EXTRA PART 2

23.6K 1.1K 103
                                        

Mencoba menguatkan hati untuk membuka lembaran selanjutnya buku harian milik Vega. Sejujurnya Helga merasa tidak sanggup lagi, tapi entah mengapa hatinya menuntun untuk terus membaca lembaran demi lembaran diary itu.

Helga tersenyum kecil saat mendapati foto keluarga namun itu hanya berlangsung beberapa detik saat kemudian ia menyadari jika tidak ada Vega di foto tersebut. Matanya menyipit saat ternyata Vega malah mengintip di balik tembok ketika foto sedang berlangsung. Terlihat dari matanya jika gadis itu sangat iri. Lagi-lagi Helga menitikkan air matanya, betapa tegarnya Vega saat itu. Ia tidak bisa membayangkan jika dirinyalah yang ada di posisi Vega, mungkin dirinya akan memilih untuk pergi dari rumah atau bahkan bunuh diri.

"Brengsek banget. Kakak happy-happy  sementara kamu kesakitan, Dek," ujarnya lirih.

Di lain tempat, Archer nampak menelusuri setiap sudut apartement milik Vega. Lelaki itu tak henti-hentinya takjub karena kamar Vega jauh dari kamar orang kebanyakan, di sana terdapat beberapa macam bunga dan tumbuhan hias ada juga piala berjejer rapi di atas lemari. Piala itu Vega dapatkan dari hasil lomba menyanyi yang selalu diikutinya.

Archer membaca sticky note yang tertempel di meja rias gadis itu.

Pasti kalian bingung dari mana aku dapetin apartement ini, padahal aku sendiri jarang pegang uang hehehe. Jawabannya satu, aku dapetin apart ini dari Om Riyan lebih tepatnya Papa Riyan hehehe, jadi jangan kira kalau aku ngepet yah!

Sudut bibirnya membentuk sebuah lengkungan kecil. Archer tetap menganggap Vega sebagai sosok gadis yang ceria.

Setelah beberapa jam mereka semua berada di apartement milik Vega, mereka semua memutuskan untuk pulang mengingat juga malam semakin larut. Berbeda dengan Maura yang nampak berat meninggalkan tempat adiknya ini, ingin sekali ia memeluk Vega dan bersujud kepada gadis itu agar Vega bisa memaafkan kesalahannya walaupun ia tahu jika kesalahannya sendiri itu sangatlah fatal dan mungkin Vega tidak akan memaafkannya.

Ia sadar, dirinya bukanlah seorang kakak yang baik. Bahkan sekarang ia menyesal karena pernah ada niat untuk membunuh adiknya itu.

Pernah saat itu Vega ingin ditemani untuk pergi ke taman bermain, mungkin waktu itu umur Vega masih sekitar tujuh tahun tetapi dengan teganya Maura malah meninggalkan Vega di jalanan sendirian. Maura bukanlah kakak yang baik, tapi percayalah Vega selalu memaafkan semua kesalahan orang-orang tersayang karena menurut gadis itu kebahagiaan mereka adalah hal yang terpenting sekalipun itu akan melukai hatinya.

"Ayah, aku mau tidur di sini ya?" Maura meminta izin kepada Reno, pria itu mengangguk sebagai respon lalu mengecup dahi Maura dengan lembut.

"Iya, jangan tidur malam-malam dan jangan lupa kunci pintu," ucap Reno sembari mengelus puncak kepala Maura dengan penuh kasih sayang. Perlakuan Reno yang seperti itu kembali mengingatkannya pada Vega, apakah adiknya itu pernah merasakan sentuhan kasih sayang seperti yang dilakukan ayahnya barusan? Jangankan menyentuh, terkadang mereka terutama dirinya enggan menatap Vega. Hal itu semakin membuat hatinya sakit, Vega terlalu baik untuk berada di lingkungan yang seperti ini. Makanya Tuhan mengambil Vega agar gadis itu tidak lagi merasakan sakit.

"Vega lagi ngapain ya, Yah?" tanya Maura pelan.

"Vega udah bahagia di sana, Ayah yakin Tuhan pasti tempatin Vega di tempat yang sangat indah."

Maura tersenyum tipis lalu memeluk Reno dengan erat.

"Udah ya? Helga sama Archer udah nungguin, jangan tidur malam-malam!"

"Siap komandan!" Maura mengangkat tangannya, lebih tepatnya hormat kepada Reno.

Setelah Reno keluar dari apartement, Maura langsung merebahkan dirinya di atas kasur. Ia menghirup dalam-dalam aroma parfum yang setiap hari digunakan oleh Vega. Sungguh, Maura sangat merindukan adiknya itu. Ingin sekali ia bertemu Vega dan memeluk gadis itu layaknya seorang kakak, tapi Vega sudah pergi dan tidak akan pernah kembali.

I'M LONELY (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang