7. AB {Dia sudah Tahu semuanya}

1.2K 66 6
                                    

   David duduk di samping Ara, David menarik selimut untuk menyelimuti sebagian tubuh Ara, dan kakinya.

   "Emn, saya minta maaf soal tadi," ujar David.

   "Ya, gue tau kok. Gue udah terbiasa di bentak bahkan dipukul," ucap Ara dengan tatapan kosong.

   "Saya boleh bertanya?" Tanya David.

   "Hei kutub utara. Bukannya dari tadi lo banyak tanya?" Tanya Ara sambil memukul David, yakinlah itu pukulan terlemah yang pernah David temui. Ya wajar saja Ara sedang lemah.

    "Kemarin pas acara resepsi kenapa kau bolak balik ke kamar dan ke acara?" Tanya David.

   "Gue gak kuat nerima kenyataan ini," gumam Ara sambil menangis, wajahnya memerah. Ia tampak lemah pada saat itu.

   "Kenapa Anda menangis?" Tanya David.

   "Lo gak tau gimana penderitaan gue. Lo gak tau hiks, semua hiks nyakitin gue, hiks lo tau kakak gue aja hiks, dia gak tau hiks, gak tau gue udah menikah hiks.." Ara menangis tersedu-sedu.

   "Apakah dia kesepian?" Batinku.

    "Gue broken home, Mama Papa maksa gue nikah. Mereka sudah pisah, gue tau itu. Tapi mereka menutupinya, Papa sudah memiliki istri baru. Mama sudah bertunangan. Hiks, gue salah apa?" 

    "Maksudnya? Mereka sudah bercerai tetapi mereka tidak bicara denganmu?" Tanya David.

    "Iya. Gue hiks, gue, gue dengar semua hiks. Papa sering pergi keluar negri padahal gue tau, dia kerumah istri barunya hiks. Sedangkan Mama, Ia selalu pergi ke luar negri dihari weekend. Hiks, dia bilang mau menyusul Papa padahal dia pergi ke rumah calon suaminya. Gue tau gara-gara mereka bertengkar setiap malam, saat mereka pulang hiks, mereka hanya bertengkar lalu pergi lagi. Hiks," Ara bicara sambil menangis, sehingga ucapannya terbata-bata.

   "Ya Tuhan. Jadi ini alasan ia insomnia, dan keras kepala. Penderitaanya yang membuat dia jadi keras." Batin David.

   "Mama papa gak sayang Ara!"

    "Mereka bilang ara anak yang tidak tahu diri. Anak yang seharusnya tidak lahir di dunia ini. Mereka gak perdulikan ara. Dimata mereka ara salah, mereka hanya mempercayai omongan dari pada kenyataannya. Ara sakit hati, hiks..."

    "Kenapa kau tidak bilang kepadaku! Bilang saja kau tidak ingin menikah?" Ujar David.

   "GUE TERPAKSA! GUE TERPAKSA HIKS, LO GAK TAU APA YANG AKAN TERJADI KALAU GUE NOLAK. MEREKA MUNGKIN BAKALAN BUANG GUE KE KOLONG JEMBATAN! HIKS," teriak Ara.

   "Ara, saya minta maaf. Bukannya saya menyari kesempatan bicara, dengan keadaanmu yang seperti ini.."

   "Aaa... Ara mau peluk Mama Papa. Ara mau minta maaf.."

   "Sudah. Jangan menangis. Saya tidak mengerti perasaan wanita,"

    "Bodoh!" Pekik Ara, lalu lanjut menangis.

   "Terserah Anda."

   David keluar dari kamar itu, lalu memanggil Aron. Aron tidak menjawab, sepertinya sudah tidur terlelap karena sangat lelah. David tidak akan menganggunya.

Arabella {TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang