Peluh bercucuran dari dahi lelaki itu. Ia nampak tak menyangka akan mimpi buruk yang beberapa menit lalu terjadi. Archer tidak bisa membayangkan jika mimpinya tadi menjadi kenyataan, ia lantas mengusap wajahnya kasar dan beralih menatap jam di atas nakas kamarnya. Lelaki itu lantas bercecak karena ia telat untuk pergi ke pesta ulang tahun Vega. Archer secepat kilat mengganti bajunya untuk segera pergi ke hotel bintang lima yang akan menjadi tempat perayaan ulang tahun Vega.
Dalam hati ia bernafas lega karena tadi hanyalah sebuah mimpi, dan tidak akan menjadi kenyataan.
Lima belas menit Archer mengendarai motor besarnya hingga sampailah lelaki itu di parkiran bangunan megah, sudah dipastikan tidak bisa sembarangan orang yang bisa masuk ke sana.
Lelaki itu berjalan menuju ke dalam bangunan itu, banyak dari teman-teman Vega yang turut hadir dalam pesta gadis itu. Di sana juga ada Abim, Gean, dan Vauzan yang tengah asik mencomoti aneka makanan yang tersedia. Tapi berbeda dengan Abim yang masih pada posisinya, memainkan ponsel sembari duduk di atas kursi.
"Ke mana aja? Acara udah mau kelar baru dateng," tanya Gean sembari menatap bingung Archer.
"Lo gak kasihan sama Vega? Dia dari tadi kek nungguin lo di depan gerbang sana." Gean turut menimpali membuat Archer jadi semakin merasa bersalah.
"Ya maap, gue ketiduran." Archer menjawab sembari merampas jus jeruk yang ingin diminum Gean.
"Bisa-bisanya lo, buruan temuin Vega sekarang." Vauzan berpendapat.
Archer mengedarkan atensinya, ia tidak melihat Vega sekarang. Di mana gadis itu? Bahkan ia juga tidak melihat keluarga Vega di sini. Archer lantas beranjak dari tempatnya menuju ke tempat Abim. Lelaki itu masih betah pada posisinya.
"Bim, lo tau Vega di mana?" tanyanya langsung.
Abim menoleh dan menatap Archer dengan datar. "Rooftop," jawabnya singkat.
Tanpa berterima kasih atau apapun itu, Archer langsung berlari menuju sebuah tempat yang disebutkan Abim barusan.
Tiba di sana, Archer langsung mendapati Vega yang tengah menatap pemandangan kota Jakarta di malam hari. Nampak indah karena lampu kerlap-kerlip yang memancar.
Archer berjalan mendekati Vega, ia langsung duduk di sebelah gadis itu sembari menyerahkan sebuah kado kecil berwarna biru. Kemarin Archer memang sudah memberi Vega kado, tapi apa salahnya jika ia kembali membelikan gadis itu lagi? Ini adalah pertanda bahwa Archer akan membuat Vega jatuh cinta lagi padanya. Tapi asal kalian tahu, sebenarnya Vega masih mencintai lelaki itu. Hanya saja ia tidak mau membuat Archer kecewa di kemudian hari hingga akhirnya ia memilih untuk sendiri sampai batas waktu yang tidak bisa ditentukan.
"Happy birthday!" ucap Archer sembari mengacak rambut Vega dengan pelan.
Vega menoleh lalu tersenyum kepada Archer. Vega juga menerima kado yang diberikan lelaki itu kepadanya.
"Maaf aku telat, tadi ketiduran soalnya," ucap Archer merasa tak enak.
"Gapapa kok," jawab Vega.
"Kata Gean tadi kamu nungguin aku di depan gerbang. Bener ya?" tanya Archer sembari menatap Vega yang masih melihat pemandangan di depannya. Vega hanya mengangguk sebagai respon, ia tidak berniat sama sekali untuk mengeluarkan suaranya mungkin ini juga karena suasana hatinya yang buruk.
"Aku beneran minta maaf sama kamu, Ve. Aku gak ada maksud biar bikin kamu nunggu sama aku. Maafin aku ya, Ve?"
Vega menatap Archer dengan pandangan yang sulit diartikan hingga sedetik kemudian tawa gadis itu pecah membuat Archer kebingungan. Vega menetralkan tawanya dengan cara menghembuskan nafasnya perlahan, walaupun dirinya masih sesekali untuk tertawa.
![](https://img.wattpad.com/cover/228364586-288-k318332.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M LONELY (REVISI)
Teen FictionIni adalah kisah Vega Aurora. Namanya indah namun tak seindah kehidupannya. Vega tidak pernah dianggap, ia selalu terbuang. Vega ingin bahagia, tapi mereka tidak pernah peduli. Salahkah ia berharap keluarganya berubah? Mungkin itu hanya semu, nyatan...