Satu minggu semenjak kejadian di rumahnya, selama itu pula Archer mulai menjauhi Vega. Bagaimana perasaan Vega sekarang? Keadaan gadis itu tidak baik-baik saja, semua berubah menjadi kelabu. Bahkan Vega kerap kali melihat Archer yang selalu berduaan dengan Maura, jelas rasanya sakit. Tapi Vega tetap bisa mengikhlaskan karena kebahagiaan Archer yang paling penting baginya.
Angin malam tak membuat gadis berambut panjang itu untuk segera meninggalkan taman. Malahan ia terus melihat adegan di mana Archer yang tengah bermalam minggu dengan Maura, memang sudah rencana Vega untuk terus mengikuti keduanya. Vega sudah tidak peduli dengan keadaan hatinya sekarang.
Archer dan Maura sudah pergi, tapi Vega masih tetap setia duduk di taman sendirian. Sesekali ia nampak menghapus air matanya yang menetes, di sinilah kenangannya bersama Archer tercetak jelas dalam ingatannya. Di tempat ini pula Archer menyatakan perasaannya, tapi semua kini hanya tinggal kenangan yang begitu membekas bagi Vega.
Suara bangku berdecit membuat gadis itu menoleh ke samping dan mendapati Abimana dengan wajah datarnya. Vega tersenyum kikuk sambil menundukkan kepalanya.
"Lo ngapain di sini?" tanya Abim masih dengan tampang datarnya.
"Lagi cari angin malam, Kak," jawab Vega, tentu saja berbohong karena tujuan utamanya tida seperti itu.
Abim memegang pundak Vega dan membalikkan gadis itu agar bisa berhadapan dengannya. Vega menatap mata teduh milik Abim, rasanya seperti dalam perlindungan seseorang dan tentu saja sedikit nyaman.
"Gue tahu semuanya, lo gak usah bohong ke gue, Ve," ujar Abim dengan sorot yang tak bisa diartikan.
Vega menghela nafasnya panjang, untuk sekarang ia tidak mau membahas Archer. Setiap kali ia membahas lelaki itu pasti akan berujung dengan matanya yang sembap.
"Maaf, Kak, aku lagi gak pengen bahas kak Archer," ucap Vega terdengar lirih.
Genggaman lembut yang diberikan Abimana berhasil membuat Vega seketika terdiam lama sambil memandangi tangannya. Walaupun Abimana bersikap manis, tapi perasaan Vega masih tetap sama untuk Archer sekalipun lelaki itu sering menyakiti hatinya, karena Vega yakin sebenarnya ada sesuatu yang ditutup-tutupi oleh Archer.
"Ikut gue," ajak Abim sambil berdiri tapi tangannya masih tetap menggenggam tangan milik Vega.
"Kemana, Kak?" tanya Vega sambil mengerutkan dahinya. Sekilas ia melirik jam tangan di tangannya dan mendesah lega, lantaran ini masih jam setengah delapan. Berarti masih ada sisa waktu satu jam untuk pulang ke rumah, karena jika ia pulang lebih dari jam itu sudah dipastikan ikat pinggang milik Helga akan meluncur di kedua kakinya.
"Ikut aja," ujar Abimana.
Vega hanya menurut saat digandeng Abimana, ia terlalu malas untuk menolak. Lagi pula sudah tidak ada lagi hati yang dijaga mengingat hubungannya dengan Archer yang sudah selesai.
Abimana membawa Vega ke sebuah kedai yang menjual berbagai macam bunga. Saat memasuki ruangan mereka sudah disuguhkan dengan wangi khas bunga, tentu saja Vega senang. Vega berjalan riang sambil melihat-lihat bunga yang terpampang jelas di depannya.
Sedikit senyuman dari Vega mampu membuat hati Abimana berdesir. Ia suka senyum Vega yang mampu membuat hatinya menghangat, dulu Abimana akan berpikir dua kali untuk mendekati gadis itu. Karena ia tidak mau persahabatannya hancur hanya karena menyukai orang yang sama.
Abimana membiarkan Vega yang sedang melihat macam-macam buket bunga. Lelaki itu berjalan ke arah tempat bunga mawar, ia mengambil satu tangkai dan membayarnya ke kasir.
"Dua puluh ribu, Mas."
Abimana menyerahkan uang berwarna biru tapi tidak mengambil kembaliannya, ia lantas berjalan ke arah Vega dengan langkah tegap tanpa menunjukkan senyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M LONELY (REVISI)
Novela JuvenilIni adalah kisah Vega Aurora. Namanya indah namun tak seindah kehidupannya. Vega tidak pernah dianggap, ia selalu terbuang. Vega ingin bahagia, tapi mereka tidak pernah peduli. Salahkah ia berharap keluarganya berubah? Mungkin itu hanya semu, nyatan...