31. Cambukan Dari Orang Tersayang💔

14.5K 1.1K 32
                                        

Kadang semesta menciptakan duka agar kita lebih dewasa, tetapi percayalah dewasa sebelum waktunya adalah hal yang menyakitkan.


"Dan sekarang lo gak usah berharap lagi sama Archer," ujar Maura sinis.

Tenggorokannya terasa tercekat, bahkan untuk menelan ludahnya saja Vega tidak sanggup.
Memilih untuk tidak merespon ucapan Maura bukan berarti Vega tidak sopan, hanya saja ia sudah lelah jika harus dihadapkan dengan kakaknya yang satu ini. Tidak Helga, tidak Maura semua sama saja.

Tanpa merespon ucapan Maura, Vega memilih untuk meninggalkan perempuan itu. Vega berjalan dengan tatapan datar, bibir pucat masih tercetak jelas. Seharian ini membuatnya lelah, baik itu lelah fisik maupun lelah mental.

"Vega!" panggil Riska.

Vega menghela nafasnya, ia berbalik menatap Bundanya sembari tersenyum. Berbeda dengan Riska yang menatapnya tajam, entah mengapa setiap melihat Vega emosi wanita itu selalu tersulut. Setiap melihat Vega, Riska selalu mengingat seseorang yang pernah menghancurkan kehidupannya.

Melihat Vega yang seperti itu membuat Riska langsung mencengkram dengan erat pergelangan tangan Vega.
Vega hanya bisa meringis, toh, ia mengaduh pun Riska tidak akan suka rela menyudahinya. Semua perlakuan kasar keluarga Vega, ia anggap sebagai rasa kasih sayang yang mereka tunjukkan padanya.

Dengan kasar Riska menggeret paksa Vega menuju kamar gadis itu, sesampainya di sana Riska langsung menghempaskan tangan Vega dan menatap nyalang gadis itu.

"Kamu sengaja bikin pesta pertunangan anak saya hancur?!" hardik Riska sembari mendorong bahu Vega dengan kuat hingga membuat pinggang gadis itu terpentok meja riasnya.

Vega menggigit bibir bawahnya karena merasa nyeri di area pinggang. Matanya sudah berkaca-kaca menandakan ia sudah tidak kuat dengan semuanya.

"Enggak, Bun ... Vega gak bermaksud gitu, awhh!" Vega meringis karena dengan tiba-tiba Riska menjambak rambutnya. Vega sudah tidak tahan, air mata sialan itu kembali keluar dari kedua matanya. Sekuat mungkin Vega mencoba menghalangi tangan Riksa yang menarik rambutnya dengan kuat. Vega bisa merasakan beberapa helai rambutnya yang rontok akibat perbuatan Bundanya.

"Kamu pikir saya percaya?! Saya tahu kamu pasti iri sama Maura karena dia bertunangan sama Archer!"

Vega menggeleng, ia berhasil lepas dari Riska. Gadis itu menghapus air matanya secara kasar.

Tidak ada rasa kasihan terhadap Vega, malahan Riska semakin gencar membenci gadis ini.

"LAGI PULA ARCHER ITU TIDAK COCOK SAMA KAMU! KAMU ITU JALANG! GAK PANTES BERADA DI KELUARGA INI! KAM-"

"BUNDA STOP! SAKIT BUN, BUNDA GAK PERNAH PEDULI SAMA VEGA SEJAK VEGA LAHIR! BAHKAN VEGA SENDIRI GAK TAHU APA KESALAHAN YANG PERNAH VEGA BUAT, JUJUR VEGA CAPEK BUN. KADANG VEGA MIKIR BUN, KENAPA BUNDA BUAT VEGA ADA KALAU BUNDA GAK PERNAH ANGGAP KEHADIRAN VEGA. BUNDA, AYAH, SEMUA KELUARGA KITA SUKA NYAKITIN VEGA TANPA SEBAB. VEGA CAPEK BUN! VEGA LELAH. KALAU BUNDA BENERAN INGIN VEGA MATI, KENAPA BUNDA GAK BUNUH VEGA SEKA-"

PLAKK

Vega memejamkan matanya, ia menatap Riska sembari menggeleng. Sorot matanya menandakan ia tengah  kecewa. Tamparan itu sudah lama tak mengenai pipinya tapi sekarang kembali lagi dengan rasa yang berbeda.

Memang sengaja ia berbicara dengan nada tinggi kepada Bundanya karena Vega lelah. Salahkah ia menumpahkan unek-uneknya yang sudah lama bersemayam di hatinya? Bagaimanapun juga Vega hanyalah manusia biasa yang memiliki batas kesabaran.

"KAMU BERANI-BERANINYA BICARA SEPERTI ITU KEPADA SAYA!?"

Dengan gerakan secepat kilat Riska kembali menarik rambut Vega dengan kuat, wanita itu menutup pintu kamar Vega dengan keras.

I'M LONELY (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang