"Hyung, hari ini libur?" Donghyun sudah terbangun sejak pukul 5 pagi, kali ini hilir mudik di apartement mereka. Dia baru saja mendapat telpon dadakan dari rekan kerjanya, meminta tukar shift untuk hari ini.
"Iya, grupku sudah tampil kemarin." Yang lebih tua meletakkan roti panggang di piring, "Ada apa?"
"Aku bertukar shift, ada kemungkinan aku pulang malam hari ini." Kata Donghyun, menyambar roti panggang di atas piring. "Bisa tolong jaga Hyunmi?"
"Kau mengucapkannya seolah-olah aku adalah orang asing." Youngmin merengut imut, "Hyunmi kan, putri kita."
Tertawa ringan, Donghyun mengecup kilat bibir lawannya. Lalu terburu menuju pintu, "Dongie sayang Youngminie hyung!"
~Strawberry Sweetheart~
"Mama mana?" Hyunmi terbangun 15 menit setelah kepergian Donghyun. Kelopak matanya berkedip, berusaha memahami kenapa ia tak menemukan Mama-nya.
"Mama kerja," Youngmin menghangatkan roti coklat di microwave, kemudian menyiapkan susu stroberi untuk putrinya. "Hyunmi mandi ya? Papa hari ini libur."
Hyunmi mengangguk patuh. Kemudian meminta tolong di ambilkan handuk.
~Strawberry Sweetheart~
"Hyunmi-ya,"
"Iya?"
Jemari Youngmin terulur, membersihkan coklat leleh yang sudah menjalar sampai ke pipi gembul putrinya.
"Papa juga," jemari yang mungil teracung, menunjuk Youngmin dengan kelingkingnya.
Ia pernah kena omel Donghyun karena menggunakan telunjuk, membuatnya harus berpikir keras soal jari mana yang perlu ia gunakan.
"Mana?"
"Sini," menunjuk tepi bibir, "bukan, yang satunya."
Kebingungan, "Hyunmi yang bersihin sini." Youngmin mengangkat putrinya, memberikan tisu. Sementara si kecil sudah mengerutkan kening dan membersihkan tepi bibir Youngmin. Gerakannya slow-motion, membuat Youngmin gemas sendiri.
Sepertinya dia lupa perihal meringue beberapa minggu lalu, bahkan Donghyun sampai kesal dan menarik mangkuk untuk mengambil alih.
~Strawberry Sweetheart~
Lama-lama bosan juga. Hyunmi melempar dua boneka alpacanya ke kasur. Ia sudah mendapatkan kasurnya sendiri, dan Youngmin telah memastikan anak itu tak akan terguling ketika ia tidur.
Kasur Hyunmi berada di seberang kasur orangtuanya, sehingga selalu ada kisah dimana Youngmin dan Donghyun tengkurap menghadap putri mereka yang sudah bergelung dengan boneka alpacanya. Sementara posisi kaki mereka berada di headboard kasur.
Youngmin memasang pembatas pendek untuk Hyunmi, dan meski anak itu tak terguling ke bawah. Selalu ada bunyi kepala atau tangan yang terantuk pembatas. Kadang, jika Youngmin belum tidur. Ia selalu meringis sendiri, bertanya-tanya apa Hyunmi merasa sakit dalam tidurnya.
Menghela nafasnya, manik violet itu bergulir. Naik ke kasur untuk merapikan bonekanya yang bertambah lagi. Kemudian menatap Papa-nya yang masih asyik membaca buku. Terkadang senyum, terkadang wajahnya murung.
Youngmin hendak membalik lembar novel, namun atensinya teralih pada sang putri---yang kini hanya berdiri menatapnya dengan mata sayu. Raut wajahnya menunjukkan bahwa ia sedang tidak nyaman dengan situasi yang terjadi.
Tersenyum, meletakkan bookmark, pemuda 24 tahun itu mengulurkan lengan. Memastikan putrinya tahu bahwa ia tak mengganggu sama sekali.
