Tidak ada yang bisa menebak perihal rasa:)
Pelajaran telah selesai dan bel istirahat pun sudah berbunyi lima menit yang lalu. Vega mengajak ketiga sahbatnya untuk ke kantin, karena ia lagi lagi meninggalkan aktifitas sarapannya. Vega memicingkan matanya saat melihat Maura yang bergelayut manja di lengan pacarnya, Archer. Ia mendengus kesal, tapi ia hanya bisa diam dan tak mungkin melabrak kakaknya itu.
Alesta mengikuti arah pandang Vega, cewek itu kemudian berdehem.
"Aduh, gatel banget kek uler," sindir Alesta sedikit keras agar Maura mendengarnya. Vega menoleh ke arah sahabatnya lalu terkekeh geli.
"Kenap- wahh emang gak ada otak si KAK MAURA," kata Mauren sambil mendengus kesal dan menekankan dua kata terakhirnya.
Maura menoleh ke arah Vega dan sahabat sahabatnya, cewek itu berdecak kesal lalu menghampiri mereka. Maura lantas mendorong bahu Vega cukup keras hingga membuat Vega terhuyung, untung saja Alesta dengan sigap menahan Vega agar gadis itu tidak terjatuh. Archer? Cowok itu segera berlari ke arah kantin saat nenek lampir Maura menghampiri Vega dan sahabat sahabatnya.
"Ini kenap-" ucapan Gavina terpotong saat melihat Maura yang menatap sinis ke arah cewek itu. Gavina menunduk karena takut berurusan dengan Maura, dulu ia pernah dibully Maura karena turut membela Vega yang saat itu tengah ditampar Maura.
"Lo bener bener ya," ucap Maura sambil menunjuk nunjuk Vega.
Vega menghela nafasnya berat, ia tahu sebentar lagi kakaknya itu akan mengadu ke keluarganya.
"Ini bukan salah Vega kali," ucap Alesta sambil memutar bola matanya malas, Alesta sangat jijik dengan sifat Maura yang ganjen ke cowok-cowok, apalagi kepada Archer. Ingin rasanya Alesta meninju muka Maura kalau ia tidak ingat itu adalah kakak sahabatnya.
"Anak mami, entar ngadu sana sini," timpal Mauren dengan kesal.
Maura hendak mengambil ancang ancang untuk menjambak rambut Vega, tapi ada satu tangan kekar yang menahan pergerakan cewek itu. Maura menoleh dan mendapati Abimana yang tengah menatapnya dingin.
"Pergi," ucap Abim datar. Cowok itu melihat kegaduhan antara Vega dan Maura, ia memutuskan untuk melerainya karena ia benci dengan pertengkaran apalagi cewek musuh cewek.
Nafas Alesta tercekat, ia menelan ludahnya kasar. Menurut berita dari teman sekolahnya, Abimana sangat tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya apalagi masalah perempuan. Tapi kejadian di depannya ini merupakan suatu keterbalikkan.
"Pergi sebelum gue adu ke guru BK," kata Abim dengan dingin.
Maura lantas menghempaskan cekalan tangan Abim, cewek itu berjalan menuju kelasnya dengan kaki yang dihentak hentakkan keras di lantai. Mauren terkekek geli melihat Maura yang kicep saat berhadapan dengan Abimana. Gavina pun sama, bedanya cewe itu hanya menghela nafas lega karena Maura telah pergi.
"Makasih, kak," ucap Vega sambil tersenyum tipis.
"Hm." Abimana lantas pergi karena dirasa semua selesai.
Alesta membuka mulutnya lebar lebar, hal itu sontak membuat tangan Mauren gatal ingin menabok mulut Alesta yang menganga.
Plak.
"Sakit goblok!" kata Alesta ngegas sambil memegangi mulutnya yang kena tamparan gratis dari Mauren.
Mauren malah menatap Alesta dengan nyalang, ia mendorong jidat Alesta hingga membuat perempuan itu terhuyung ke belakang.
"Lo kenapa?!" tanya Alesta kesal.
Vega menghela nafasnya, ia cukup pusing untuk mendengar perdebatan kedua sahabatnya, cewek itu lantas beranjak ke perpustakaan. Mengurungkan keinginannya untuk pergi ke kantin. Semenjak Maura datang, mood nya menjadi hancur. Karena sudah dipastikan jika ia pulang ke rumah, pasti akan dimarahi dengan kedua orang tuanya serta Helga.
![](https://img.wattpad.com/cover/228364586-288-k318332.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M LONELY (REVISI)
Teen FictionIni adalah kisah Vega Aurora. Namanya indah namun tak seindah kehidupannya. Vega tidak pernah dianggap, ia selalu terbuang. Vega ingin bahagia, tapi mereka tidak pernah peduli. Salahkah ia berharap keluarganya berubah? Mungkin itu hanya semu, nyatan...