Sedari tadi, Hyunmi benar-benar menempel dengan Seulgi. Meski sedikit malu-malu karena ia jarang berkomunikasi dengan ibu Hyunjin itu.
"Apple? Sebentar lagi Mama datang, sabar ya sayang." Seulgi menyadari bahwa Hyunmi sudah mau menangis karena tak kunjung menemukan Donghyun.
Sudah satu jam lebih, kemana Mama-nya?
Hyunjin ikut mendekati keduanya. Hyunmi telah melewatkan beberapa perlombaan karena Donghyun tak kunjung menampakkan dirinya. Ia juga melewatkan moment memberikan kartu ucapan, dan malah terdiam di tempat sementara anak-anak lain telah mendapatkan ibu mereka masing-masing.
Atau kakak perempuan, atau malah ayah mereka yang berdandan sebagai ibu.
"Apple kenapa?" Hyunjin menyentuh bahu Hyunmi yang mulai panik. Airmatanya berjatuhan dan tubuhnya bergetar hebat, "Apple... Mommy, Apple."
Seulgi menoleh, dan buru-buru menarik Hyunmi mendekat. Memeluknya erat, "Mama nanti datang, Mama-nya Apple baru aja pergi dari tempat kerjanya."
Saat itu memang hari minggu dan Donghyun sudah berjanji akan datang di Hari Ibu (Hyunmi biasa menyebutnya sebagai Hari Mama) di sekolah Hyunmi. Mereka bahkan sudah janjian akan ikut lomba seperti tahun-tahun sebelumnya.
Tapi Donghyun bilang ia harus bekerja lebih dulu dan akan izin pulang cepat untuk Hyunmi.
Jadilah anak itu menempeli Seulgi dan Hyunjin. Tak mau ikut lomba meski Seulgi sudah mengatakan ia akan menggantikan Donghyun sementara.
"Mau sama Mama aja, Aunty kan, Mama-nya Sam." Tolak Hyunmi. "Apple enggak usah ikut."
Meski akhirnya Seulgi dan Hyunjin turun, si wanita Hwang telah memastikan Hyunmi berada di jangkauannya. Memandang kosong para ibu-anak yang asyik berlomba. Yang bersama kakak perempuan mereka pun sudah heboh berteriak, sementara yang bersama para ayah ikut meramaikan suasana.
Hyunmi menghapus airmatanya, "Ka-kalo Mama sibuk... bilang aja enggak usah datang, biar Apple yang pulang." Suaranya sengau. Merasa bersalah karena merepotkan Mama-nya. Bibirnya manyun dan wajahnya merah, airmatanya pun masih mengalir.
"A-Apple kan jadi repotin Mama sama Aunty," lanjutnya sedih. Menunduk, menyembunyikan wajah menangisnya.
Seulgi jadi ikutan sedih kan... "Enggak kok, enggak repotin sama sekali. Apple anak manis, enggak repotin Aunty." Jemari lentik itu membersihkan wajah menangis si kecil Im. "Malah yang suka bikin Aunty repot itu Sam. Aduh! Di suruh diem malah lari."
Hyunjin menarik bibirnya, menghela nafas pasrah. "Sam lagi...,"
Seulgi tertawa, "Emang gitu, kan?" lengannya terbuka lagi, "Sini, Mommy peluk, daripada kamu nangis."
Hyunjin akhirnya manyun, "Kalo buat Apple, enggak papa deh."
~Strawberry Sweetheart~
Berharap cemas. Sekarang adalah puncak acara dan Hyunmi menginginkan Donghyun untuk datang.
Seulgi sudah berkali-kali menghubungi Donghyun, namun pemuda Im itu tak kunjung menjawab panggilannya.
"Apple... sini sayang, jangan jauh dari Aunty."
Melangkah gontai. Mungkin Mama sungguhan sibuk, pikirnya. Si kecil Im mendudukkan diri di sebelah Seulgi, mengayunkan kaki pendeknya. Berusaha berdamai dengan dirinya yang ingin menangis lagi.
"Duh, maaf aku terlambat."
"Eh?"
Hyunmi menatap aneh si pembicara. Sementara Seulgi shock dengan perubahan dari Donghyun, namun masih tetap bergeser dan membiarkan pemuda Im itu duduk di sebelah putrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strawberry Sweetheart || Youngdong/Pacadong
FanfictionAku tak pandai berbasa-basi, tapi aku punya sebuah kisah... Tentang sebuah keluarga kecil, 2 ayah... 1 anak perempuan... (tertawa) kalian tidak salah dengar, kok... keluarga mereka memang, yah... berbeda? Ayo duduk, bagaimana kalau secangkir teh? . ...