"Sayangnya Papa bosan ya?" Youngmin memutuskan untuk bicara lebih dulu, tepat ketika Hyunmi masuk ke dalam pelukannya. "Kok enggak bilang?"
"Papa sibuk." Si kecil membuka mulut, menghirup wangi maskulin dari sang ayah. Wangi jeruk yang berpadu dengan apel, di susul wangi kayu manis dan cedar yang lembut namun maskulin. Mengusap wajahnya, Hyunmi menatap Youngmin dengan wajah memelas. "Papa enggak punya apa gitu? Cerita?"
Tertawa, kali ini giliran Youngmin yang menghirup wangi putrinya. Stroberi, manis tapi juga menyegarkan. Sekarang ia tahu kenapa Donghyun sedemikian senang menciumi putri tunggal mereka.
"Cerita apa?" tanya Youngmin, berlalu menuju balkon apartement. Sekarang musim gugur, lumayan dingin, tapi pelukan Youngmin tentu menyelamatkan Hyunmi. "Papa sudah cerita semuanya, kan?"
Jemari mungil Hyunmi menekan mole Youngmin di bagian leher, bibirnya maju. Demi boneka cinnamoroll barunya, dia hanya bosan!
"Tapi Hyunmi bosan?" memelas, berharap Youngmin akan melakukan sesuatu untuknya. Meski hanya berjalan-jalan tanpa tujuan, ia tak masalah. "Jalan-jalan?"
Berpikir, apa yang harus ia lakukan? Hyunmi biasanya menangis dalam diam ketika ia bosan, anak ini benci sesuatu yang monoton dan sepi.
Mendapati betapa pengertiannya Hyunmi, Youngmin jadi seringkali merasa bersalah. Maaf pun sulit ia ucapkan, namun tampaknya Hyunmi tak pernah mempermasalahkan itu.
Berada di sisi Youngmin dan melihat senyum Papa-nya adalah hal paling menyenangkan bagi si kecil.
~Strawberry Sweetheart~
Keduanya berakhir di taman. Youngmin lama-lama kasihan juga melihat putrinya. Yang kini tengah berusaha menyedot milk tea-nya.
"Hyunmi duduk ya?"
Si kecil mengangguk---menyebabkan sedotannya juga naik turun seiring gerak kepala. Meletakkan large cup milk tea di sisinya. Ia sedang duduk manis di atas rerumputan, sementara daun-daun mulai berguguran cantik. Mencipta suasana romantis bagi para pasangan yang ada di sana.
Youngmin dan Hyunmi juga pasangan, kok.
Pasangan ayah-anak, kan?
"Eh?" si kecil kebingungan ketika kepala Papa-nya terbaring di pangkuan. Tersenyum lebar, memamerkan deretan giginya yang rapi.
Melihat wajah Hyunmi dari bawah, Youngmin tahu-tahu terpikir soal bagaimana gadis kecil ini tumbuh. Bertanya-tanya, siapakah pria beruntung yang bisa merebut hatinya?
Bodoh. Justru cinta pertama Hyunmi adalah orangtuanya sendiri.
"Sweetheart," panggil Youngmin, sebelah tangannya terangkat, mengusap lembut rambut halus si kecil. "cantik, anaknya Papa cantik."
"Kayak Mama enggak?" tanya Hyunmi, "Hyunmi aslinya mirip siapa? Mama atau Papa?"
"Miripp~," pipi Youngmin menggembung, pura-pura berpikir, "kayaknya mirip bayi, deh."
"Bayinya Papa atau Mama?"
"Bayinya Hyunmi."
Bibir mungil itu manyun, kesal. "Papaaa,"
Apa yang lebih menyenangkan? Daripada berbaring di pangkuan putrimu, yang kini bercerita soal sekolahnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Strawberry Sweetheart || Youngdong/Pacadong
FanfictionAku tak pandai berbasa-basi, tapi aku punya sebuah kisah... Tentang sebuah keluarga kecil, 2 ayah... 1 anak perempuan... (tertawa) kalian tidak salah dengar, kok... keluarga mereka memang, yah... berbeda? Ayo duduk, bagaimana kalau secangkir teh? . ...