangis dan membuat heboh seisi kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strawberry Sweetheart || Youngdong/Pacadong
FanfictionAku tak pandai berbasa-basi, tapi aku punya sebuah kisah... Tentang sebuah keluarga kecil, 2 ayah... 1 anak perempuan... (tertawa) kalian tidak salah dengar, kok... keluarga mereka memang, yah... berbeda? Ayo duduk, bagaimana kalau secangkir teh? . ...