42. sadar

908 119 33
                                    

Jaemin masuk ke dalam ruang ICU setelah mendapat izin dari sang dokter. Pria itu menatap nanar bangsal yang diatasnya terbaring seorang perempuan dengan pakaian khas rumah sakitnya. Perban yang melilit dahinya serta tangan kiri yang di gips membuat Jaemin menghela napasnya samar.

Kesan pertama bertemu setelah delapan tahun yang buruk.

Yura belum sadar tetapi kata dokter kondisinya sudah mulai stabil. Jaemin menarik kursi yang ada di dekat bangsal lalu duduk di sebelah bangsal Yura. Ditatapnya lamat-lamat wajah tenang mantan kekasihnya yang sedang tertidur itu.

"Hai, kamu apa kabar selama ini? Udah lama kita gak ketemu ya.."

"Jangan sakit, Ra, kamu harus sembuh. Kamu harus sehat..! Gak boleh sakit-sakit pokoknya!"

Jaemin mengusap pucuk kepala Yura. Dipandangnya wajah polos Yura lamat-lamat, pria itu kemudian tersenyum. Jaemin suka menatap wajah Yura yang sedang tertidur, tetapi tak suka jika ada luka pada perempuan itu, juga tak suka jika ia tidur selamanya.

Siapa yang mau.

Omong-omong Calista menunggu di luar dengan Subin karena anak kecil tidak diperbolehkan masuk ruang ICU. Jaemin tadi udah nelpon keluarga Yura tapi yang bisa dateng cuma Subin. Jaehyun dengan papanya lagi ke Belanda.

"Aku kangen sama kamu, kamu gimana?"

"Terakhir kita ketemu kamu habis lahirin Calista, di rumah sakit ini, kamu tidur di bangsal. Sekarang kita ketemu lagi, dan kamu juga tidur di bangsal.."

"Kapan kamu mau bangun? Aku mau cerita banyak hal sama kamu. Bangun ya?"

"Maaf Ra, harusnya Hyunjin yang ada disini buat jagain kamu bukan aku. Hyunjin pergi sebentar, nanti pasti dia balik. Bukan berarti dia gak peduli sama kamu. Tadi dia khawatir banget malah.."

Jaemin menghela samar, hendak menggenggam tangan kanan Yura yang berinfus, tetapi diurungkannya. Jaemin kira ia tidak berhak lagi untuk menyentuh Yura, bahkan hanya untuk menggenggamnya. Walaupun tadi tak sengaja mengelus pucuk kepalanya.

Jaemin menopang dagunya dengan tangan kirinya dengan pandangan yang tak beralih dari Yura. Ia akan tetap disini sampai Yura siuman. Tidak peduli dengan Hyunjin yang akan marah jika Jaemin menemani istrinya disini.

Dianya aja pergi ngikut mantannya, jado kenapa Jaemin gak boleh nemenin mantannya juga disini? Iya to?

Harus adil.

"Calista daritadi nangisin kamu, Ra. Dia khawatir banget sama mamanya. Mau masuk tapi gak dibolehin sama dokter. Untung ada kak Subin yang ngajak dia diluar. Jangan tidur lama-lama, kasian Ita.."

Tanpa disadarinya, tangan kanan Yura yang terinfus bergerak pelan mencari tangan kanan Jaemin yang nganggur di atas bangsal kemudian digenggamnya erat, yang membuat Jaemin tersentak kaget akan hal itu.

"R-Ra?"

Mata Yura terbuka pelan melihat ke atap-atap ruang ICU kemudian menoleh ke arah Jaemin yang duduk di sebelah kanannya. Sudut bibir Yura tertarik ke atas sehingga membentuk senyum manis yang lama tak pernah dilihat oleh Jaemin.

"Kamu udah sadar?!"  tanya Jaemin dengan raut sumringahnya yang hanya diberi senyuman oleh Yura.

"N-Naa.."

"Iya? Aku disini, kamu mau apa? Aku panggilin dokter ya? At––"

"Sakittt..." lirih Yura dengan mata yang tiba-tiba mengeluarkan air mata dan senyumnya perlahan meluntur.

Yura menoleh ke arah tangan kirinya yang di gip. Rasanya sungguh ngilu. Air matanya yang terus turun membuat Jaemin tambah khawatir dengan kondisi Yura.

Mistake ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang