Genap dua minggu Vega dirawat dan akhirnya gadis itu diijinkan untuk pulang. Tapi bukannya Vega merasa senang gadis itu malah merasa takut, kabar dari Reno kemarin bahwa beberapa hari yang lalu Riska kambuh atas depresi berat yang dideritanya. Vega hanya takut sesuatu yang buruk akan terjadi padanya.
Reno dan Vega kini tengah berada di perjalanan menuju rumah. Dalam hati Vega terus berdo'a agar Riska menyambutnya dengan baik. Tapi balik lagi, semua tergantung kehendak yang di atas.
"Kamu jangan takut, Ayah akan lindungin kamu," ucap Reno sembari tersenyum hangat, sementara Vega hanya mengangguk singkat sembari mengepalkan tangannya takut.
Suasana kembali hening, Reno yang sibuk mengendarai mobil dan Vega yang masih bergelut dengan pikirannya. Semenjak hari itu Vega lebih suka murung dan menyendiri.
Mereka sudah sampai Vega nampak bernafas panjang saat akan turun dari mobil, perlahan tapi pasti Vega melangkahkan kakinya menuju ke dalam rumah yang beberapa hari ini tidak ia kunjungi karena ia harus dirawat secara intensif di rumah sakit.
Reno menggandeng tangan puterinya, berjaga-jaga jika Riska berbuat hal yang aneh-aneh.
Dan benar saja, baru saja Vega membuka pintu, satu Vas bunga meluncur bebas mengenai pelipis gadis itu hingga mengeluarkan darah yang cukup banyak.
Vega refleks memegang pelipisnya sembari memejamkan matanya kuat, ia takut hingga tubuhnya bergetar hebat. Gadis itu langsung meringkuk di atas lantai sembari terisak.
"Riska, apa-apaan kamu?!" bentak Reno sembari menghalangi Riska yang hendak berperilaku lebih untuk menyakiti Vega.
Reno menoleh kepada Vega lalu berjalan menghampiri gadis itu yang masih setia memejamkan matanya. Reno merengkuh tubuh Vega, memberi kenyamanan pada anaknya.
"PERGI!" bentak Riska.
"Ve-ga takut ... Ayah, Vega tak-ut." Vega meracau lirih.
"Kamu tenang sayang, kamu bisa pergi sendiri ke kamar kamu? Ayah bakal urusin Bunda." Vega mengangguk lalu berlari menuju kamarnya, sementara Riska mengambil ancang-ancang untuk mengejar gadis itu tetapi Reno lebih cepat mencegahnya.
Tanpa banyak bicara Reno langsung mendekap tubuh isterinya agar tenang. Membiarkan Riska yang menangis histeris, perempuan itu sangat kacau. Bahkan keadaan rumah sudah berantakan.
"Tenang, kamu jangan gegabah. Kasihan Vega, dia anak kamu," ucap Reno lembut.
"BUKAN! DIA BUKAN ANAKKU! AKU GAK SUDI MENGAKUINYA, DIA AIB KELUARGA!!!"
Teriakan Riska sampai terdengar di kamar Vega. Apa maksud Bundanya mengatakan itu? Vega tidak tahu, air matanya luruh begitu saja. Dengan mencoba memberanikan diri Vega menguping pembicaraan kedua orang tuanya, mungkin ini saatnya ia mengetahui semua hal. Vega siap jika itu akan melukainya.
"Sadar! Dia anak kamu," ucap Reno yang masih mendekap erat tubuh Riska.
"DIA GAK PANTES HIDUP! BIARKAN DIA MATI SEPERTI RIYAN KARENA PRIA ITU YANG UDAH BUAT AKU HANCUR, MAS. AKU BENCI RIYAN!"
Tunggu, Vega masih tidak mengerti dengan arah pembicaraan Bundanya apalagi perempuan itu membawa nama Om nya, perasaan tidak enak mulai menyelimuti hatinya. Seperti ada yang tidak beres.
"KAMU KENAPA SEKARANG BELAIN DIA?! INGAT MAS, DIA BUKAN ANAK KAMU!"
Deg
Vega memerosotkan tubuhnya, bibirnya bergetar hebat saat ia mengetahui sebuah fakta yang sejak lama ia ingin ketahui. Dan ternyata fakta itu teramat menyakiti hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M LONELY (REVISI)
Novela JuvenilIni adalah kisah Vega Aurora. Namanya indah namun tak seindah kehidupannya. Vega tidak pernah dianggap, ia selalu terbuang. Vega ingin bahagia, tapi mereka tidak pernah peduli. Salahkah ia berharap keluarganya berubah? Mungkin itu hanya semu, nyatan...