4. AB {ALONE}

1.2K 72 9
                                    

~><~

Ara kaget ketika sahabatnya memeluknya, tanpa basa-basi Ara jalan menuju lapangan, Ara lari 50 kali keliling lapangan. Anehnya mereka juga ikut lari, setelah lari kami membersihkan WC setelah itu kami pergi ke kelas mengambil tas lalu pergi dari sekolah itu. Ara tidak menyangka mereka setia sampai segitunya.

Ara pulang ke rumah Megan, dan mereka pulang ke rumahnya masing-masing. Dua hari berlalu, Ara tinggal di rumah Megan. Ara memutuskan untuk pulang ke rumah. Sampai disana orang tua Ara sudah duduk di ruang tamu. Ara cuek tidak memperdulikan mereka. Saat Ara mau ke kamar, mereka menghampiri Ara yang membuat Ara memberhentikan langkah kakinya.

"Berhenti," ujar James.

Ara diam lalu membalikkan badannya, dan mendapatkan tamparan.

Paak

Paak

James menampar Ara, dipipi kiri dan kanannya. Ara diam membisu menundukkan kepala, berusaha menahan air mata yang mulai tak tertahankan.

"Bangga kamu bikin malu keluarga?" Tanya James dengan nada membentak.

"Tidak tahu malu!" Seru Tania dengan kasar.

"Kamu tidak berguna!" Ujar mereka berdua.

Deg!

"Kamu seharusnya tidak lahir di keluarga ini!" Ujar James dengan penuh emosi, James menjambak rambut Ara sehingga Ara menatap mereka yang marah. Ara meringis kesakitan dan mengeluarkan air mata yang sedari tadi Ia tahan.

"Kamu tidak pernah kami ajarkan untuk menjadi manusia yang keras! Mabuk-mabukan, bandel, ngelawan orang tua! Harga diri kamu dimana hah!" Bentak James sambil mendorong Ara jatuh ke lantai.

Ara hanya diam, dengan air mata yang terus berlinang.

"Kaaak, Tolongin ara. Ara takut kak, Ara harus apa kak." Batin Ara.

"Bangun!" Tania menarik Ara.

"Ma---"

"Kamu mau jadi jagoan huh? Kamu pikir berantam di sekolah itu hebat? Jagoan?" Tanya Tania geram.

"Ma, Pa. Kenapa sih? Kenapa kalian tidak percaya aku, aku sakit hati Ma Pa! Kalian pikir, aku seperti ini karena ulahku sendiri? Ini karna kalian! Kalian yang buat aku menjadi pribadi yang keras!" Ujar Ara meluapkan semua emosinya.

Paaak

Satu tamparan mendarat dipipi Ara, mata Ara sudah sembab dan merah. Ara diam membisu.

"Udah salah bukan ngaku salah! Malah nyalahin orang tua!" Tegas Tania marah.

"Cukup Ma, Pa! Ara capek, Ara cape menahan semuanya. Kalian jahat! Kalian tidak akan mengerti perasaanku! Kalian tidak akan mengerti berapa hancurnya Ara ketika kalian bertengkar hebat! Sekarang apa? Sekarang kalian malah nyalahin Ara! Ara tidak akan seperti ini kalau kalian tidak seperti itu! Kalian gak punya hati, kalian lebih percaya ucapan dari pada kenyataannya sendiri! Aku benci kalian! Aku benci!" Ara meluapkan emosinya.

Paaak

"DIAM! INI SEMUA GARA-GARA KAMU!" Ujar James sambil menampar Ara, sambil menunjuk Tania. "KALAU KAMU TIDAK HAMIL KITA TIDAK AKAN PUNYA ANAK SEPERTI INI!"

"HEI JAMES! INI BUKAN SALAH AKU, INI SALAH KAMU!" Geram Tania tidak terima.

"Saya sudah tidak bisa mempertahankan keluarga ini!" Ujar James.

"Saya juga!" Sahut Tania.

"Besok kamu tunangan, lusa kamu akan menikah!" Seru James yang langsung menarik Ara ke kamarnya. Ara di dorong ke lantai.

Arabella {TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang