Bunyi alat elektrokardiograf menggema di seluruh ruangan, pertanda jika di sekitar situ terdapat orang yang berada dalam ujung kematian. Tak hanya itu, beberapa selang juga menempel pada tubuh Vega. Sekarang kehidupan Vega bergantung pada alat-alat itu, tidak bisa membayangkan jika semuanya dilepas.
Masih belum ada tanda-tanda jika Vega hendak membuka mata. Hanya suara EKG yang terdengar, sunyi tetapi masih ada satu orang yang senantiasa mengharapkan Vega untuk membuka matanya lagi. Orang itu menggenggam tangan Vega sembari mengucap beribu maaf, semua penuh sesal. Rasanya sakit saat melihat seorang anak yang selalu dicacinya kini berada di ambang batas kematian.
Dirinya berjanji jika Vega membuka mata maka ia akan memulai semua dari awal. Ia akan memberikan kasih sayang yang tak pernah diberikan sebelumnya.
"Maaf," ucapnya bergetar, Reno menyeka air matanya sembari menatap Vega dengan sendu.
Seusai menbaca surat yang ditulis Vega, dada pria itu terasa sesak. Reno sadar ia sangat berdosa kepada Vega. Semua sudah terjadi, yang diharapkannya kini hanyalah Vega yang harus membuka matanya.
"Permisi, Om. Aku harus bicara beberapa hal mengenai kesehatan Vega," ucap Aldo yang baru saja membuka pintu.
Reno menoleh lalu menepuk pundak Aldo, ia sangat berterima kasih karena lelaki itu sudah menjaga Vega di saat dirinya selalu menyakiti gadis itu.
Mereka berdua berjalan beriringan menuju ruangan Aldo, lelaki itu membawa beberapa map yang berisikan data mengenai kesehatan Vega. Aldo menyuruh Reno untuk duduk di depannya.
"Jadi kenapa dengan anakku?" tanya Reno dengan pandangan kosong.
"Jujur, aku sangat marah sama semua keluarga kita termasuk marah sama Om Reno karena udah sakitin Vega," ucap Aldo kecewa.
"Apa kalian semua gak tahu kalau Vega sangat menderita? Apa kalian pernah menanyakan kesehatan Vega? Aku sangat kecewa pada kalian," tambahnya.
Reno tak habis pikir, apa selama ini ia terlalu kelewatan?
"Vega sakit kanker otak stadium awal."
Jantungnya berpacu dengan cepat serta tangannya yang terkepal dengan kuat. Hatinya benar-benar sakit saat mengetahui kondisi Vega sebenarnya.
Reno menatap Aldo tak percaya, pria itu ingin Aldo menjelaskan secara detail lagi karena Reno tak percaya jika Vega mengidap penyakit mematikan itu."Itu dulu Om. Ini benar-benar mukjizat karena Vega mengalami Remisi Spontan," ucap Aldo masih tak percaya dengan hasil lab yang baru saja ia ambil. Reno pun sama, pria itu sangat bersyukur karena ini pertanda jika Vega akan segera sembuh dari penyakitnya.
Remisi spontan adalah hilang atau berkurangnya tumor secara signifikan pada pasien yang telah divonis dengan penyakit kanker tertentu dan ini merupakan suatu mukjizat. Hanya beberapa orang yang mengalami Remisi Spontan dan Vega adalah salah satu dari beberapa orang tersebut.
Tapi satu hal yang masih Aldo bingungkan mengenai kesehatan mental Vega, sepertinya Aldo akan mencarikan sosok psikiater untuk menangani Vega karena Aldo takut.
"Tapi Om. Apa Om gak curiga saat bawa Vega ke sini tadi? Kenapa banyak sekali luka goresan di tangan dan kaki Vega?" tanya Aldo.
"Tidak mungkin juga Vega menusuk perutnya sendiri. Aku yakin Vega pasti mengalami sesuatu dan akhirnya melakukan itu dengan tidak sadar," ucap Aldo dengan pasti.
"Maksud kamu?" tanya Reno yang masih bingung dengan ucapan Aldo.
"Vega mengalami self injury. Keadaan di mana seseorang akan melukai dirinya sendiri saat tidak dapat meluapkan emosinya. Hal ini harus segera ditangani agar tidak semakin fatal, Om," ujar Aldo menjelaskan.
![](https://img.wattpad.com/cover/228364586-288-k318332.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M LONELY (REVISI)
Teen FictionIni adalah kisah Vega Aurora. Namanya indah namun tak seindah kehidupannya. Vega tidak pernah dianggap, ia selalu terbuang. Vega ingin bahagia, tapi mereka tidak pernah peduli. Salahkah ia berharap keluarganya berubah? Mungkin itu hanya semu, nyatan...