47. AB (Bantuan darimu)

469 37 3
                                    

***
Ara dan David sudah berada di Berlin Jerman. Sekitar 2 sampai 3 bulan yang lalu. Ara masuk Universitas di bidang manajemen keuangan. Ara sedang berada di kampusnya. Sedangkan David di kantornya.

"Ara. Was stimmt nicht mit dir?. (apa yang salah denganmu?)." Tanya Helene.

"Ich bin verwirrt. Mein Dozent fragte mich nach meiner Aufgabe. Ich verstehe die Aufgabe nicht. (Saya bingung. Dosen saya bertanya tentang tugas saya. Saya tidak mengerti tugas ini)." Jawab Ara.

"Du musst weiter üben. Lassen Sie sich nicht entmutigen, harte Arbeit wird die Ergebnisse nicht enttäuschen. (Anda harus terus berlatih. Jangan berkecil hati, kerja keras tidak akan mengecewakan hasil)." Ujar Helene.

"Danke. (Terimakasih)." Ujar Ara.

"Okay, ich gehe zuerst, Bay. (Oke, aku akan pergi dulu, Bay.)." Ujar Helene.

Ara hanya tersenyum. Helene pergi dan Ara menatap buku-buku di tangannya. Tiba-tiba handphone miliknya berdering.

Ara mengangkat telpon itu. "Hallo?." Ujar Ara.

"Hallo sayang, aku pulangnya malam yah. Aku lagi banyak pekerjaan jadi malam ini lembur. Gpp kan?." Tanya David.

"Owh, oke. Iya gpp, jangan lupa makan yah." Ujar Ara.

"Iya, kamu juga jangan lupa makan. Yaudah aku mau meeting love you sweety." Ujar David.

"Love you more." Ujar Ara.

Seketika telpon itu telah berakhir. Ara menghembuskan nafasnya kasar. Ia berjalan menuju cafe yang tak jauh dari kampus.

Ara duduk di salah satu kursi di sana. Ara memesan kopinya lalu kembali membaca bukunya. Ia membaca berulang-ulang agar ia bisa mengerjakan tugasnya.

Tak lama handphone Ara berdering. Ia mengambil handphonenya lalu menjawab teleponnya.

"Halo Cas, kenapa?." Tanya Ara sambil fokus ke arah buku.

"Bagaimana kabar lo Ra?." Tanya Lucas.

"Gue baik. Kalau lo?." Tanya Ara.

"Baik. Owh iya, Ra. Udah lama nih kita gak saling ngasih kabar." Ujar Lucas.

"Hmn. Iya, lumayan. Kenapa emangnya?." Tanya Ara.

"Gue kangen aja jahilin elo. Andai waktu bisa di putar Ra, gua gak mau jauh-jauh dari lo. Gue kangen lo Ra, kalau bisa gue mau peluk lo." Ujar Lucas.

"Das ist dein Kaffee. (Ini kopimu)." Ujar pelayan itu.

"Danke. (Terimakasih)." Ujar Ara.

Pelayan itu tersenyum lalu pergi. "Halo, lo tadi ngomong apa Cas?." Tanya Ara.

"Itu, kapan-kapan kita ketemu ya." Ujar Lucas.

"Owh iya. Nanti, gue lagi sibuk nih. Udah dulu ya, gpp kan?." Tanya Ara.

"Iya. Semangat ya Ra." Ujar Lucas.

Ia mematikan teleponnya. Dan menatap seseorang yang sibuk dengan bukunya di dalam Cafe.

"Semangat Ra. Gue akan selalu ada disisi lo, kapanpun dan di manapun itu. Gue akan ada buat lo, gue sayang lo Ra." Ujar Lucas yang memperhatikan Ara dari jauh.

Lucas pergi, ia menyusuri tempat itu. Ia pergi ke arah sungai. Matahari sebentar lagi akan tenggelam. Lucas menatap matahari itu. Ia ingat waktu dimana ia berdua dengan Ara di pinggir pantai, dan ia menyenderkan kepalanya di punggung Ara.

"Sungguh Ra. Gue gak bisa bilang kalau sebenarnya gue juga di Jerman, dan bahkan kita satu kampus. Berat Ra, kalau gue relain Lo begitu aja. Sakit hati gue Ra." Ujar Lucas.

Arabella {TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang