33. Suka?

13K 1K 69
                                    

Di balik senyumnya, pasti menyimpan banyak luka yang tak diketahui orang lain.

"SIALAN!" desis Archer. Lelaki itu meninju samsak di depannya. Archer terus melakukannya hingga jarinya memerah. Archer kesal, perasaan yang membuatnya jadi uring-uringan seperti ini. Bahkan Gean yang ada di sampingnya bingung, karena tidak biasanya Archer bersikap seperti ini.

Gean yang merasa kesal langsung menarik Archer dengan paksa. Lelaki itu menatap tajam Archer yang masih menstabilkan deru nafasnya, Gean paham jika Archer tengah emosi.

"LO NGAPAIN GANGGU GUE BANGSAT!" bentak Archer sembari mencengkram kerah seragam Gean.
Gean hanya mendengus kesal lalu meninju rahang Archer dengan keras hingga membuat lelaki itu tersungkur.

Mereka berada di markas, hanya mereka berdua karena sekarang masih jam pelajaran.

"Yang bangsat gue apa lo?" desis Gean.

"Maksud lo apa?!" Archer yang tidak terima kembali mencengkram kerah seragam Gean.

Mendapat respon seperti itu masih membuat Gean tenang. Ia tidak suka kekerasan, tetapi temannya ini sudah keterlaluan apalagi terhadap Vega. Ya! Gean tadi melihat perlakuan Archer yang sangat kasar kepada Vega dan Gean tidak suka akan hal itu hingga akhirnya ia mengajak Archer untuk membolos dan membicarakan masalah itu.

"Lo banci kalau sakitin cewek apalagi sampai main fisik!" ucap Gean tenang.

Archer melepas cengkramannya, ia mendudukkan dirinya di atas sofa yang sedikit lapuk lalu menjambak rambutnya frustasi. Archer menampar Vega itu adalah hal di luar kendali, sebenarnya ia tidak mau menyakiti Vega tetapi gadis itu yang memancingnya.

"Gue refleks," ujar Archer datar. Gean tertawa mendengar penuturan Archer, lelaki itu menepuk pelan bahu Archer.

"Lo lupa? Lo berada dalam skenario Maura! Harusnya lo gak kek gini, ini udah di luar rencana lo," ucap Gean mengingatkan.

Archer diam. "Tapi Vega sendiri yang bikin gue benci sama dia!" ucap Archer kesal.

"Hati-hati kalau lo terlalu benci sama dia. Lo harus ambil tindakan sebelum semua terlambat dan lo bakal nyesel."

*****

Vega sudah berada di rumah. Ia menatap nanar semua keluarganya yang tengah berkumpul di ruang tamu, ia tersenyum miris. Vega memang tidak penting, dia bukanlah orang yang diharapkan di sini.

Dengan tatapan datar, Vega berjalan tanpa menghiraukan mereka semua. Langkahnya sedikit pelan karena tiba-tiba kepalanya terasa sakit. Ah, Vega lupa meminum obatnya, terakhir meminum itu sekitar dua hari yang lalu.

"Vega!"

Vega berhenti saat namanya dipanggil. Ia menatap Reno dengan tatapan datar, sudah tidak ada lagi senyum karena Vega sudah benar-benar mati rasa.

"Apa yang kamu lakukan sama Maura?!" tanya Reno dengan sorot mata tajam.

Vega menghela nafasnya, ia bernafas lega karena Riska tidak ada di sini. Maka setidaknya tidak ada orang yang akan membenturkan kepalanya atau mencambuk seluruh tubuhnya.

"Kak Maura yang duluan," jawab Vega seadanya.

"Kamu jangan mengelak!" bentak Reno. Jujur Vega sedikit sakit hati saat Reno tidak mau mendengarkan penjelasannya terlebih dahulu. Pria itu lebih mempercayai Maura.

I'M LONELY (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang