Untuk kedua kalinya, aku benar-benar lelah sekarang. Ijinkan aku pergi agar semua beban ini hilang.
Seperti biasanya, setiap pulang sekolah Vega akan bekerja di kafe milik pamannya Gavina. Hal itu ia lakukan agar ia mendapat uang untuk kebutuhannya sehari-hari, semenjak Reno tidak memberinya uang, Vega mau tidak mau harus mencukupi kebutuhannya sendiri. Awalnya ia merasa keberatan, tapi sekarang ia sudah bisa menerima keadaan dan mencoba untuk ikhlas.
Sesampainya di kafe, Vega langsung mengganti pakaiannya. Banyak hal yang ia lakukan di sini, mulai dari melayani pelanggan, membersihkan meja hingga mencuci piring kotor. Sekarang Vega bisa merasakan susahnya mencari uang sendiri.
Pintu kafe terbuka, terdapat dua orang lelaki dan perempuan sedang bergandeng tangan dan terlihat sangat mesra. Vega menyunggingkan senyum miris saat menyadari jika kedua orang itu adalah Archer dan Maura. Sebisa mungkin ia mencoba terlihat baik-baik saja padahal kenyataannya tidak, Vega tidak sekuat itu.
Vega mundur selangkah, ia terlalu takut untuk melayani dua orang itu. Sehingga ia menyuruh temannya untuk melayani mereka.
"Besok kamu harus cakep ya," ucap Maura sambil menel pipi Archer gemas.
Sejujurnya Archer merasa risih dengan tingkah Maura yang manja-manja kepadanya. Mau tidak mau ia harus mengikuti alur yang dibuat gadis itu. Archer menyadari jika sepasang mata sedari tadi memperhatikannya dan juga Maura, ini adalah saatnya ia beraksi agar Vega bisa membencinya. Semata ia lakukan karena tidak mau membuat Vega terluka di kemudian hari, karena sesungguhnya Archer benar-benar menyayangi Vega sepenuh hati.
Terkadang kebahagiaan orang yang kita sayang jauh lebih penting, Vega melihat Archer yang tengah menggoda Maura. Dadanya terasa sesak, bahkan matanya mulai berkaca-kaca. Mengapa takdir selalu menyudutkanya? Bagaimanapun juga Vega ingin bahagia seperti orang lain. Ketakutannya untuk kehilangan Archer kini malah terjadi kepadanya, dia, seseorang yang dianggap spesial mulai pergi dari kehidupannya. Dia sang lentera tidak mau lagi menerangi jalannya yang gelap.
"Kamu makan, nanti sakit," ucap Archer kepada Maura dengan suara yang sedikit keras, tentu saja karena lelaki itu ingin Vega mendengarnya.
Perhatian itu, dulu Vega lah yang selalu mendapatkannya. Tapi sekarang? Semua sudah berubah, bahkan mencoba dekat saja sudah mulai susah karena jarak yang mulai menjauh.
"Ada syaratnya," ucap Maura sambil tersenyum miring ke arah Archer.
"Kamu mau apa, hm?" tanya Archer.
"Cium aku."
Vega berdo'a dalam hati agar Archer tidak melakukan hal itu. Sungguh ia akan merasa hancur jika Archer melakukan apa yang Maura minta.
Cup
Air mata Vega langsung turun saat Archer mencium pipi Maura dengan penuh kelembutan. Vega sudah tidak sanggup lagi melihat keduanya yang sangat dekat, ia memutuskan untuk pergi dari kafe saat itu juga. Kini Archer sudah benar-benar tak lagi peduli padanya. Mulai sekarang, Vega akan mencoba sebisa mungkin untuk menghapus perasaannya kepada Archer walaupun itu sangat sulit.
"Jangan nangis."
Apa mau lelaki itu? Tadi menyakitinya tapi sekarang malah menghampiri dan menanyakan keadaannya. Vega menghapus air matanya saat itu juga, ia menatap kecewa Archer yang tanpa bersalah menyuruhnya untuk berhenti menangis.
"Kamu kenapa sih, Kak?" tanya Vega dengan nafas memburu, dadanya naik turun menandakan ia sedang emosi.
Archer menggengam kedua tangan Vega dengan lembut, ia takut kehilangan gadis itu. Dirinya tahu ia salah, tetapi Archer akan terus berusaha agar perjanjian bodoh itu segera berakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M LONELY (REVISI)
Teen FictionIni adalah kisah Vega Aurora. Namanya indah namun tak seindah kehidupannya. Vega tidak pernah dianggap, ia selalu terbuang. Vega ingin bahagia, tapi mereka tidak pernah peduli. Salahkah ia berharap keluarganya berubah? Mungkin itu hanya semu, nyatan...
