45. I MISS YOU💔

18.2K 1.1K 229
                                    

Terdengar berlebihan namun memang benar, aku sangat merindukanmu







Hanya suara serangga kecil yang terdengar. Ini sudah menunjukkan pukul satu dini hari, tetapi tidak membuat beberapa orang yang berada di koridor rumah sakit mengantuk. Beberapa dari mereka nampak khawatir karena dua orang sedang berada dalam penanganan dokter.

Seperti tidak menyangka jika musibah akan datang menghampiri mereka semua. Archer menatap kosong pandangan di depannya, lelaki itu menyenderkan tubuhnya di tembok lalu memejamkan matanya. Ia tidak bisa tenang. Bagaimana bisa ia tenang sementara salah satu orang di dalam sana sedang berjuang untuk tetap hidup.

Archer mengintip dari balik pintu, tanpa sadar setetes air mata meluncur bebas di pipinya. Hatinya sakit saat melihat Vega dipasangkan beberapa alat medis yang cukup banyak.

Berbeda dengan Helga dan Maura yang nampak saling menguatkan satu sama lain.

"Kita salah, Kak. Gak seharusnya kita jahat sama Vega," ucap Maura diiringi isakan kecilnya, gadis itu menangis dalam dekapan Helga.

Helga bernafas berat, tidak pantas ia disebut dengan sebutan kakak. Dirinya terlalu jahat, dan sekarang ia benar-benar menyesal. Lelaki itu terus merapalkan doa dalam hati agar kedua orang yang berada di ujung maut selamat.

"Seandainya kita tahu dari dulu kalau yang bikin om Riyan meninggal itu Bunda, mungkin sekarang Vega gak ada di dalam sana. Gue nyesel." Helga menahan tangisnya setelah mengucap kalimat itu. Dadanya sakit, karena ia tidak sanggup untuk mengingat perlakuan kasarnya kepada Vega.

Malam ini adalah malam kesedihan mereka semua. Penyesalan datang bertubi-tubi tanpa peduli dengan perasaan beberapa orang di sini hancur. Seperti tidak menyangka jika semua akan berjalan seperti ini.

Suara pintu terbuka menampilkan seorang dokter berpakaian lengkap berwarna hijau karena beliau telah melakukan operasi kepada dua pasien yang tak lain adalah Vega dan juga Riska. Dari rautnya saja membuat beberapa orang di sini nampak kebingungan. Seperti ada satu hal yang berat untuk diucapkan dokter itu.

"Bagaimana keadaan isteri dan juga anak saya, Dok?" tanya Reno khawatir.

Dokter itu nampak menghela nafas sebelum menjawab pertanyaan Reno. "Saya salut dengan puteri anda karena dia bisa melewati masa kritisnya, saya juga sudah melakukan tindakan operasi di area perutnya yang terkena bekas tusukan, dia sudah sadar tetapi sekarang masih istirahat. Jadi mohon untuk tidak mengganggunya."

"Tapi kabar buruk untuk istri anda. Benturan di kepala yang cukup keras mengakibatkan istri anda buta permanen, tidak hanya itu ginjalnya juga rusak hingga membutuhkan donor ginjal secepatnya jika tidak, istri anda tidak akan bertahan lama."

Mereka terdiam mencerna penjelasan dokter, senang karena Vega selamat dan khawatir karena Riska sekarat. Reno lantas mendudukkan dirinya di kursi dengan tatapan kosong, pria itu menangis dalam diam.

"Om sabar, saya akan carikan pendonor ginjal untuk tante Riska," ucap Arkan berusaha menenangkan.

"Terima kasih, kamu sudah banyak membantu saya." Reno menjawab sembari menepuk pundak Arkan.

"Ayah, bisa kita lihat Vega di dalem? Aku sama Kak Helga mau minta maaf," ucap Maura.

Reno mengangguk singkat, "jangan berisik. Kasihan adik kamu."

Archer meninggalkan koridor, lelaki itu berjalan keluar menuju taman rumah sakit. Walaupun ini sudah larut, tapi masih ada beberapa orang di taman. Archer memilih untuk duduk di teras sembari menatapi bintang yang masih bersinar di atas sana. Ia tersenyum simpul karena mendapat kabar bahwa Vega sudah sadar dari masa kritisnya. Bodohnya ia masih takut untuk menjenguk gadis  itu, Archer terlalu pengecut saat ini. Padahal rasanya ia sangat ingin berada di samping Vega dan menggenggam tangan gadis itu, memberikan kenyamanan yang dulu selalu ia berikan.

I'M LONELY (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang