28. Hujan dan Air Mata💔

13.2K 1K 43
                                    

Vega berjalan lesu ke dalam rumah, ini sudah malam. Aldo memaksanya untuk dirawat dulu di rumah sakit tapi Vega menolak, ia tidak mau mereka marah. Walau ia tahu pasti sebentar lagi bundanya akan menghukumnya karena pulang malam. Tapi setidaknya hukuman itu tidak terlalu berat. Sekarang Vega harus membatasi kegiatannya karena keadaannya yang tidak baik-baik saja.
Bukan hal mudah baginya untuk menjalani hidup tanpa ada orang yang memberinya semangat, beruntungnya ia masih memiliki Bi Inah, Aldo, Archer dan ketiga sahabatnya yang selalu ada.

Vega berjalan di depan keluarganya yang tengah menonton televisi tanpa menyapa mereka, Vega capek dan tubuhnya butuh istirahat. Sebenarnya ia juga lelah jika menyapa tapi malah diabaikan.

"Dari mana saja kamu?" tanya Reno tegas. Lelaki paruh baya itu sudah pulang dari rumah sakit kemarin tentunya berkat Vega yang mau mendonorkan darahnya pada Reno, jika tidak sudah dipastikan lelaki itu tidak akan selamat.

"Taman," jawabnya singkat.

"Udah diajarin sopan santun? Ada orang di sini kenapa gak nyapa?" tanya Riska sinis.

Vega menghela nafasnya, serba salah. Vega merasa terkekang, hidup dengan orang-orang toxic tidak membuatnya untuk memilih pergi dari rumah ini. Alasannya hanya satu, Vega masih menyayangi mereka seburuk apapun mereka bersikap padanya.

"Maaf, Bun. Vega lagi gak enak badan mau istirahat," ucap Vega jujur, lagipula untuk apa ia berbohong.

Riska berjalan menghampiri Vega, dan menarik tangan Vega dengan kasar menuju pintu. Riska menghempaskan tangan Vega dengan kuat, wanita itu menatap Vega dengan tatapan tajam membuat nyali Vega menciut seketika.

"Kamu tidur di luar! Anggap saja sebagai hukuman!" bentak Riska.

"Bun, tapi ini dingin," protes Vega dengan suara lemah.

"Ya terus? Saya gak peduli!"

"Setidaknya ijinin Vega ambil jaket dulu di kamar, boleh kan, Bun?" tanya Vega.

"Gak! Saya tidak peduli kalau kamu kedinginan! Sudah saya mau tidur! Jangan ganggu saya lagi!"

Vega menghalangi Riska yang hendak menutup pintu, Riska yang kesal pun mendorong bahu Vega kencang hingga membuat gadis itu terjatuh. Vega hanya menatap bundanya tak percaya, suara pintu ditutup dengan kencang membuat Vega menutup matanya. Bertepatan dengan itu hujan deras datang tiba-tiba. Vega yang hanya mengenakan baju tipis hanya bisa menggigil, air matanya jatuh begitu saja. Lelah ia memberontak, hingga Vega memutuskan untuk duduk di samping pintu.

Hujan yang disertai angin membuat bajunya basah, sekarang Vega benar-benar kedinginan. Semua tempat basah karena air hujan, dengan terpaksa ia menidurkan dirinya di samping pintu walau lantainya basah juga bajunya yang basah. Sebelum benar-benar terlelap Vega mencoba untuk berdo'a.

"Selamat malam Ayah, Bunda ... Vega sayang kalian."

Vega benar-benar terlelap, tubuhnyaa ia biarkan terkena air hujan. Sesekali ia menggigil dalam tidurnya.

Seseorang datang sembari membawa jaket anti air, lelaki itu jongkok di hadapan Vega yang tengah tertidur. Ia mengusap rambut Vega dengan lembut sembari tersenyum sendu, ia tidak percaya jika Riska akan melakukan hal sejahat ini kepada Vega. Abim menutupi tubuh Vega dengan jaket yang dibawanya, lelaki itu tersenyum karena setidaknya Vega tidak terlalu kedinginan.

"Gue tau lo gak sekuat itu," ucap Abim kepada Vega, walau ia tahu Vega tidak akan membalas ucapannya.

Abim kembali mengelus puncak kepala Vega, ia mengusap wajah Vega yang terkena air hujan. Katakanlah ia banci karena berani mendekati Vega jika gadis itu tertidur seperti ini. Tetapi Abim hanya tidak ingin persahabatannya dengan Archer hancur hanya karena mereka menyukai satu perempuan yang sama. Abim tidak mau itu terjadi, lagi pula sekarang ia mencoba untuk menghapus perasaannya untuk Vega. Karena ia tahu, kebahagian Vega bukan dirinya, melainkan Archer.

I'M LONELY (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang