26. Apartemen Aldo

12.5K 1K 33
                                    

Menangis dalam pelukan orang yang tersayang memang sedikit membuat hati menjadi lebih tenang. Yang dirasakan Vega saat memeluk Aldo adalah ia seperti mempunyai kakak yang baik, Vega menumpahkan seluruh tangisnya dalam pelukan hangat yang Aldo berikan. Malam ini terasa menyesakkan bagi Vega, hingga gadis itu memutuskan untuk kabur ke apartemen Aldo tengah malam. Sudah tidak ada harapan bagi Vega, terlalu lelah hatinya dalam menanggung beban ini sendiri. Berkali-kali ia berasumsi, dirinya tidak sekuat seperti kelihatannya.

Dia yang tanpa lelah terus mengharapkan kasih sayang keluarganya, Vega sendirian. Tidak ada yang pernah mengerti sedikit saja pada perasaannya. Semua orang terus menyalahkannya, memakinya dan tentu saja menyakitinya tanpa henti.

Bayangkan, jika kamu hidup dalam lingkungan orang-orang yang tak pernah menerima kehadiranmu, lebih tepatnya membenci dirimu tanpa sebab.

"Lo tinggal di sini aja gimana?" tanya Aldo sambil mengelus punggung Vega agar tenang, pasalnya sejak datang tadi Vega sudah menangis serta keadaan gadis itu yang sangat kacau dengan membawa tas sekolahnya.

Vega menggeleng lemah, ia tidak mau disalahkan lagi. "Enggak, Kak. Aku gak pa-pa," jawabnya bohong. Tentu saja ia bohong, mana ada orang yang kuat saat menghadapi keluarganya yang sangat toxic.

Vega menatap kosong arah depan, membayangkan apa yang akan terjadi dengan masa yang akan datang.

"Om Reno sama Tante Riska udah bener-bener keterlaluan," ujar Aldo kesal, lelaki itu mengepalkan kedua tangannya. Aldo mengetahui, lelaki itu mengetahui apa yang membuat mereka semua membenci Vega. Tetapi dirinya tidak cukup nyali untuk mengatakan hal sejujurnya, biar saja sendiri yang mengetahui dari orang tuanya nanti. Ini bukanlah hal yang tepat, Aldo menerima konsekuensi jika nanti Vega akan membencinya. Aldo siap, apapun itu.

"Sebenernya apa yang bikin mereka semua benci sama aku, Kak?" tanya Vega sembari mengusap air matanya dengan kasar.

Aldo menegang, ia memutar otaknya untuk menjawab pertanyaan Vega. Bukan waktu yang tepat untuk jujur sekarang. Dengan terpaksa lelaki itu berbohong. "Gue gak tau," jawabnya singkat.

Sebenarnya Vega meragukan jawaban Aldo, tapi ia memilih untuk diam saja. Aldo tidak pandai berbohong, terbukti sekarang ini. Vega tahu Aldo sedang berbohong tapi ia memilih untuk diam, kali ini Vega tidak mau menambah beban lagi. Mungkin mulai sekarang ia akan mencari tahu sendiri tentang apa yang sebenarnya terjadi.

Vega menidurkan dirinya di samping Aldo, perlahan matanya mulai terpejan karena rasa kantuk yang tiba-tiba datang. Jika dilihat dari dekat, wajah Vega menandakan ke frustasian, bibirnya yang pucat membuat gadis itu terlihat sedang tidak baik-baik saja. Walaupun tidur, Vega tidak bisa menutupi sisi kerapuhannya.
Aldo mengelus rambut Vega pelan, ia tersenyum sendu. Mulai sekarang Aldo akan terus menjaga Vega, ia tidak akan pernah meninggalkan gadis itu sendiri ditambah keadaan Vega yang sedang tidak sehat.

Aldo menyesal sudah berbohong kepada Vega tadi, tapi itu ia lakukan semata agar semuanya membaik. Aldo tidak mau membuat Vega sedih saat gadis itu mengetahui sebuah fakta.

"Maafin gue udah bohong sama lo, Ve. Gue cuma gak mau lo sakit hati nantinya, gue gak mau liat lo sedih. Gue sayang sama lo, karena lo adik kecil yang harus gue jaga dari orang-orang yang jahat sama lo."

*****

Pagi-pagi sekali Vega terbangun, ia melakukan kewajibannya sebagai seorang muslim. Berbeda dengan Aldo yang non-muslim, tetapi Vega tidak mempermasalahkan hal itu. Semua orang bebas meyakini kepercayaan.

Ini sudah pukul lima, seusai sholat Vega langsung membuat sarapan untuknya dan juga Aldo. Dengan telaten Vega menaruh beberapa makanan di atas meja makan kecil.

I'M LONELY (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang