Hal tergoblok yang pernah gue lakuin adalah jatuh cinta sama lo!
"Ve, PR matematika lo udah belum?" tanya Alesta yang baru saja mendudukkan dirinya di samping bangku Vega.
Vega berpikir sejenak, ia langsung membuka tasnya untuk mengambil buku matematikanya. Setelah itu Vega langsung memberikannya pada Alesta, tugas itu sudah ia kerjakan saat di apartemen Aldo tempo lalu tentu saja dengan bantuan lelaki itu.
Aldo memang pintar dalam hal berbau rumus apalagi matematika. Bahkan lelaki itu bisa mengerjakan dua puluh soal selama sepuluh menit, berbeda dengan Vega yang menyelesaikan satu soal matematika membutuhkan waktu lima menit.
Vega memang tidak sepintar kakak-kakaknya, ia lemah dalam bidang akademik. Tetapi, Vega bisa menyanyi, banyak penghargaan yang ia dapat dari bakat terpendamnya itu. Tentu saja tanpa sepengetahuan keluarganya kecuali Aldo dan sahabat-sahabatnya."Vegaa gue ada kabar baik buat lo!" pekik Gavina yang baru saja memasuki kelas.
Mauren menatap Gavina sinis karena pagi-pagi gadis itu berteriak membuat moodnya semakin buruk.
"Kenapa?" tanya Vega.
Gavina menyerahkan ponselnya kepada Vega, gadis itu membaca satu persatu brosur yang tertera. Seketika matanya berbinar. Hal itu membuat Mauren dan Alesta penasaran.
"Lo kenapa, Ve?" tanya Alesta.
"Lo seriusan Vin? Ini kafe om Bagas ngadain lomba nyanyi?" tanya Vega yang dihadiahi anggukan oleh Gavina.
"Lumayan Ve, juara satu lima juta. Suara lo kan bagus. Ikut aja deh, ntar gue bakal support lo," ucap Mauren menyemangati.
"Bener banget Ve, lo harus ikut. Gak mau tau, intinya lo harus ikut!" timpal Alesta.
Vega menimang-nimang keputusannya, jika ia menang dalam lomba itu maka uangnya akan ia gunakan untuk berobat. Vega tidak mau memberatkan Aldo, ia harus bisa usaha.
"Oke, gue bakal ikut. Tapi kalian harus nonton," ucap Vega diakhiri kekehan kecil.
"SIAP," jawab mereka serempak.
******
"Apa yang mau lo lakuin?" tanya lelaki yang kini tengah menghisap rokoknya.
"Buat dia hancur, sehancur-hancurnya!" jawabnya.
******
Malam ini Vega sudah siap dengan dress selutut berwarna hijau tosca. Rambutnya sengaja ia gerai, Vega akan berusaha tampil maksimal malam ini.
Semua keluarganya sedang keluar, jadi ia tidak perlu meminta ijin kepada Bundanya. Tetapi Vega sudah yakin jika nanti sepulang lomba ia akan kena hukum.
Keluarganya memang sering kali menghabiskan waktu di luar daripada di rumah, tetapi Vega tak mempermasalahkan hal itu. Toh, ia juga tidak dianggap di sini.Sembari menunggu Mauren, ia mengotak-atik ponselnya guna mengurangi rasa jenuh. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam, bertepatan dengan itu, suara klakson dari luar rumahnya mengintrupsi kegiatan Vega. Gadis itu langsung keluar kamarnya karena ia sudah yakin jika itu adalah mobil milik Mauren.
Vega memasuki mobil Mauren, ia menatap malas sahabatnya itu. "Janjian jam berapa, dateng jam berapa!" ujar Vega kesal. Sebenarnya Mauren akan menjemput Vega jam enam tetapi gadis itu pada dasarnya memiliki sifat molor.
"Ya maap, gue ada urusan tadi," ucap Mauren sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Vega tahu Mauren berbohong.
"Sejak kapan lo sibuk?"
![](https://img.wattpad.com/cover/228364586-288-k318332.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M LONELY (REVISI)
Teen FictionIni adalah kisah Vega Aurora. Namanya indah namun tak seindah kehidupannya. Vega tidak pernah dianggap, ia selalu terbuang. Vega ingin bahagia, tapi mereka tidak pernah peduli. Salahkah ia berharap keluarganya berubah? Mungkin itu hanya semu, nyatan...