43. AB (Kamu terluka demi diriku)

621 38 0
                                    

***
Keesokan paginya, Ara dan Lucas sudah berada di  tempat turnamen. Begitupun dengan Suhu pelatihnya. Ara dan Lucas sudah memakai pakaian silat serba putih, dengan sabuk Hitam yang melingkar di pinggangnya.

"Sepertinya lawan kali ini cukup berat suhu." Ujar Ara.

"Emn, iya. Terlihat dari sabuknya, hitam kuning. Semoga kita bisa menang ya." Ujar Suhu.

"Tapi Suhu, jika sewaktu-waktu kita kalah bagaimana?." Tanya Lucas.

"Ah Lucas. Kau ini laki-laki. Harusnya kau tidak bicara seperti itu. Kau harus yakin, tapi jika itu terjadi yasudah. Setidaknya kita sudah berusaha kan." Ujar Suhu.

"Benar. Waktu dulu bukanya mereka pernah melawan saya?." Tanya Ara.

"Iya. Tapi mereka begitu cepat ya, mereka dulu masih memakai sabuk merah. Sekarang sudah memakai sabuk hitam kuning." Ujar Suhu heran.

"Jadi, apakah mereka berlatih keras hingga mendapatkan sabuk itu?." Tanya Lucas.

"Sabuk itu di dapatkan jika kita bisa mengalahkan 1 tingkatan dari mereka." Ujar Suhu. "Sudah, kalian bersiap, 2 menit lagi pertandingan akan di mulai." Ujar Suhu.

"Baik Suhu." Ujar Lucas dan Ara.

Keduanya tampak bersiap, pertandingan sebentar lagi akan di mulai. Mereka melakukan doa bersama-sama. Setelah itu mereka masuk ke area pertandingan.

David datang, namun dia memerhatikan Ara bertanding dari kejauhan. Ia tahu Ara pasti bisa, semua penonton tampak mendukung idolanya masing-masing. Sorak Sorai memenuhi dan memeriahkan pertandingan itu.

Babak satu Ara dan Lucas menang. Mereka ke pinggir lapangan meminum air mineral. "Kerja bagus. Kalian pasti bisa, semangat!!." Ujar Suhu.

Ara dan Lucas mengangguk dan tersenyum. Mereka harus berjuang beberapa babak lagi untuk menuju final. Mereka menatap ke lapangan, melihat pertandingan orang lain.

Sungguh mereka semua tampak sangat lincah dan bagus dalam melakukan gerakannya.

Pertandingan terus berlanjut, setelah melawan puluhan orang Ara akhirnya masuk ke babak final. Lucas telah gagal, kini Ara satu-satunya harapan.  Kini Ara akan melawan musuh yang pernah Ara kalahkan dulu.

"Lama tidak bertemu." Ujar musuh itu.

"Iya, gak nyangka ketemu lagi." Ujar Ara.

Ada yang tidak beres. Batin David.

"Halo, sepertinya dia ada di sini. Ya, saya hanya mencurigainya. Lakukan." Ujar David dalam telpon.

Pertandingan dimulai, Ara dan dia begitu lincah. Setelah beberapa menit akhirnya ada jam istirahat untuk melanjutkan pertandingan.

Ara pergi ke toilet, Ara buang air kecil setelah itu mencuci tangan dan wajahnya di wastafel toilet. Tak lama lawannya datang. Dan menutup pintunya.

"Hello Ara." Ujar dia.

"Hai, kenapa?. Kamu mau buang air kecil juga?." Tanya Ara mencoba ramah.

"No. Aku datang hanya ingin menyelesaikan tugasku, lalu pergi." Ujarnya.

"Wenny, maksudmu apa?." Tanya Ara tidak mengerti.

"Ara, Ara. Kau tahu, sulit bagiku mencari informasi tentangmu. Sungguh, aku banyak mengeluarkan uang demi bisa bertemu denganmu." Ujar Wenny.

Ara hanya mengerutkan keningnya. Ara semakin tidak bisa mengerti. "Maksudnya?." Tanya Ara.

"Tapi tak apa, asalkan kau musnah dari muka bumi ini. Dan aku bisa memilikinya seutuhnya dan selama-lamanya." Ujar Wenny.

Arabella {TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang