Siapa yang menyangka, keluarga yang harmonis akan terus damai?
Hyunmi baru-baru ini menyadari bahwa Papa-nya pulang lebih malam. Dan yang ia lakukan adalah menunggu. Meski Donghyun sudah membujuknya berkali-kali untuk tidur, ia tetap berada di sofa. Berharap-harap cemas.
Bagaimana kalau Papa tak pulang lagi?
Pertanyaan itu selalu membebaninya, dia tak tahu bahwa Youngmin sudah berkali-kali memperingatkan Donghyun soal jam tidurnya. Yang di lakukan Hyunmi tetap sama, duduk di sofa, memeluk salah satu boneka alpacanya. Dengan manik yang menatap pintu, terkadang dia nyaris menangis. Ketika detik berbunyi, suasana hening. Donghyun baru-baru ini juga bekerja, membuatnya cukup kelelahan.
Malam itu, dia baru turun dari kasur, namun sebuah bantingan pintu menyentaknya.
Panik, ia memiliki kesulitan untuk naik kasur sendiri. Butuh perjuangan untuk itu. Alhasil, Youngmin sudah memergokinya.
"Kenapa tidak tidur?"
Suaranya rendah, berat. Hyunmi mengatup bibir---menekan rasa panik. Dia tahu bagaimana Youngmin marah. Tapi dia juga tahu bahwa Donghyun telah meminum pil dari lemari dapur.
Itu artinya, Donghyun tak akan bangun dengan mudah.
"Sudah Papa bilang, tidur." Youngmin tentu tak memberi kesempatan putrinya untuk bicara.
Hari ini begitu melelahkan, para artis menuntut macam-macam dari para backdancer. Bahkan tidak mengkonfirmasi soal perubahan koreografi, sehingga mereka terpaksa merombak ulang koreo secara keseluruhan.
"Im Hyunmi."
Hyunmi bahkan lupa bagaimana caranya bernafas dengan tenang. Tubuhnya bergetar dengan mata yang berkaca-kaca, mengambil langkah mundur ketika Youngmin mendekatinya.
Sayangnya, ia kurang cepat. Karena tangan besar sang Papa telah mencengkram kedua lengannya. "Kenapa tidak tidur? Sudah berani membantah?"
Tidak membantah! jerit si kecil dalam hati. Maniknya sudah basah, namun bibirnya tetap terkatup rapat. Seolah tidak cukup dengan reaksi paniknya, ia malah mendapati dirinya sudah benar-benar ketakutan.
Wajah Youngmin benar-benar datar, suaranya bahkan mengintimidasi. Hyunmi tahu ia sudah kehilangan suara sejak Youngmin membuka mulut.
"Sa-sakittt~" suaranya mencicit, menyadari cengkraman sang Papa yang mulai menyakitinya. Ketakutan, kepalanya menunduk, melupakan boneka alpaca yang tadinya sempat ia genggam erat. "P-Paaa,"
"Tidak dengar kata Papa ya?!" Youngmin melupakan fakta bahwa cengkramannya terlalu erat. "Kenapa tidak menjawab?!"
Bagi Youngmin, suaranya naik satu oktaf. Tapi bagi Hyunmi, suaranya naik beroktaf-oktaf. Batita itu bergerak, hendak melepaskan cengkraman Youngmin. "P-Paaa sakit~ ta-tangan Hyunmi."
Dengan nafas pendek, seharusnya Youngmin tahu...
Putrinya berjuang lagi.
~Strawberry Sweetheart~
Tidak seperti biasanya, Hyunmi bangun dengan kantung mata dan wajah bengkak. Namun berbicara seperti biasa, mengusili Donghyun di pagi hari dengan ragam ocehannya.
"M-Maaa,"
Tapi pagi itu berbeda. Donghyun menyadari bahwa putrinya terbata-bata, pertanda bahwa ia sedang di landa panik atau cemas. Pemuda 21 tahun itu sempat terkejut ketika melihat Hyunmi sudah rapi dengan pakaiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strawberry Sweetheart || Youngdong/Pacadong
FanfictionAku tak pandai berbasa-basi, tapi aku punya sebuah kisah... Tentang sebuah keluarga kecil, 2 ayah... 1 anak perempuan... (tertawa) kalian tidak salah dengar, kok... keluarga mereka memang, yah... berbeda? Ayo duduk, bagaimana kalau secangkir teh? . ...